Morning (Zoe)

631 60 6
                                    

Zoe masih tertidur pulas di ranjang, menikmati waktu libur yang begitu nyaman. Dari kemarin mereka sudah sampai di Bali karena ikut papanya yang katanya ada kerjaan.

Jika Zoe masih tidur, itu waktu yang tepat buat Krist dan Singto buat berduaan. Memanfaatkan waktu tanpa gangguan gadis kecilnya itu.

Singto sedang menatap semestanya yang sedang membuat kopi untuk dirinya karena mereka tadi habis mandi bersama. Hanya mandi saja ya.

Dia melangkahkan kakinya mendekat dan memeluk istrinya dari belakang. Krist yang dipeluk hanya tersenyum tanpa menoleh ke belakang karena dia juga tahu siapa yang memeluknya sekarang.

"Udah jangan meluk terus, nanti kamu kebablasan," tegur Krist.

"Bentar Sayang, aku lagi ngisi batre." Singto semakin mengendus leher istrinya, seolah tak ingin melepaskan Krist.

"Tadi udah meluk terus waktu mandi, aku mau bangunin Zoe."

Dengan berat hati Singto melepas pelukannya, hingga kini Krist berbalik menatapnya. Krist menangkupkan tangannya di kedua pipi suaminya dan berkata, "Udah nggak usah cemberut, ini kopinya silahkan di minum Tuan. Hamba akan membangunkan putri kecil kita."

Krist mengucapkan dengan suara yang begitu lembut dan senyuman manis yang terpatri diwajahnya. Dan diakhiri dengan kecupan dibibir,   hingga kini terbitlah senyuman malu-malu dari  Singto atau bisa dibilang kalau kata anak jaman sekarang namanya itu mleyoottt uhuuy.

Krist hanya bisa menggelengkan kepala melihat suaminya yang malu-malu kucing seperti itu, dia memilih beranjak dari dapur mini yang ada di apartement yang mereka sewa dan menuju ke kamar putrinya.

Dan dugaan Krist benar bukan kalau Zoe masih belum bangun. "Zoe, bangun Sayang. Ini udah pagi loh," ucap Krist sembari mengelus rambut panjang gadis kecilnya.

Zoe mengggeliat, namun enggan untuk bangun. Dia malah lebih memilih memeluk boneka buayanya semakin erat.

"Zoe, kalau kamu nggak mau bangun. Papa sama Mama tinggal di hotel aja ya," ancam Krist sembari terkikik geli karena dia tahu dengan itu pasti Zoe akan segera bangun.

"No, jangan tinggalkan Zoe, Ma....," rengek Zoe yang kini terduduk dan langsung memeluk tubuh Krist dengan erat.

"Hahaha... nggak, yaudah ayo kita mandi princess Zoe..." Bukan Krist namanya kalau tidak menjahili putrinya.

"Kita mau kemana sih, Ma. Zoe tuh masih ngantuk dan ingin tidur lagi, Zoe bukan tipe orang morning person yang harus bangun pagi untuk kerja. Zoe mau ngabisin uang Papa aja. Jadi, Zoe mau tidur ya." Setelah mengeluarkan keluh kesahnya, Zoe kembali merebahkan dirinya di ranjang dan menutup matanya lagi.

Krist antara ingin tertawa dan lelah. Disatu sisi dia ingin tertawa karena keluh kesah gadis kecilnya, namun juga lelah membangunkan Zoe yang tak kunjung bangun. Zoe ini sebelas dua belas sama papanya, yaitu sulit bangun kalau udah tidur. Tadi pagi aja kalau bukan karena Krist ingin mandi bersama, mungkin sampai sekarang Singto masih tidur.

Dengan mengerahkan seluruh kata-kata manis yang sudah Krist rangkai sedemikian rupa, akhirnya Zoe bangun juga.

Setelah Zoe bangun, Krist langsung menyuruhnya buat mandi. Semenjak hamil memang Krist mengajarkkan untuk Zoe mandi sendiri karena tak selamanya harus bergantung pada Krist kan.

Mereka sarapan bersama, dan setelahnya Singto langsung berangkat buat meeting dengan kliennya. Meninggalkan anak dan istrinya dan berjanji untuk makan siang bersama.

Seperti sekarang Krist dan Zoe sudah stay di restoran hotel tempat mereka menginap dan sedang menunggu Singto yang belum selesai.

"Ma, Papa belum selesai ya kerjanya?" tanya Zoe menyandarkan badannya di sofa. Dia sudah lapar ingin makan, namun sang papa belum terlihat batang hidungnya.

"Sabar, bentar lagi juga selesai. Mama udah pesenin makanan buat kita, Mama tahu kamu udah laper kan," tuduh Krist yang tepat sasaran.

Sontak Zoe langsung menegakkan badannya dan mengangguk sembari tersenyum manis.  "Mama terbaik deh, Zoe udah laper banget hehehe." tak lupa Zoe mengacungkan jempolnya pada sang Mama.

Krist tersenyum dan mengusap rambut Zoe dengan gemas.

Zoe melihat sekitar restoran untuk melihat suara di ujung ruangan terdapat sekumpulan orang yang ramai.

Zoe mengerutkan dahinya melihat mereka dan langsung mendekat ke Krist. "Mama, itu om-om pada ngapain ya? apa mereka lagi arisan brondong ya, Ma...,"bisik Zoe sambil menunjuk segerombolan orang yang dimaksud.

"Hussst

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hussst..., kalau bicara kok gitu... nggak boleh gitu Zoe, siapa yang ngajarin sih," dumel Krist.

"Hehehe, Zoe denger dari mamanya Zara sama Nara, Ma. katanya mau arisan brondong gitu..., brondong apa sih Ma..., yang kayak sendwich gitu ya?" tanya Zoe dengan wajah seriusnya.

Krist sepertinya akan seperti Singto yang malah sakit kepala. Mungkin awal-awal terdengar lucu, tapi semakin kesini, malah dirinya takut dengan pertemanan gadis kecilnya.

"Udah nggak perlu tahu kamu, pokonya itu hal nggak baik dan jangan pernah bicara seperti itu lagi ya, Sayang."

Zoe yang memang tidak paham hanya menganggukkan kepalanya.

Tak lama Singto masuk ke dalam restoran dan bersamaan dengan pesanan mereka yang datang.

Singto langsung melabuhkan kecupan di kening Zoe dan Krist dan duduk di samping Krist.

"Papa lama banget deh," gerutu Zoe agak sebal menunggu papanya.

"Maaf ya princess Papa, udah ini makan dulu kamu."

Krist yang melihat perdebatan papa dan anak itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Kak, kayaknya aku nurut sama kamu aja deh buat mindahin Zoe ke SD elit aja. Biar pertemanannya agak bagus, mumpung bentar lagi dia lulus TK," bisik Krist pada Singto.

Singto mengerutkan dahinya heran, seingatnya kemarin Krist tak setuju memisahkan gadis kecil mereka dengan teman-temannya. Lantas mengapa Krist berubah pikiran, pasti ada keanehan lagi yang terjadi. Hingga Krist setuju dengannya.

.
.
.
.

Kayaknya bagian cerita ini lama-lama jadi milik Zoe deh wkwk

One Shot SingkitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang