CHAPTER 05

233 61 13
                                    

ASSALAMUALAIKUM
HAI GIMANA KABARNYA?

HAPPY READING
.
.
.
.
......

Rasanya sepi, Sabyna mondar-mandir di depan ruang TV. Menggerutu tak jelas, bagaimana suaminya tega meninggalkannya selarut ini? Shila sudah pulang, karena hari juga sudah malam.

Sabyna merasakan mual pada perutnya, tapi ia takut untuk ke kekamar mandi. Ditangannya terdapat minyak kayu putih yang di dekatkan pada hidungnya.

Meski demikian Sabyna harus rileks, ia tak mau ketahuan Bumi kalau di takut. Sebenarnya sudah banyak pesan yang ingin Sabyna kirim, tapi ia kembali menghapus semua pesan itu. Mengingat suaminya ada urusan yang katanya penting, dia tidak mau menjadi pengganggu.

"Nih anak mana sih, lupa yah kalo udah punya istri? Mana nih rumah gede banget lagi, kan takut." Gerutunya.

Ia melirik jam dinding yang sudah menampakkan pukul dua belas malam, tapi Bumi tak kunjung pulang.

Telinganya mendengar suara ribut di depan, dengan segera Sabyna langsung berlari menuju pintu.

CEKLEK

Pintu terbuka sebelum Sabyna membukanya, matanya membulat saat mendapati wajah Bumi yang banyak bekas keunguan. Itu lagi, bibirnya kenapa ada darah?

"Lo habis berantem ya?" Bumi tak menjawab, Sabyna mengikuti langkah Bumi yang kini duduk di sofa.

Bumi menyenderkan kepalanya di kepala sofa, memejamkan matanya mencoba untuk menghilangkan kantuknya.

"Kalo ngantuk langsung ke kamar aja Bumi, gue gak mau ngangkat tubuh Titan Lo itu." Sabyna datang dengan kotak P3K di tangannya.

Duduk di samping Bumi, gadis itu dengan telaten mengoleskan obat di lebam Bumi. Sedangkan  Bumi, hanya bisa menatap istri kecilnya.

"Lupa ya kalo udah punya istri? Astaga ini kenapa bisa berdarah gini? Bumi, plislah Lo habis berantem ya?"

"By, besok aja ya gue jawab, capek."

Seolah paham Sabyna pun mengangguk, ia menutup kotak obat itu dan menaruhnya di atas meja. Membopong tubuh Titan Bumi, menuju kamar mereka.

"Lo tidur di kasur aja, kasian udah bengep gini."

Sontak Bumi melebarkan matanya, inilah yang ia mau. Dengan hati yang senang, Bumi menidurkan tubuhnya di atas kasur dan menarik selimut sampai dada.

"Gak tidur, By?" Tanyanya, saat melihat Sabyna yang menutup gorden.

"Kasur lantainya Lo taruh mana?" Sabyna menatap Bumi yang sepertinya susah membuka matanya, tetapi masih bisa mendengar.

"Lo mau ngapain?"

"Tidur lah, Lo taruh dimana kasurnya?"

Mata yang semula terpejam itu kini terbuka meskipun sangat berat. Memandang Sabyna dengan tatapan sayu.

"By, gue lagi sakit lho masa gak ditemenin sih." Ujarnya.

"Dih, apaan sih Lo."

"By, Lo gak kasian apa sama gue?" Bumi memasang wajah melasnya.

"Nggak tuh, lagian salah sendiri gak izin."

Sabyna menggelar kasur lantai yang ia temukan di lorong kasur. Membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga dada. Sabyna tidur membelakangi kasur.

Terkejut, ketika sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. Ia mencoba melepaskan tangan itu, namun sang pelaku malah mengeratkannya.

"Bumi, lepasin." Ujarnya.

SABUMIWhere stories live. Discover now