Mau Adek (Zoe)

820 77 8
                                    

Krist tercekat mendengar suara anaknya yang menangis begitu kencang. Padahal dirinya sedang berada di dapur, dengan langkah seribu dia langsung ke depan untuk mencari anaknya.

Terlihat gadis kecil masuk ke dalam rumah dengan tangisan yang menggema, Krist sontak menghampirinya dan berkata. "Zoe, kenapa kamu nangis?" bukannya menjawab gadis kecil yang bernama Zoe itu justru semakin menangis kencang.

Krist semakin bingung sendiri sekarang. "Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa Zoe menangis Pak?" tanya Krist pada supir pribadi putrinya.

"Anu ... tadi Nona Zoe saya lihat berdebat dengan temannya, Tuan. Dan ketika saya menghampirinya, Nona Zoe sudah menangis seperti ini."

"Ya sudah, kamu bisa kembali ke kantor Kak Singto, siapa tahu dia nyari kamu. Zoe biar saya yang tenangin." Krist mengatakannya sambil menggendong Zoe sembari tangannya mengelus punggung putrinya yang mana sampai sekarang belum selesai menangis.

"Baik, Tuan." Supir tersebut menyerahkan tas Zoe dan langsung pergi dari sana.

Krist membawa Zoe ke ruang tamu dan duduk di sana, dengan sabar dia menunggu Zoe sampai tangisnya mereda. Karena memang itu yang selalu dia lakukan, ketika anaknya sedang tatrum maka dia akan membiarkannya sampe reda sendiri karena kalau dipaksakan berhenti, maka itu akan membuat tangisnya justru tak kunjung berhenti. Itu yang dirinya pelajari tentang parenting.

"Sudah selesai nangisnya?" tanya Krist dengan senyuman meneduhkan. Sembari tangannya yang sedari tadi tak henti-hentinya mengelus punggung anaknya itu.

Gadis kecil itu dengan sesenggukan menganggukkan kepalanya.

"Sekarang boleh Mama tahu apa penyebab Zoe menangis?"

"Adek..."

Krist mengerutkan dahinya bingung mendengar satu kata yang terucap dari mulut gadis kecilnya ini. "Maksudnya gimana, minta apa Sayang?"

"Mau adekk...," ucap Zoe sambil sesenggukan dan menghapus air matanya sendiri yang masih turun.

"Minta adek?" tanya Krist memastikan apa yang dipunya oleh gadisnya.

"Mau adek, Ma....," rengek Zoe yang tangisnya kembali pecah.

Kalau tadi Krist khawatir, kini dia justru tertawa. "Hahaa nanti minta sama Papa lah."

"Aaaa... mau adek, Ma."

Sungguh ini kejadian yang sangat lucu karena bisa-bisanya Zoe minta adik tiba-tiba, namun kasihan juga karena sampe menangis seperti ini.

"Iya-iya mau adek cowok apa cewek nih, Zoe?" tanya Krist sambil menahan tawanya yang sebenarnya ingin meledak.

"Mau cewek aja."

"Mau satu atau dua?"

"Satu aja,"

"Terus belinya di mana?"

"Di shopee ada, Ma."

Seketika tawa Krist pecah mendengar itu, "Hahaahaha, shopee mana ada Zoe..."

Zoe yang ditertawakan oleh Krist kini menangis lagi. "Gamau tau, pokonya mau adek Ma..."

"Iya-iya nanti minta belika sama Papa ya." Pada akhirnya Krist hanya berkata demikian, gadis kecilnya memang ada aja pemikirannya. Terkadang Krist tak habis pikir sendiri.

Sore hari Zoe sudah duduk manis di teras rumah dengan es krim di tangannya. Dia melakukannya karena menunggu papanya pulang dari kantor. Sesuai yang dibilang oleh mamanya kalau dirinya harus meminta kepada papanya jika ingin adek.

Mobil BMW berwarna hitam glossy itu berhenti di depan rumah, Singto keluar dari sana dan mendapati gadis kecil yang sudah berdiri di depannya.

Mobil BMW berwarna hitam glossy itu berhenti di depan rumah, Singto keluar dari sana dan mendapati gadis kecil yang sudah berdiri di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo Papa," sapa Zoe pada Singto.

"Halo juga, Sayangnya Papa."

Singto tersenyum melihat Zoe yang begitu menggemaskan. Dia langsung mengangkatnya dan mereka masuk ke dalam rumah.

"Papa, Zoe minta sesuatu boleh nggak?" tanya Zoe dengan senyuman yang begitu manis.

"Boleh dong, memangnya Zoe ingin apa?" Singto menjawabnya sambil menoel hidung Zoe karena dia terlalu gemas dengan gadis kecilnya ini.

Krist yang duduk di ruang tamu sudah tersenyum karena tahu apa yang akan diucapkan gadis kecilnya itu.

"Zoe mau adek dong, Pa."

Mulut Singto menganga mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya ini. "Coba bilang sekali lagi, tadi Zoe ingin apa?" tanya Singto memastikan pendengarannya kalau tidak salah.

"Papa... Zoe mau adek cewek 1 aja." Zoe menekankan setiap kata yang keluar, agar papanya paham dengan apa yang dirinya katakan.

Singto menatap Krist, bingung harus menjawab bagaimana. Krist yang dipintai tolong oleh suaminya malah mengendikkan bahunya sembari tersenyum miring.

"Oke, nanti biar Papa minta sama Mama ya," ucap Singto yang hanya menjawab seadanya.

Seketika Zoe cemberut, "Papa gimana sih, tadi Mama bilang suruh minta sama Papa. Ini malah Papa mau minta sama Mama."

Singto tersenyum canggung. Dia membawa Zoe duduk disamping Krist.

"Zoe, bisa dengarkan Papa ya. Kalau kamu mau adek ya tidak bisa langsung ada karena semuanya butuh proses." Singto dengan perlahan menjelaskan hal itu pada anaknya.

"Tapi kata Zara bisa beli di shopee, Pa."

Tawa Krist mengudara kembali mendengar ucapan Zoe. Sedangkan Singto kembali cengo, apa tidak salah dengar tadi minta adek tapi beli di shopee.

"Sayang, kalau kamu minta boneka. Nah, itu baru ada di shopee. Kalau adek ya nggak ada dong," ucap Singto

Zoe cemberut lagi. "Ini Zoe beneran mau adek?"

Zoe menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Oke, tapi Zoe sabar ya. Nanti Papa usahakan karena nggak bisa langsung ada dong. Harus melalui proses di dalam perut Mama dulu. Nah, nanti kalau udah saatnya baru adeknya Zoe keluar deh."

Krist terdiam sepertinya dia nanti malam harus siap siaga karena ada singa yang menatapnya dengan tatapan yang mengerikan.

.
.
.
.

wkwkw aku terinspirasi dari fyp tiktok

One Shot SingkitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang