💜 4/5 💜

4.3K 656 26
                                    

"Ran, aku tidak yakin bisa melakukannya," keluh [Name] untuk kesekian kalinya.

"Tenang saja. Kau hanya perlu percaya padaku."

Ran tersenyum melihat raut ketakutan di wajah [Name]. Dia terus memegangi kedua tangan gadis itu untuk membantunya berjalan di atas es.

Sekedar informasi, saat ini mereka tengah berada di arena ice skating.

Ran lalu berjalan mundur sampai ke tengah sebelum pria itu kembali berkata. "Coba gerakan kakimu pelan-pelan, [Name]. Kuncinya hanya satu, kau harus rileks."

"Aku sudah mencobanya, Tuan," sungut [Name] kesal. Gadis itu mencoba merilekskan badannya dan berjalan perlahan. Sedikit demi sedikit dia akhirnya bisa berselancar di atas es.

Ran yang melihat itu pun sontak melepas pegangannya di tangan gadis bermata [eye color] tersebut.

"Jangan dilepas, Ran!" [Name] seketika berteriak karena panik.

"Tenang, sayang. Kau mulai terbiasa. Perlahan saja," ujar Ran menenangkan. Dia lalu berselancar mundur sampai benar-benar ke tengah. "Coba sekarang kau susul aku kesini."

[Name] merasa ragu pada awalnya, namun karena Ran tidak berhenti menyemangati gadis itu, akhirnya [Name] mulai menggerakkan kakinya perlahan-lahan menuju ke arah Ran berada.

[Name] akan sampai di tempat Ran jika saja tidak ada orang yang dengan tidak sengaja menyenggol punggungnya hingga membuat ia kehilangan keseimbangan.

Gadis itu berteriak dan menutup mata seolah bersiap untuk kejatuhannya di lantai es yang keras dan dingin.

Namun alih-alih benturan, yang ia rasakan justru rengkuhan hangat seseorang.

"Kau baik-baik saja, [Name]? Apa kau terluka?" tanya Ran cemas. Karena refleks yang bagus, pria jangkung itu berhasil menangkap [Name] untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi.

"Aku-.... "

Kalimat [Name] tertahan di tenggorokan saat seseorang menabrak punggung Ran hingga membuat mereka jatuh dengan posisi Ran yang kini berada di atasnya.

[Name] meringis sebelum membuka mata hanya untuk bertatapan dengan iris amethyst Ran yang menatapnya tanpa berkedip. [Name] tidak mengerti kenapa, namun tatapan intens Ran membuat tubuhnya menggigil dengan cara yang tidak biasa.

Entah penglihatannya yang salah atau [Name] merasa Ran semakin mendekatkan wajah pria itu padanya?

"R-ran?"

"Kau sangat cantik, [Name]." Ran berkata seolah ia sedang mabuk. "Bolehkah aku menciummu?"

[Name] tentu saja terkejut atas pertanyaan tak terduga itu. Selain kaget, entah kenapa ia juga merasa sedikit berdebar. Ia bisa merasakan jantungnya berpacu semakin cepat, dan aliran darahnya seolah berpindah ke wajahnya.

Ran masih setia menunggu. Sebesar apapun keinginan untuk merasakan bibir gadis di bawahnya, Ran tidak ingin [Name] merasa tidak nyaman atau yang lebih buruknya lagi- membencinya jika ia memaksakan diri pada gadis itu.

Tenggelam dalam kolam amethyst di depannya, tanpa sadar [Name] menganggukkan kepala.

Ran tersenyum sebelum memajukan wajahnya hingga bibir mereka bersentuhan.

[Name] refleks menutup mata saat bibir Ran mulai bergerak di atas bibirnya.

Ciuman itu terasa sangat manis.

Bibir Ran bergerak dengan perlahan, menyesap manis di bibir gadis yang telah berhasil membuatnya tergila-gila.

Ketika ciuman mereka berakhir, keduanya saling bertukar pandangan sebelum senyum menghiasi bibir dua sejoli tersebut.

Keduanya bahkan seolah melupakan dimana mereka berada saat ini.

Ran kembali mengecup bibir [Name] beberapa kali sebelum menjauhkan wajahnya untuk memandang sekilas wajah manis gadis yang ia kasihi. Tangan Ran lalu terangkat untuk membersihkan sedikit saliva di ujung bibir [Name] yang kini sudah memerah wajahnya.

"Aku mencintaimu, [Name]."

.
.
.
.

Words : 514Rabu, 29 Desember 2021

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Words : 514
Rabu, 29 Desember 2021

OLDER || Haitani Ran [✓]Where stories live. Discover now