07 • Janji kecil

287K 37.2K 4K
                                    

Theo menekan bel rumah Ruza. Menunggu beberapa saat sampai akhirnya Ruza membukakan pintu. Gadis itu mengerutkan dahinya menatap Theo.

"Kakak ngapain balik lagi?" tanya Ruza, terheran.

"Kata Hades gue kan suruh jagain lo, bisa-bisa mati digebukin kalo gue ga nurut omongan tu orang."

Ruza mendengus kesal. "Terus sekarang kakak mau apa?"

"Nah itu, lo nya lagi ngapain?"

"Lagi ngerjain pr, kenapa? Mau kakak kerjain pr Ruza?"

Theo langsung memasuki rumah Ruza. "Mana pr lo. Pr bocil ngerjain sambil merem juga sabi." Theo melihat-lihat isi rumah itu dan duduk di sofa. Di depan sofa terdapat beberapa buku yang sepertinya milik Ruza.

Tangan Theo mengambil buku Ruza. "Apaan anjir, soal tambah-tambahan positif negatif doang," ucap Theo saat melihat soal dalam buku tulis Ruza.

"Mudah ya kak?" tanya Ruza, duduk di samping Theo. Menurutnya soal miliknya sangat sulit, ia tidak yakin kakak di hadapannya memiliki kemampuan menjawab dengan mata terpejam.

"Dah gue bilang, sambil merem gue juga bisa." Ruza tidak tau saja bahwa soal matematika SMA lebih rumit daripada soal plus minus itu.

"Coba kakak merem. Ruza bacain soalnya." Ruza menata rambut panjangnya sebentar sebelum membacakan soal.

Sementara Theo memejamkan matanya. "Siap nih, bacaain aja."

"-5 + 6 - (-5) jawabannya adalah, pilihannya A -4, B -"

"Gausah dibacain pilihannya. Jawabannya 6. Gimana? Ada kan?"

"Wihh, iya ada." Ruza terkagum-kagum dengan kemampuan Theo. Gadis itu mengambil pensilnya dan menyilang jawaban yang benar.

Theo membuka matanya melihat Ruza sebentar lalu menutup lagi matanya. "Bacain lagi!" Theo merasa senang, melihat raut wajah Ruza yang bahagia, untungnya Ruza tidak terlihat muram seperti tadi.

Ruza menata duduknya lalu membacakan soal berikutnya, terus sampai akhir. Gadis cilik itu membacakan soal dan Theo menjawab dengan mata terpejam.

Setelah selesai Ruza menata bukunya dan memasukkan bukunya ke dalam tas. Lalu gadis itu pergi ke dapur dan merebus air untuk masak mi.

Theo mengikuti Ruza ke dapur. "Ngapain?" tanya Theo, penasaran dengan apa yang Ruza lakukan.

Ruza sibuk membuka bungkus mi, gadis itu melirik Theo sekilas lalu kembali menyiapkan bumbu untuk mi. "Kakak belum makan kan? Kalo Ruza belum, jadi Ruza buat 2."

Theo mengangguk-anggukkan kepalanya. Cowok itu membuka isi kulkas, melihat hanya ada makanan kaleng, air mineral dan yogurt di sana. Sangat berbeda dengan kulkas di rumahnya yang sudah seperti kulkas minimarket.

"Nggak pernah belanja?" tanya Theo, karena kulkas Ruza yang isinya terkesan biasa.

Ruza diam sejenak dan terlihat berpikir. "Emmm, belanja sih, kadang. Tapi nggak pernah belanja kayak sayuran atau kayak gitu kak. Pokoknya belanjanya mi kalo nggak ya kayak yang ada di kulkas itu."

"Jadi tiap hari lo makan makanan instan?"

"Nggak, biasanya pesen kalo nggak goreng telur."

"Nasinya?"

"Buka pintu samping kakak, isinya beras. Kalo pagi biasanya Kak Hades nyalain penanak nasi dulu. Jadi kalo lauknya tinggal pesen deh."

Theo membuka pintu dan melihat dua karung beras di ruangan itu. Tidak ia sangka, ternyata keseharian ketuanya seperti itu. Dari tadi membahas abcd, ingin sekali ia menanyakan pada Ruza tentang orang tua gadis itu. Ia sudah sangat penasaran. Namun ia tahan karena takut menyinggung atau mengingatkan pada suatu yang buruk, masalahnya ia juga dalam posisi tidak ada orang tua. Hanya kakek tua bangka itu.

THEORUZ: Guarding My Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang