2-Keadaan yang sulit dimengerti

93 57 27
                                    


Haidar terbangun karena hidungnya yang mencium bau dari ruangan yang dipenuhi dengan peralatan rumah sakit, ia terlalu sensitif jika berada di ruangan tersebut dan menatap sekeliling bingung. Sosok yang ia kenali muncul di kaca di samping tempat tidur rumah sakit yang ia tiduri, ia langsung kaget bukan main.

"LOH ADA AKSA? GUE DITUBUH A-AKSA??"

Cukup terdiam beberapa menit Haidar langsung sadar kembali, Ia melepaskan paksa selang infus yang berada di tangannya serta berlari keluar kamar meski keadaan kepalanya yang sedikit agak pusing.

"LOH, ADEEEN MAU KE MANA?"

Seseorang yang tak Ia kenali menghampirinya dengan muka cemas sambil berlari kecil ... membuat Haidar memicingkan alisnya heran, siapa perempuan agak tua ini? Apa seorang suster?

"Gimana sih Den kok malah bangun gitu aja, Aden nggak boleh ngelepasin infusnya gitu dong, nanti dimarahi Nyonya kalau beliau tau." Ia meraih tangan Haidar dan berusaha mengajaknya masuk kembali ke ruangan tadi.

"Gue mau pulang," Haidar menolak.

"Aden nggak boleh pulang dulu Bibi sudah hubungi Nyonya katanya dia mau pulang dari Australia dan hari ini pulang buat ngeliat Aden...."

"Gue mau pulang ke rumah gue sendiri." Jelas Haidar tegas, kepalanya yang pusing membuat Ia sama sekali tak mau berbasa-basi.

"Iya nanti ya Aden, tolong dengerin Bibik dulu sekali saja, Bibi mohon ya." Mohonnya dengan muka melas membuat Haidar tak setega itu untuk membantah wanita yang disebut Bibik tersebut.

"Yaudah tapi nanti pulang," akhirnya ia mengalah dan mengangguk kan kepalanya pelan.

Muka sumringah terlihat di wajahnya begitu Haidar mengiyakan permintaannya. Haidar sampai sekarang masih heran sebenarnya siap dia? Kalau suster sepertinya bukan Ia menyebutkan Nyonya-nyonya dari tadi apa dia punya atasan? Saking bingungnya bahkan Haidar lupa kalau sekarang Ia bukan ditubuhnya sendiri.

*****

Arsa merasakan sakit luar biasa yang ada di kepalanya ia duduk dan menatap sekelilingnya, pandangan yang kabur membuat ia mengucek berkali-kali matanya berusaha memastikan kalau ia bukan berada di kamar yang biasa ia tempati.

"Kak Haidal udah bangun?"

Sosok mungil yang berada di samping ranjangnya membuat Arsa terkejut bukan main.

"Kak Haidal udah tembuh??" Tanyanya lagi dengan suara menggemaskan walaupun Ia masih kecil tapi diwajahnya terlihat Ia sangat mengkhawatirkan Arsa.

"Si-siapa?" Tanya Arsa kebingungan.

"Sagala ini sagala, Kak Haidal lupa sama Sagala?" Ekspresi wajahnya menjukkan kalau Ia tengah kecewa atas pertanyaan Arsa kepadanya, mukanya merah dan cemberut. Apa Ia akan menangis??

"Eh, eh Adik kecil nggak boleh nangis, ya...." Arsa langsung berusaha menenangkan nya sebelum Ia kesusahan menghentikan tangis yang akan pecah.

Ini di mana ya? -batin Arsa kebingungan Ia memperhatikan barang-barang di kamar yang jelas Arsa sama sekali tak mengenali tempat ini, rasanya asing, Arsa tak pernah ke tempat ini sekalipun.

Tapi tunggu-

Anak kecil di sampingnya barusan berkali-kali memanggilnya Haidal?

Haidal?
H-A-I-D-A-L
Haidar.
HAHHH??
HAIDAR???????

Belum lagi dia menemukan jawaban di kepalanya, tiba-tiba pintu terbuka dan masuk seorang wanita dengan vibes keibuan sambil membawa nampan ditangannya, Ia membawakan semangkok bubur.

"Gimana? Badan kamu masih sakit nak?" Tanyanya dan langsung duduk di samping ranjang.

Sedangkan tanpa sadar anak kecil yang dari tadi menanyai Arsa sudah tidak ada lagi di sana, entahlah mungkin dia sudah pergi dari dalam kamar ini, apa karena dia ngambek kepada Arsa ya?

"Em....maaf Buk sebenernya ini di mana ya?" Arsa bertanya sambil tersenyum canggung.

"Di rumah kamu dong, jadi di mana?"

"Di ... rumah?" Tanya Arsa memastikan lagi apa yang Ia dengar.

"Iya, di rumah. Tadinya Ibuk mau bawa kamu ke rumah sakit tapi Ibuk nggak ada uang jadi Ibuk rawat aja di rumah, pasti kamu kecewa ya sama Ibuk?" Ia menatap Arsa sambil menjelaskan panjang lebar, Arsa agak terhenyak atas tatapan yang wanita itu berikan. Dalam dan tulus.

"Tapi di rumah siapa?" Arsa masih ingin memastikan keberadaannya, Ia masih belum puas sebelum mendapatkan jawaban yang pas, apa Bundanya membuangnya dan memberikannya pada orang lain?

"Di rumah kamu Haidar...." jawabnya lembut.

"Kamu pasti masih sakit ya kepalanya sampai masih bingung gitu, biar Ibuk ambilkan kompres lagi buat kamu." Ia beranjak dan ingin pergi dari samping Arsa sebelum Arsa menarik tangannya dan membuat Ia menoleh.

"Haidar siapa? Haidar teman saya?" Tanyanya polos.

"Ya ampun masa kamu amnesia ya. Coba sini Ibuk pegang kepala kamu."

Demi apapun, sentuhan ini. Sentuhan yang tidak pernah Arsa dapatkan seumur hidupnya.
Sentuhan kasih sayang-seorang Ibu.

*****

Chat group.

Danur:
Hel, Wal...Haidar sama Arsa kecelakaan

Wala:
Hah??? Demia apa?

Helga:
Beneran Da? Jangan bohong ah nggak lucu.

Danur:
NGAPAIN GUE BOHONG?

Wala:
Jadi gimana keadaannya? Mereka baik-baik aja kan? Mereka nggak kenapa-napa kan?

Helga:
Iya nih jadi gimana Nur, lu udah tau keadaannya atau belum?

Danur:
Gue baru dapet infonya si Haidar, kata Ibuknya dia baik-baik aja cuma agak sedikit pusing

Helga:
Kalau Arsa gimana?

Danur:
Itu susah, lu tau sendiri kan gue berusaha ngubungin tapi nggak aktif, nggak mungkin gue telfon keluarganya

Wala:
Iya juga nanti malah kita yang nggak enak

Helga:
Gimana kalau kita liatin Haidar dulu?

Wala:
Ide bagus

-

Arsa lucu:
Sa, ayok ketemu.

Bersambung....

BERPINDAH "JIWA"Onde histórias criam vida. Descubra agora