01 :: Escape

1.1K 142 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Asap tembakau mengepul di udara, menari-nari seakan merayakan festival. Ruangan remang itu kian terasa sesak karena seorang pria yang tak henti-hentinya menghisap zat nikotin itu. Sembilan orang itu tidak ada yang berani protes karena merasa tidak nyaman, kalau ada pun, orang itu hanya menginginkan hidup panjangnya dipangkas oleh si pria.

Sunyi dan tegang, ruangan yang biasanya dipakai untuk mencari ketenangan bagi sang empu itu terasa dingin. Karina bahkan sudah bergerak mundur, berlindung di balik tubuh tinggi tegap milik Natan, sekaligus menghalau terpaan asap yang ada. Gadis yang sebentar lagi menginjak bangku SMA itu diam-diam mengerucutkan bibir, merasa kesal karena sang atasan belum juga memulai konversasi.

Jarum pendek dan panjang jam dinding bergerak ke angka enam. Menjelang malam, orang-orang milik Erlando dikumpulkan ke ruangan pribadi si pria. Krystal berdiri seraya menatap El serius, ada di barisan terdepan dengan tiga orang perempuan di belakangnya.

Karina mencengkram kaus hitam Natan tanpa sadar saat iris kelabu El menghujam dirinya telak. Sial, ini lebih menegangkan daripada saat jaringan internetnya nyaris ketahuan oleh internet protocol milik negara. Pria berusia tiga puluh tahun yang duduk di kursi kerja seraya menyilang kaki itu benar-benar seperti malaikat maut. Sudah hampir sepuluh menit mereka di sini, percakapan benar-benar belum dibuka oleh Erlando.

Ini semua karena kematian Jisoo.

Ah, tidak.

Karina merasa kematian ini hanyalah alibi busuk seseorang.

Orang yang cerdas seperti Jisoo, kendati merasa tertekan, Karina yakin perempuan itu tidak akan berpikiran cetek dengan membunuh diri sendiri. Jisoo kaya akan rencana, hidupnya terstruktur dan dijadwal, sangat terorganisir. Rasanya, agak mustahil kalau gadis itu bunuh diri tiba-tiba.

Karina mencengkram kaus Natan kian erat, tak peduli kalau Natan sudah mengangkat alis kebingungan sedari tadi karena ulahnya.

"Mustahil Jisoo bunuh diri," gumam Karina pelan, nyaris seperti bisikan. Namun, lirihan itu terdengar sampai meja terdepan di sana.

"Karina."

"Puji Tuhan!" Karina menyahut latah, membuat semua orang yang ada di ruangan itu kecuali Natan refleks menatap gadis yang berdiri di belakang punggung Natan. Karina mengulum bibir, merasa jantungnya akan copot begitu El memanggil namanya tiba-tiba. Gadis itu menghela napas, kemudian memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Ia bergerak ke kiri dua langkah, kemudian menggerakan kaki bergerak maju mendekati meja El. Gadis dengan rambut dikucir dua itu mengerjap, memandangi sang atasan yang menaruh rokok ke atas asbak itu dengan sorot bingung.

"Iya, Kak Erlan?"

Tatapan tajam El menusuk retina Karina, membuat gadis itu merasa ingin buang air kecil tiba-tiba. Keringat dingin mengucur di dahinya begitu decitan kursi terdengar setelah El bangkit. Karina menelan saliva, dia sendiri tidak melakukan kesalahan, atau hal yang merugikan Jisoo sebelum kabar kematian bungsu Pratama menyebar.

Ambivalent [17+] [Jisyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang