Kasih Ibu Sepanjang Jalan

2.9K 296 2
                                    

****

"Akhh...Sshh.. "Mark meringis merasakan rasa perih di wajahnya begitu Ia membuka mata wajah Mamanya adalah yang pertama Mark lihat. Mamanya sedang mengobati lukanya.

"Ma.."Panggil Mark pelan. Tenggorokannya terasa kering sekali.

"Ssst.. Kamu diem aja dulu Mas, Mama lagi ngobatin lukamu"Balas Tya. Dengar Mamanya ngomong begitu Mark jadi sedih.

"Mama..Maafin Mark yaa.. Maaf udah kecewain Mama"Ujarnya.

Tya yang mendengarnya hanya bisa menggigit bibir dalamnya. Tya paling lemah apalagi di hadapkan pada si sulung.

"Mama belum bisa bales Mark, Mama masih kecewa sama kamu"Ucapnya.

"Iyaaa, Mark tau.. Mark cuma mau minta maaf.. Biar lebih lega"

Setelahnya tidak ada yang membuka suara lagi. Baik Mark dan Tya masing-masing sibuk dengan pemikiran mereka sendiri.

"Kamu juga jangan lupa makan, Mama mau kebawah dulu"Ucap Tya setelah akhirnya Ia selesai mengobati anak sulungnya. Mark hanya mengangguk melihat punggung Mamanya yang perlahan keluar dari dalam kamarnya.

Mark menghela nafas, Ia pun mengambil ponselnya yang disimpan di dalam laci. Di sana ada beberapa panggilan tak terjawab dari teman-temannya. Wawan dan Abin. Mark juga tidak mengabari mereka alasannya tidak masuk sekolah hari ini. Jadi Dia terhitung alfa.

Mark memutuskan mengabari keduanya di grup mereka dan meminta izin selama beberapa hari kedepan dengan alasan acara keluarga. Setelah urusannya selesai Mark kembali mematikan ponselnya.

Anak sulung Tya itu pergi ke meja belajarnya membuka buku dan mulai belajar. Chanisa benar, mereka harus mengejar apa yang harus di kejar untuk sekarang.

Mark mengambil foto berisi artikel kampus impiannya. Mark belum pernah mengatakan ini pada Papa dan Mama tapi Mark yakin mereka akan mengizinkannya untuk pergi kali ini. Dia bertekat akan berusaha keras agar bisa masuk kesana.

Mark belajar sampai pukul satu malam, setelah punggungnya terasa sakit barulah anak itu berdiri kemudian membuka pintu kamarnya. Tak langsung keluar tapi melihat situasi setelah Ia rasa aman barulah Mark keluar dari kamarnya dengan perlahan. Tenggorokannya luar biasa kering dan Mark membuka kulkas mengambil sebotol air minum dingin, dua lembar roti dan choki-choki yang di simpan di kulkas. Pasti punya adik bungsunya. Setelahnya Mark kembali ke kamarnya.

****

Tya bangun pagi seperti biasa untuk memasak sarapan untuk anak-anaknya. Cukup dua hari kemarin Ia mogok untuk memasak dan berakhir dengan anak-anaknya yang di buatkan Jeffry telur ceplok tapi malah membuat kekacauan besar di dapur kesayangannya. Cukup. Tya tidak mau hal yang lebih buruk terjadi lagi jika suaminya itu turun tangan.

Tapi Tya langsung mengernyit melihat seseorang sudah berada di dapur lebih dulu.

"Kakak?"

"Ehh... Mama... Kok udah bangun sih? Bentar lagi selesai kok ini.."Ucap Seno sambil tersenyum ke arah Tya.

Dan di balas senyuman juga olehnya, Tya mengusap sayang rambut anak ketiganya.

"Kamu bangun jam berapa sayang? Kok udah masak aja? Mama ngapain nih sekarang?"tanya Tya berdiri di samping Seno. Anak itu dari hari ke hari semakin bertambah tinggi. Hanya tinggal beberapa centi saja dia mungkin akan melampaui Jeno dan Mark. Padahal Seno masih anak SMP.

"Aku belum lama kok bangunnya, Mama duduk diem aja di meja makan ngeliatin Seno, nanti kalau butuh bantuan pasti bakalan Seno panggil Mama kok😊"Ujarnya. Tya lalu mengangguk dan mengikuti anak ketiganya itu.

Bujang MAMA Tya||JaeyongFams✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang