Episode 6 : I remember it, all too well

32 13 0
                                    

⚠️ Trigger Warning // Self-harm








🎵 Now playing: Sial - Mahalini

"Nad! Kemana aja sih?!" Elle langsung menarik tangan Nadira ketika perempuan itu masuk kembali ke dalam.

Nadira belum menjawab, tapi mata elang bumil itu menangkap sosok Pras yang juga baru masuk dari luar.

"Lo...habis ngapain?" tanya Elle yang kini benar-benar memfokuskan tatapannya pada Nadira.

"Nggak ngapa-ngapain kok. Cuma keluar bentar," kilah Nadira berusaha tetap tenang.

"Hmm, suspicious," gumam Elle.

"Nih acara kapan selesainya sih?" bisik Nadira ke telinga Elle. Sebenarnya ini taktik untuk mengalihkan perhatian Elle.

"Ini belum nyampe puncaknya. Ntar Rafli mau lamar Denisa anak IIS 1 dulu," balas Elle tak kalah pelan. "Sandi daritadi repot bantuin buat prepare."

"Serius lo? Wah!"

Sebenarnya Nadira tidak terlalu peduli karena dia tidak kenal terlalu dekat dengan Rafli maupun Denisa. Perempuan itu sekarang sedang membayangkan bagaimana dirinya nanti ketika harus satu mobil dengan Pras. Membayangkannya saja bikin merinding. Suasana canggungnya sudah terasa sekarang.

"Nad?"

Nadira mendongak ketika mendengar suara seseorang memanggil namanya. Mukanya langsung berubah jadi datar.

"Apa kabar?"

Salah satu alasan terbesar Nadira selain malas berinteraksi dengan banyak orang ketika datang ke acara reuni adalah dia nggak mau bertemu lagi dengan orang ini.

Lelaki bernama Gilang itu mengambil tempat duduk di depan Nadira.

"Banyak kursi kosong kenapa lo harus duduk disitu?"

"Gue mau duduk di dekat lo. Masa nggak boleh?" tanyanya dengan nada jahil. Persis seperti ketika mereka masih SMA dulu.

"Mau ngapain?" tanya Nadira.

"Kan gue udah bilang tadi. Gue mau duduk di dekat lo," ulangnya.

"Ck!" Nadira mendecak sebal.

Gilang tertawa. "Lo belum jawab pertanyaan gue tadi. Apa kabar?"

"Kalau gue sakit, gue nggak akan datang kesini."

"Anjir jangan galak-galak napa, Nad? Gue kangen nih sama lo," katanya.

"Lo masih jadian sama Bianca?" tanya Nadira straight to the poin.

Gilang langsung terdiam.

"Kalian baik-baik aja, 'kan?" tanya Nadira lagi.

"Kenapa lo mau tahu tentang itu?" Gilang malah balik bertanya.

"Ya soalnya lo ninggalin gue karena dia?"

"Nad..."

"Sebenarnya gue udah mendem ini lama banget ya, Lang. Gue nggak masalah lo mau deket sama siapa aja dulu. Tapi gue kecewa waktu lo memilih putus kontak sama gue demi pacaran sama cewek yang dulu bikin lo hampir jadi orang gila."

"Lo yakin mau bahas ini sekarang?" Nada bicara Gilang berubah menjadi serius. Nggak ada lagi Gilang yang slengean seperti di awal percakapan.

"Gue disini bukan ingin memposisikan diri sebagai orang yang paling tersakiti atau apa, tapi fakta sedihnya adalah ketika gue bener-bener menganggap lo sebagai sahabat gue, orang yang gue percaya, orang yang gue sayang malah pergi gitu aja tanpa ninggalin jejak."

Our Precious MemoriesWhere stories live. Discover now