Misunderstanding 2

1K 82 2
                                    

Setelah mengatakan hal tersebut, Arthit langsung mengusir Kongbop dari condonya dengan paksa. Meskipun Kongbop awalnya tidak ingin dan masih ingin bersama dengan Arthit untuk meluruskan apa yang terjadi, namun dia nggak bisa membantah kalau Arthit sudah berteriak marah dengannya.

Saling berdebat dalam kondisi emosi yang sedang berada di puncak nirwana yang ada malah semakin memperburuk suasana dan juga semakin rumit. Dengan langkah gontai dia menuju ke sebuah tempat yang mana dia adalah dalang dari semua ini. Kongbop masih nggak menyangka dia mengirim pesan seperti itu pada kekasihnya.

Sampai tujuannya, Kongbop menggedor pintu di depannya dengan membabi buta. Tidak peduli kalau orang di dalam akan terganggu dengan ketukannya yang begitu keras. Bahkan dia juga nggak peduli dengan penghuni lain yang berlalu lalang di lorong ini.

“Apaan …. Eh Kong, ngapain ke sini?” Nada yang awalnya tinggi ingin marah karena ketukan pintu yang begitu berisik, seketika nada bicaranya berubah menjadi lemah lembut ketika melihat tamu yang datang ke tempatnya adalah Kongbop.

“Aku ingin berbicara denganmu, apakah aku boleh masuk Mey?” tanya Kongbop dengan wajah datarnya.

“Boleh  kok, silahkan masuk.” Mey sedikit miring dan mempersilahkan Kongbop masuk ke dalam condonya.

Kongbop duduk di sofa yang ada dan menunggu Mey yang baru menutup pintu condonya. Ketika melihat Mey sudah duduk di sofa yang sama dengannya, Kongbop langsung berbicara. “Mey, boleh aku pinjam ponselmu. Aku ingin menghubungi Em, tapi ponselku sedang lowbet. Dan kebetulan aku mampir ke sini, makanya aku ingin meminjamnya darimu.” Ada hal yang harus Kongbop lakukan, hingga harus berbicara seperti ini pada Mey.

“Boleh kok,” jawab Mey dengan senyuman yang begitu lebar. Dia bahkan langsung menyerahkannya tanpa ada rasa curiga sedikitpun pada Kongbop.

“Ini gunakanlah, aku akan membuat minum untukmu.” Setelah memberikan ponselnya pada Kongbop, Mey langsung bangkit dari duduknya dan menuju dapur mini yang ada di condonya untuk membuatkan Kongbop minuman.

Kongbop yang melihat kepergian Mey, langsung membuka ponselnya dan mencari apa yang dirinya lihat tadi di ponsel kekasihnya. Untuk memastikan kesalahpahama diantara mereka berdua, dirinya nggak akan rela kalau hubungannya akan berakhir dengan sia-sia selama 3 tahun ini.

Mata Kongbop membola ketika melihat apa yang dirinya cari memang ada, dan kebetulan belum dihapus oleh Mey. Sungguh itu membuat dirinya begitu murka saat ini, bisa-bisa temannya itu mengatakan hal yang tidak-tidak dan menyuruh Arthit memutuskan Kongbop untuk putus. Apalagi ada gambar yang membuat Arhtit murka, yaitu sebuah foto yang mana saat itu Kongbop sedang mabuk berat hingga tidak sadarkan diri.

Dalam foto tersebut, Mey memeluk lehernya dan menempelkan bibir mereka berdua. Sungguh dia nggak habis pikir dengan apa yang dilakukan Mey, padahal Mey adalah kekasih dari Em. Tapi mengapa berambisi menghancurkan hubungannya dengan Arthit.

Mey kembali dengan dua gelas minuman di tangannya, dan Kongbop yang melihat itu langsung meletakkan ponsel Mey di meja. Namun sebelum itu dia tadi sudah mengirimkannya pada ponselnya sendiri, untuk dirinya jadikan cadangan bukti.

“Ini Kong minumannya,” ucap Mey sembari meletakkan gelas di depan Kongbop.

“Terima kasih, Mey. Oh iya aku ingin meminta bantuanmu untuk menemaniku mencari kado buat Phi-ku yang perempuan, apakah kau mau menemaniku?” tanya Kongbop.

Mey yang mendengar ajakan itu tentu saja senang. “Sekarang, Kong?” tanya Mey memastikan.

“Iya, sekalian kan aku sudah di sini.”

“Baiklah, aku akan dengan senang hati membantumu. Sebentar aku ganti baju dulu.”

Belum sempat Kongbop menjawabnya, Mey sudah berlari menuju kamarnya dan meninggalkan Kongbop yang tersenyum miring karena satu langkah lagi rencananya akan berhasil. Nggak ada yang boleh mengusik hubungannya dengan kekasihnya, meskipun itu adalah temannya sendiri.

One Shot SingkitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang