Prolog

1.8K 278 11
                                    

01-01-2022
Tahun baru.
Tulisan baru.
Semangan menggebu.
Apa kalian semangat untuk membaca cerita ini?

♡♡♡

"Kamu bisa cari laki-laki yang lebih baik dari Mas, Ta. Mas ingin kamu hidup bahagia bersama orang yang tidak menyusahkanmu suatu saat nanti."

Gadis bernama lengkap Arista Ratu Cantika sontak menatap calon suami yang sedang terbaring di atas brankar. Tangannya masih menggenggam erat tangan Gema Narendra, calon suaminya.

"Kenapa Mas Gema ngomong seperti itu? Aku yakin Mas Gema bakal sembuh. Lima bulan lagi kita akan menikah, Mas. Apa pun kondisi Mas nantinya aku akan tetap pada keputusan untuk menikah dengan Mas Gema. Jangan mengatakan hal itu lagi padaku," pinta Rista dengan nada memohon.

Gema bergeming, hanya mengembangkan senyum tipis menanggapi ucapan calon istrinya. Entah apa yang mendasarinya mengatakan hal seperti itu pada gadis yang biasa dia panggil Tata. Merasa takut jika akan merepotkan calon istri setelah mereka menikah karena penyakit yang dideritanya. Dia divonis dokter mengidap gagal ginjal stadium tiga. Hal itu yang membuatnya seketika ragu untuk menikahi Rista.

"Percaya, Mas. Kamu pasti akan sembuh. Jangan pesimis seperti itu. Aku akan selalu bersama Mas dalam kondisi apa pun." Rista meyakinkan sang calon suami.

"Lebih baik kamu pulang. Kamu pasti cape karena harus jauh-jauh ke sini. Lagipula, besok pagi kamu masih ada pemotretan. Aku lebih khawatir dengan kondisi kesehatan kamu."

"Aku mau tetap di sini jagain kamu. Apalagi sebentar lagi kamu mau cuci darah. Aku mau nungguin kamu di depan ruang HD sampai kamu-" ucapan Ratu terpotong saat mendengar pintu ruangan itu terbuka.

Mereka menatap ke sumber suara. Terlihat seorang suster memasuki ruangan itu, lalu disusul seseorang di belakangnya. Genggaman tangan mereka terlepas. Ratu beranjak dari tempat duduk.

"Sudah waktunya pasien ke ruang HD." Suster menyampaikan saat tiba di dekat brankar.

Gema hanya bisa mengangguk pasrah. Ini kali kedua dia harus cuci darah. Dalam satu pekan dia harus cuci darah selama dua kali untuk mengontrol dan mengimbangi kadar mineral dalam darahnya karena ginjal Gema mengalami kerusakan. Dia harus dirawat untuk beberapa hari ke depan sampai kondisinya membaik.

"Maafin Mas, Ta," ucap Gema sambil menatap Rista yang sedang berjalan sambil mendorong brankarnya menuju ruang cuci darah.

Gadis itu menatapnya. "Kenapa Mas Gema minta maaf? Mas nggak melakukan kesalahan. Sekarang Mas fokus buat sembuh. Jangan pesimis. Mas pasti sembuh," balas Rista menguatkan.

Mereka tiba di depan ruang HD. Gema langsung dibawa masuk ke dalam ruangan itu oleh suster. Ratu dan dua laki-laki remaja menunggu di luar ruang cuci darah. Dua laki-laki itu adalah adik panti Gema. Mereka yang menjaga Gema selama beberapa hari ini dirawat di rumah sakit.

Deringan ponsel membuyarkan pikiran Ratu. Suara itu bersumber dari ponselnya. Ratu bergegas meraih benda pipih itu daru dalam tas. Digesernya layar ponsel saat melihat nama sang penelepon.

"Iya, Pril," sapa Rista pada April, sahabat sekaligus asistennya.

"Kamu lupa kalau sore ini ada pertemuan?" tanya April. Lebih tepatnya mengingatkan.

Rista memejamkan mata sesaat. Fokus pada Gema membuatnya lupa pada pekerjaan. "Kasih aku waktu dua jam lagi. Aku lagi nungguin Mas Gema," balasnya.

"Setengah jam."

"Kamu kira cuci darah sebentar?!"

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Rista sebelum mendapat balasan dari asistennya. Bagaimana mungkin dalam waktu setengah jam dia harus tiba di tempat pertemuan? Dengan berat hati dia harus meninggalkan Gema karena pekerjaan memaksanya untuk pergi.

"Tio, Sandi, Kakak tinggal dulu, ya. Sebenarnya, Kakak masih ingin di sini, tapi Kakak lupa kalau ada pertemuan sore ini. Kakak pasti akan ke sini lagi," ucap Rista pada kedua adik panti Gema.

"Iya, Kak. Mas Gema pasti bisa ngertiin. Aku sama Tio yang akan jaga Mas Gema. Lagian sebentar lagi Ibu sampai. Kakak fokus saja sama kerjaan." Sandi menanggapi ucapan Rista.

"Kabari Kakak kalau Mas Gema sudah selesai cuci darahnya."

Sandi hanya mengangguk.

Rista menatap pintu ruang di mana ada Gema di dalam sana. Berat rasanya meninggalkan laki-laki yang dia cintai di dalam sana yang sedang berjuang untuk sembuh.

Aku pergi dulu, Mas. Aku pasti akan ke sini lagi secepatnya setelah pekerjaanku selesai. Tunggu aku.

♡♡♡

Mari tebak-tebakan mengenai part 1.
Menurut kalian gimana?

Jangan lupa follow me and tap bintangnya.
Terima kasih.

Persinggahan TerakhirWhere stories live. Discover now