Sick

941 97 2
                                    

"Ten, apa kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat sangat pucat." Kun yang sejak tadi tengah memainkan ponsel pintarnya pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

Sejujurnya ia merasa aneh dengan sikap Ten selama berlatih. Meskipun saat ini mereka tengah beristirahat, tapi entah kenapa justru Ten terlihat begitu banyak diam dengan menundukkan kepalanya berulang kali..

"Apa yang Kun ge katakan benar, Ten ge. Apa kau sedang sakit?" Disisi lainnya Hendery menimpali. Pemuda berparas tampan itu menatap Ten dengan begitu khawatir..

Ten terdiam beberapa saat, lalu ia menatap kedua sahabatnya itu dengan tersenyum tipis.

"Aku baik-baik saja, Kun, Hen.. Hanya saja kepalaku terasa sedikit sakit.." jawab Ten dengan menghapus keringat dingin yang bercucuran di pelipisnya..

Yang Ten katakan memang benar. Kepalanya terasa begitu sangat sakit saat ini. Bahkan lebih parah dibandingkan pagi tadi..

Obat yang sudah ia minum bahkan tak membuahkan hasil.. Sama sekali tidak ada efek apapun..

"Jangan terlalu memaksakan diri, ge. Pelatih pasti mengerti apa alasannya kau tak bisa ikut berlatih.. Pikirkan kesehatanmu saat ini yang terpenting, ge."

Yangyang di lain sisi berbicara. Ia juga merasa sangat khawatir dengan keadaan sang main dancer ini..

"Aku sungguh baik-baik, baby." Ten kembali menjawab dengan tersenyum kecil..

"Tapi ge, wajahmu sangat pucat sekali. Apa kau belum makan? Kau pasti kelaparan ya? Mau makan snack milikku, ge? Ini, makanlah yang banyak.." Pemuda bertubuh jangkung itu menyerahkan banyaknya makanan yang berada di tangannya pada Ten..

Ten kembali mendongak. Ia menggeleng dengan tersenyum kecil dan menatap sosok jangkung yang berada di hadapannya saat ini dengan mata sayunya..

"Terima kasih, Lucas. Tapi aku masih sangat kenyang.."

Mendengar ucapan Ten membuat Lucas terdiam. Ia menunduk, lalu setelahnya memilih duduk tak jauh dari Ten dengan membawa semua snack yang tadi sempat ia berikan pada Ten..

"Kau tau, ge, Xiaojun pasti akan sangat marah jika tahu bahwa kau memaksakan diri seperti ini." Sicheng berkata dengan membenarkan tali sepatunya.

"Hmmm... Memangnya Ten kenapa? Kenapa aku harus marah?"

Ke-lima member yang saat ini tengah berkumpul di dekat Ten menoleh ke arah sumber suara yang berada tak jauh dari mereka..

Pemuda yang memiliki alis tebal itu pada akhirnya melangkahkan kakinya dengan menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap ke-lima membernya untuk memberikan penjelasan padanya dengan apa yang sedang terjadi pada Ten.

"Aku merasa sedikit pusing, tapi mereka sangat mengkhawatirkanku. Padahal aku masih sanggup untuk berlatih beberapa jam kedepan.. Mereka terlalu berlebihan." Ten pada akhirnya menjawab pertanyaan yang Xiaojun berikan pada seluruh membernya.

Mendengar jawaban Ten membuat Xiaojun menatap seluruh membernya sekilas, lalu ia kembali memfokuskan tatapannya pada Ten.

"Guys.." Xiaojun mencoba mengambil perhatian seluruh membernya.

"Yes?" jawab seluruh membernya dengan kompak.

"Bisakah kalian lanjut berlatih?"

"Tentu saja, Jun."

"Good to hear.." Xiaojun tersenyum kecil saat mendengar jawaban itu. Kini ia menatap Kun yang juga tengah menatapnya. "Ge, bisakah kau memberi tahu pada pelatih tentang keadaan Ten?" lanjutnya.

Kun tersenyum dengan mengangguk. "Tentu. Tanpa kau minta pun pasti aku akan melakukan hal tersebut.."

"Thanks.."

"Mhmm..."

"Baiklah, aku akan membawa Ten ke ruangannya.." kata Xiaojun dengan menyentuh bahu Ten.

"Tapi aku masih sanggup berlatih, Jun." Ten mencoba membantah ucapan Xiaojun.

Rasa cinta Ten terhadap dance memang berlebihan. Ia bahkan tak mempedulikan keadaannya saat ini, hingga membuat seluruh membernya begitu sangat khawatir..

"Apa kau baru saja membantahku, Ten? Kau tahu aku tak suka mengatakan suatu hal secara berulang, 'kan?" ucap Xiaojun dengan nada yang sedikit tinggi.

Selesai mengucapkan kalimat tersebut Xiaojun memilih berlalu begitu saja, membiarkan Ten yang tengah menatap seluruh membernya yang kembali berlatih..

Dengan langkah sempoyongan mau tak mau Ten mengikuti langkah Xiaojun yang berada tak jauh darinya. Ia tak tahu Xiaojun akan membawanya kemana. Karena yang ia tahu, saat ini mereka bukan berjalan kearah lorong dimana ruangan miliknya berada..

Xiaojun menghentikan langkahnya, lalu membuka sebuah pintu dan meminta Ten untuk segera masuk. Setelah Ten masuk, Xiaojun menutup dan mengunci pintu tersebut..

Helaan napas keluar dari bibir Xiaojun saat tangannya menyentuh dahi Ten yang panas. Ia menyentuh wajah Ten dan menariknya agar Ten mau menatapnya..

"Ternyata demammu masih sangat tinggi, Ten. Kenapa kau harus berbohong padaku, hm?"

Ten menatap Xiaojun yang tengah menatapnya dengan tatapan khawatirnya..

"Jika aku mengatakan bahwa aku masih sakit, kau pasti tak akan mengijinkanku untuk ikut berlatih.." Ten menyahut dengan menatap ke sisi lainnya..

Lagi dan lagi Xiaojun menghela napasnya. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Ten. Karena bagaimana bisa dia lebih mementingkan dancenya dibandingkan dengan keadaannya..

Sebegitu cintanyakah dia terhadap dance?, pikir Xiaojun dalam diam.

"Kau harus istirahat, Ten." putus Xiaojun final. Ia menempelkan dahinya dengan dahi Ten. "Sebaiknya kau pulang sekarang juga."

"Ta-tapi,"

"Kumohon, pikiran kondisimu sekarang, Ten." suara Xiaojun sedikit bergetar. Ia terlihat begitu khawatir pada Ten. "Jangan terlalu memaksakan dirimu saat ini. Melihat keadaanmu membuat hatiku sangat terluka.."

Mendengar suara Xiaojun yang bergetar membuat Ten tersentak.

Selama ia mengenal Xiaojun pun, ia sama sekali tak pernah mendengar Xiaojun mengeluarkan nada memohon.. Karena hal itu tak akan pernah Xiaojun lakukan pada siapapun, termasuk dirinya..

Ten menatap iris tajam Xiaojun yang masih menatapnya dengan tatapan khawatirnya. Tatapan itu terlihat seakan-akan Xiaojun masih memohon padanya agar mengikuti apa yang sudah ia katakan tadi.

Dengan susah payah Ten menelan ludahnya kasar.

Selain dance dan dua kucing kesayangannya, tatapan Xiaojun berhasil membuatnya luluh. Keegoisan dan keras kepalanya runtuh begitu saja. Dan pada akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya..

"Baiklah, aku pulang sekarang.. Apa kau senang?"

Meskipun Ten masih ingin berdiam diri di ruang berlatih untuk melihat para membernya, tapi tatapan Xiaojun yang begitu memelas membuatnya mengalah dan menyetujui permintaan Xiaojun tadi.

Xiaojun tentunya merasa senang. Ia tersenyum manis dan bangga karena berhasil meluluhkan sifat keras kepala dan keegoisan Ten. Ia menarik Ten kedalam pelukannya, lalu menghirup dalam aroma khas Ten yang begitu memabukan..

Dan Ten tentunya membalas pelukan hangat Xiaojun dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Xiaojun..

"Pulang ke apartemenmu, ya. Jangan pulang ke dorm.."

"Mhm.."

"Jangan lupa makan bubur yang sudah aku buat. Dan jangan lupa minum obatnya juga.."

"Iya.. Asalkan kau berjanji tidak pulang terlalu larut." ucap Ten dengan melepas pelukannya.

Xiaojun mengangguk mengerti. Ia tersenyum kecil dengan mengelus surai halus Ten.

"Tentu, dear. Tunggu aku disana, ya. Aku yang akan mengurusmu nanti."

"Iya.."

"Bagus.. Itu baru kekasihku.." kata Xiaojun dengan mengecup dahi Ten lama.

All X TENWhere stories live. Discover now