27 • Kepanasan

265K 26.6K 1K
                                    

Tangan Ruza beralih menyentuh leher Theo. Mengecek apakah leher cowok itu panas.

"Leher kak Theo panas, kayaknya kakak beneran sakit deh."

"Nggak," bantah Theo sambil menyingkirkan tangan Ruza dari lehernya. Theo berjalan ke arah pintu dan mencoba membuka pintu ruangan itu. Ia sudah merasa sangat sesak.

Ruza berdiri di belakang Theo sambil memakai kembali high heelsnya. Gadis itu mengamati tangan Theo yang berusaha membuka pintu ruangan.

"Kakak bisa buka ga sih?" Ia sungguh cepat-cepat karena jam 12 malam nanti sudah masuk acara tiup lilin.

"Bisa, tapi ini susah." Theo masih berusaha membuka pintu.

Ruza menghela napas, gadis itu maju ke samping Theo dan menyenggol Theo. "Awas! Biar Ruza yang buka."

Cklek

Baru sekali memutar kunci, Ruza sudah bisa membuka pintu itu. "Tuh kan, gitu aja ga bisa, pakek alesan susah."

Theo mengumpat dalam hati. Semua karena alkohol, ia yakin karena alkohol pikirannya ke mana-mana dan ia menjadi susah fokus.

"Nih hp kakak," ucap Ruza mengembalikan ponsel Theo. Lalu gadis itu berjalan pergi kembali ke tempat teman-temannya.

"Gue bolehin, tapi nanti kalo pulang gue yang anter. Gue ada di ruang sebelah."

"Hmm," sahut Ruza.

Setelah Ruza menghilang dari pandangannya, Theo bersandar di dinding. Cowok itu menaruh tangannya di atas dahi, menyenangkan pikirannya sejenak. Lalu pergi kembali ke ruangannya.

"Udah selesai urusan lo Yo?" tanya Gavin begitu melihat Theo masuk.

Theo tidak menanggapi dan langsung duduk bersandar pada sofa. Tangannya ia taruh di atas dahinya dan ia memejamkan matanya.

"Capek habis main?"

"Main apaan? Nggak!"

"Nggak main tapi baju jadi basah, lo habis mandi?"

Theo membuka matanya lalu melihat bajunya sendiri. "Bangsat," umpat Theo sambil melepas bajunya. Theo kembali bersandar pada sofa dan memejamkan matanya. Mencoba menenangkan pikirannya.

"Wiiih, merah semua tuh badan lo," ucap Bagas memperhatikan tubuh Theo yang terlihat berwarna merah muda.

"Wajah merah, badan merah, telinga merah, keringetan. Langsung nyender di sofa. Lo habis ngapain anjir?" tanya Gavin.

"Temen lo malu Vin, kan mantannya masih anak sekolah. Takut dibilang pedofil, makannya ga mau bilang kalo habis main," ucap Janu pada Gavin. Mantan Theo hanya satu, jadi mereka semua mengingatnya, mengingat dengan jelas.

"Lo pada bahas apaan sih anjir. Gue kan dah bilang gue ga main!!"

"Iyain aja."

Tiga teman Theo beralih membahas hal lain sambil bermain kartu. Mereka malas memaksa Theo untuk jujur. Biarkan saja bocah satu itu.

"Bangsatt!" umpat Theo tiba-tiba, mengejutkan teman-temannya.

"Lo ngapa sih anjir! Ngagetin gue anjir." Janu melempar kartu yang dipegangnya pada Theo.

THEORUZ: Guarding My Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang