[17] Berkunjung ke Rumah Kana

4.1K 525 37
                                    

Pagi-pagi sekali, saat Bergas masih bergulung dengan selimutnya, kedua orang tuanya sudah berpamitan pergi ke luar kota. Tio ada pertemuan bisnis dan Nadiya menemani atas permintaan Tio.

Bergas mendecih, bilang saja mereka ingin sekaligus berpacaran.

Di tengah hari Bergas baru keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Sebelum pergi, mamanya mengatakan bahwa sudah membuatkan sarapan, saat itu Bergas hanya mengangguk dengan setengah nyawanya masih berada di alam mimpi. Ia berakhir melewatkan sarapannya karena bablas tidur sampai siang.

Dan sekarang, perutnya keroncongan. Di meja makan ada nasi goreng yang sudah dingin dan keras. Ada juga segelas susu yang masih utuh. Mendadak Bergas merasa bersalah, mamanya sudah repot-repot membuatkan sarapan tapi malah tidak ia makan. Tapi sekarang dimakan pun sudah tidak enak.

Pikiran Bergas langsung tertuju ke rumah sebelah, pasti bundanya memiliki banyak makanan enak yang bisa ia makan. Namun baru saja Bergas ingin melangkah keluar, bel rumahnya berbunyi nyaring. Ia buru-buru membuka pintu utama rumahnya.

"Om Angga, kirain siapa."

Tamu yang Bergas sudah sangat kenal itu menyengir lebar pada Bergas.

Bergas melongokkan kepalanya ke belakang Angga, "Sendiri? Tante Ale sama Naya ga ikut?"

"Tante Ale lagi siap-siap mau ke rumah sakit, besok mau lahiran."

"Wahhh ... Ga sabar ih liat adeknya Naya. Adek aku juga." Ucap Bergas antusias.

Angga tertawa, "Makanya minta adek ke papa kamu!"

Bergas mendengus, "Udah bosen aku mintanya juga,"

"Tuh kan sampe lupa nyuruh masuk, ayo masuk dulu om."

Langkah jenjang Bergas memasuki ruang tamu diikuti oleh Angga.

"Papa kamu ke mana si, Gas? Om telponin ga diangkat." Tanya Angga begitu duduk di sofa.

"Papa sama Mama pergi ke Bandung. Berangkat pagi-pagi buta."

Terdengar helaan napas kecewa dari Angga.

"Papa ada janji sama om? Parah banget PHP!" Ujar Bergas.

Angga terkekeh, "Engga kok, om cuma mau ngajakin papa kamu ke makam Om Kana. Salah om juga si, ga bilang dari kemaren-kemaren ..."

"Kalo gitu sama Bergas aja gimana?"

Angga mendongak pada Bergas, "Kamu mau?"

Anggukan mantap Bergas tunjukkan, "Dipikir-pikir aku udah jarang nengokin Om Kana. Biasanya tiap minggu sama papa. Tapi akhir-akhir ini papa sibuk banget."

Angga tersenyum menatap keponakan Kana itu, "Ya udah kamu mandi dulu sana. Om tau, kamu baru bangun."

Bergas menyengir sebelum berlari kecil menuju kamarnya.

"Tunggu ya om!"

Di tempatnya Angga terkekeh sembari memandangi tubuh berbalut kaus oblong dan celana pendek kotak-kotak selutut.

"Ponakan lo, Ka ..."

•••

Lewat tengah hari yang berhias langit teduh, Angga dan Bergas sampai di area pemakaman dengan menaiki motor milik Bergas. Sengaja tidak menggunakan mobil mumpung suasana alam tidak lagi terasa menyengat. Sebelumnya, mereka menyempatkan diri untuk membeli bunga tabur dan 1 buket bunga berukuran cukup besar.


Bergas mengikuti langkah Angga memasuki gerbang pemakaman. Perlahan, keduanya semakin masuk ke dalam area pemakaman, membelah gundukan tanah yang terselimuti rumput hijau yang berjajar rapi. Kala ada petugas makam yang sedang membersihkan makam, mereka melempar senyum.

Sa Bergas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang