06 :: Eidetic

472 65 9
                                    

Siena tidak pernah bertemu dengan wanita unik layaknya Jisoo. Selama ini, saat dia SMP, SMA, menjadi mahasiswi, atau ketika berkarir di lapangan, dia selalu merasa wanita-wanita di sekitarnya itu justru membuat suasana hatinya memburuk saja. Siena tidak memiliki banyak teman perempuan. Bukan karena Siena tidak bisa dan tidak mampu menjalin interaksi dengan mereka. Hanya saja, dia terlalu memperketat kriteria orang yang pantas dan layak untuk dia anggap sebagai teman.

Siena memiliki pengalaman cukup buruk dengan wanita.

Oleh karena itu, sampai sekarang, dia tidak memiliki satupun teman perempuan.

"Lo gak makan, Siena?"

Ah.

Siena yang duduk di atas kap mobil menatap oknum yang mengajak berbicara di depannya. Iris kelam Siena menyorot lempeng. Gadis berusia 26 tahun itu menenggak kopi hitam pahit. Dia menggeleng.

Mungkin hanya Lea yang Siena biarkan bertindak semaunya sampai mengintilinya ke sana kemari.

"Nanti lo magh, loh."

"Gak bakal." Siena menyahut tidak minat. Perempuan itu melirik Lea yang berdiri di sampingnya menggunakan ekor mata. Lea Anjani. Kalau Siena mengikuti kemauan rasionalnya, dia akan membunuh wanita di sampingnya sekarang juga.

"Si Taeyong itu, gue jadi kasian sama dia." Lea bersandar pada mobil seraya bersedekap. Gadis yang seharusnya berkuliah dan menyusun skripsi itu menatap ke arah tiga orang yang duduk sila di tepi pantai. "Ngadepin monster kayak Jisoo, mental dia nanti pasti bakal keganggu."

Siena belum berniat menyahut. Dia diam saja ketika angin berembus kencang hingga menyapu rambut panjangnya. Dia menggenggam gelas kopi erat, memilih mendengarkan apa yang akan Lea katakan lagi. Matahari terhalang oleh awan gelap, tak lama lagi wilayah ini akan diguyur hujan. Siena jadi penasaran, ke mana Jisoo akan pergi setelah ini?

"Kalau gue jadi Taeyong, gue bakal ninggalin Jisoo."

"Itu karena lo nggak suka sama Jisoo." Siena sengaja berkata demikian. Perempuan itu bisa merasakan aura yang Lea keluarkan berubah. Yah, Siena tidak peduli. Dihadapkan dengan perintah menjengkelkan dari rekannya, menyongsong wanita layaknya Lea, menerima konsekuensi dari kesalahannya dulu, Siena sudah pening dengan itu semua. Kalau sampai wanita di sampingnya ini berbuat yang tidak-tidak ...

Siena menoleh, menatap Lea yang balas menyorotnya datar. "Lo tau, kan? Gue benci kekacauan."

Kesal rasanya kalau semua rencana yang tinggal dieksekusi dengan lancar harus terusik oleh hama. Pandangan Siena menajam, dia meletakkan gelas ke atas kap, kali ini tangan kanannya mengambil rokok dan pemantik di saku pakaiannya. Siena mengapit rokok pada bibirnya, pun dengan api kini menyala, membakar ujung batang tembakau itu. Asap mengepul, membuat Siena meraih rokok setelah menghisapnya. Bahunya naik turun, menghembuskan napas membiarkan terpaan napas juga asap rokok mengenai wajah Lea.

Siena memandang Lea dingin sembari mencengkram bara rokok menggunakan tangan kanannya. Dia berkata, "Siapapun yang bikin kacau, entah itu Taeyong atau elo, atau bahkan John sekalipun ..." Siena membuang rokok yang padam dalam genggamannya, "kalian bakal mati."

Darah mengucur dari telunjuk dan jempol Siena, membuat Lea terdiam untuk sesaat lalu menghela napas. Dia hendak meraih tangan gadis itu tetapi urung ketika Siena menghisap telunjuk dan jempol yang terluka.

Lea melengos. "Lo masih aja sensi sama gue."

Siena tak menjawab. Dia anteng sembari menyesap dua jarinya, berkedip dua kali ketika dia merasa darahnya justru terasa nikmat.

Boleh juga.

Siena nyaris menggigit jarinya kalau tidak ingat dirinya sendiri ini siapa. Gadis itu terdiam, lalu tanpa kata melompat turun, nyaris menyenggol gelas kopi kalau saja tangan kanannya tidak cekatan mengantisipasi. Gadis itu beranjak pergi sembari menggenggam gelas, meninggalkan Lea yang mengukir ekspresi sukar diartikan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ambivalent [17+] [Jisyong]Where stories live. Discover now