06 • Hades pergi

290K 37.2K 889
                                    

"Dia adalah racun. Aku tau dia racun, namun aku tetap meminumnya, karena racun itu telah menjadi canduku"

- Hades Lucian -

__________

Theo kembali sebagai pemenang balapan. Cowok itu tetap setia mengenakan topeng untuk menyembunyikan wajahnya dari orang suruhan kakeknya. Theo melangkahkan kakinya menghampiri Hades yang tengah menggendong Ruza.

Theo menepuk bahu Hades dan mendekatkan wajahnya ke telinga Hades. "Gimana?" Theo menanyakan tentang kemampuan balapannya. Apakah menurut Hades ia sudah layak, atau belum.

Hades membalas Theo dengan anggukan. Dan Theo balas menyinggungkan senyum tipis, sedikit merasa senang mendapat pengakuan dari Hades.

Saat itu seorang anggota Deluc datang menghampiri Hades.

"Halay dari tadi telpon lo dan spam chat," ucap orang itu sambil memberikan ponsel Hades. Haley adalah pacar Hades, seorang gadis berwajah sangat cantik, gadis yang berhasil menaklukkan hati Hades.

Hades dengan cepat menurunkan Ruza dari gendongannya dan menerima ponselnya. Cowok itu membaca isi pesan di ponselnya. Lalu ekspresinya langsung berubah drastis.

"DELUC KUMPUL! teriak Hades, mengangkat satu tangannya.

Hades berjalan ke sebuah tempat di luar lokasi balapan.

"Kalau ada sesuatu sama gue, dia yang akan jadi pengganti gue. Perintah mutlak! teriak Hades dengan tegas sambil menunjuk Theo yang menggandeng tangan Ruza.

Sontak para anggota Deluc heboh. Bukan masalah penggantinya namun masalah kalau ada sesuatu sama gue perkataan Hades itu membuat mereka berpikir buruk.

Saat ada seseorang yang hendak mengajukan pertanyaan, Hades langsung mengangkat kembali tangannya. "Gue ga nerima pertanyaan, intinya dia pengganti gue."

Theo mengerutkan dahinya bingung dengan segala perkataan yang keluar dari mulut Hades. Begitu juga dengan empat teman Theo yang ikut bingung.

Hades menghampiri Theo. "Sorry bikin repot, gue nitip Deluc dan dia," ucap Hades, menatap Ruza.

Setelah mengatakan itu, Hades langsung pergi begitu saja sampai Theo tidak sempat bertanya mengapa, bagaimana dan apa maksudnya. Theo menatap Ruza yang terdiam sambil menautkan tangan. Gadis itu terlihat ketakutan.

"Kak, kejar kak Hades yuk," pinta gadis cilik itu sambil menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kak..."

Ruza menggoyang-goyangkan jaket Theo dengan air mata yang telah jatuh membasahi topengnya.

Karena melihat Ruza yang seperti itu, dengan cepat Theo menggendong Ruza lalu berlari ke arah motornya.

"Jangan nangis, gue kejar. Pegangan, jangan buka mata!"

Ruza menuruti perkataan Theo, berpegangan erat dan berhenti menangis. Theo melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, mengejar Hades. Namun sayangnya Hades benar-benar raja jalanan, kemampuan cowok itu tidak diragukan lagi.

Theo menghentikan motornya. "Shittt, bangsat!" umpatnya.

Ruza hanya diam di boncengan Theo. Tanpa menuntut apa-apa dan tanpa mengatakan apa-apa. Ruza takut.

Theo turun dari motornya dan menatap Ruza. "Beli jajan dulu yuk, habis itu keliling cari Hades," tawar Theo, mencoba mencairkan suasana hati Ruza.

"Kak Hades tadi bilang apa ke kakak?" tanya Ruza menatap dua bola mata Theo.

"Suruh jaga lo," jawab Theo dengan jujur.

"Kalo gitu kakak boleh anter Ruza pulang. Kakak tolong anter Ruza pulang," pinta gadis itu.

"Emang ga sembarang orang boleh anter lo pulang?" tanya Theo yang sedikit merasa ada sesuatu dari perkataan Ruza.

Ruza menjawab dengan gelengan kepala. "Ga ada temen kakak yang tau rumah kakak."

Theo terdiam sejenak. "Hades," gumam Theo, ingin mengatakan sesuatu namun ia urungkan.

"Okke, gue anter pulang," ucap Theo. Theo berhenti memikirkan tentang Hades, biarlah semua keingin tahuannya tentang ketua Deluc itu terungkap dengan sendirinya.

Sesuai arahan dari Ruza, Theo sampai di sebuah rumah yang tidak besar dan tidak kecil. Sebuah rumah bernuansa coklat dan putih.

Ruza turun dari motor Theo. "Makasih," ucap Ruza lalu berjalan masuk rumahnya.

Theo memarkir motornya dan melepaskan helm juga topengnya. "Sendirian?" tanya Theo, karena rumah itu terlihat sepi.

Ruza mengangguk. "Kakak pulang aja, biasanya Ruza juga sendiri."

Theo mendekat ke arah Ruza dan membuka topeng Ruza. Untuk pertama kalinya ia melihat wajah gadis kecil itu. Wajah yang sedikit mirip dengan Hades, mungkin wajah Hades versi perempuan.

"Besok gue kesini lagi," ungkap Theo membelai rambut Ruza. Entah mengapa hatinya terasa sakit saat gadis itu terus terdiam. Mungkinkah ia sudah memiliki hati? Biasanya ia sangat tega dengan anak kecil. Bahkan senang membuat anak kecil menangis. Mungkin karena perubahan sikap Ruza, Ruza yang tadinya ceria, tiba-tiba menjadi murung.

Ruza menjawab dengan anggukan. Gadis itu menatap Theo dari balik pintu lalu menutup pintu rumahnya.

Theo berjalan ke arah motornya, ia kembali menuju tempat balapan tadi.

Di tempat balapan seluruh anggota Deluc masih berkumpul. Theo menghela napasnya, menghampiri gerombolan anggota Deluc.

"Gue baru aja masuk geng ini tadi. Lebih tepatnya siang tadi. Jadi untuk perkataan Hades tadi, gue gamau," teriak Theo dengan keras.

Salah seorang anggota Deluc bernama Margo datang mendekat ke arah Theo.

"Gausah bicara dulu, nantinya lo juga tau harus gimana," ucap cowok itu sambil menepuk bahu Theo dan mengangkat tangannya, mengisyaratkan para anak Deluc untuk pergi dari sana.

Theo termenung, tidak paham maksud perkataan Margo. Keempat teman Theo datang menghampiri Theo.

"Dia wakil geng ini, katanya dia pinter baca situasi dan nebak pikiran orang," ucap Janu menjelaskan situasi. Di antara keempat temannya, dialah yang paling mengetahui tentang Deluc, karena anak sekolahnya bermusuhan dengan Deluc.

"Ga urus lah gue, cabut dulu. Gue kan cucu kakek, bisa mati kalo kagak pulang-pulang." Theo berjalan pergi meninggalkan teman-temannya. Sebenarnya ia menghindar, ia masih terpikirkan raut wajah Ruza. Entah mengapa moodnya jadi menurun. Ia tidak paham dengan semua yang hari ini ia alami. Rasanya terlalu tiba-tiba.

Theo tidak pulang ke rumahnya, melainkan pergi ke rumah Ruza. Ia sungguh khawatir meninggalkan bocah cilik itu di rumah sendirian.

__________

© THEORUZ by Lily Layu

THEORUZ: Guarding My Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang