Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Inces benci kakak, tapi Inces sayang Axe." -Princess EdellynAdelard
. .
Seorang pria dengan setelan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya itu kini tampak sangat kewalahan untuk mengurus satu gadis merepotkan yang mulutnya sedari tadi tak berhenti bicara. Ia adalah Axeras Lewis. Sudah hampir tujuh tahun kepergian Alexi dan Aaron, kini Axeras telah di beri amanah untuk menjadi seorang kakak dari Princess Edellyn Adelard.
Axeras keluar dari mobil Buggati miliknya, mengendorkan dasi yang ia kenakan sembari berjalan memutar untuk mencapai pintu mobil yang lain. Axeras membuka pintu itu bermaksud meminta Princess untuk keluar. Tapi tak ia sangka gadis itu justru mendahuluinya dan membuat dahi mereka terantuk satu sama lain.
"Aduh! Kakak awas!" pekik Princess.
Dengan segera Princess mendahului Axeras yang kini memajang wajah masam sambil mengekori dirinya. Sepanjang perjalanan memasuki mansion, Princess tak berhenti menggerutu menyumpah pria di belakangnya itu.
Axeras hanya terkekeh dengan kata-kata yang sudah sering ia dengar dari mulut Princess. Namun, sedetik kemudian Axeras merubah mimik wajahnya menjadi serius dan merengkuh pinggang Princess semakin mendekat padanya. "Kenapa kau nakal sekali, hm?" tanya Axeras.
"Kakak.." Princess berusaha untuk menjauh dari jangkauan Axeras tapi rasanya seperti mustahil. Tubuhnya justru semakin rapat tanpa jarak.
"Inces nggak nakal!" sangkal Princess.
"Benarkah? Lalu kau pukul mereka dengan apa?"
"Cuma pakai botol kaca kok! Masa gitu aja bocor?"
Axeras tersenyum dan menggeleng dengan tingkah gadis yang membawa sifat setengah ayahnya setengah ibunya ini. "Inces?" panggil Axeras.
"Iya, kakak?" jawab Princess.
"Itu adalah kepala, bukan besi atau kayu."
"Ya itu bukan urusan Inces! Mereka sentuh Inces, Inces nggak suka!" ujar Princess pembelaan.