20. Siapa Si?

3.9K 478 61
                                    

Soya matung di tempatnya berdiri, setelah orang yang gak pernah gue liat itu, ngeluarin suaranya. Yang jelas dia gak bisa dibilang sebagai temen Soya. Dia bukan anak SMA, SMP, SD apalagi PAUD. Dia ibu-ibu. Dan gue harap dia bukan arwah yang nunggu ni makam.

"Dia siapa?" Tanya gue ke Soya.

Soya langsung noleh ke arah gue. Tangannya tiba-tiba narik tangan gue. "Ayo kita pulang!"

Jelas gue bingung. Ibu-ibu itu pasti tadi ngomong sama Soya, bukan gue atau siapapun, karena cuma ada kita berdua di sini. Tapi, kenapa Soya seolah ngabain orang itu?

"Soya jangan pergi!" Perempuan itu ngehampirin kita, lebih tepatnya ngehampirin Soya. "Kamu tidak kangen sama saya?" Jangan bilang Soya punya simpenan emak-emak di belakang gue? Kit heart 💔

Ya, perempuan ini walaupun dibilang paruh baya, style yang dia pakai seolah ngikutin anak zaman sekarang. Tapi, kerutan di mukanya, gak bisa nutupin kalo dia udah ibu-ibu, bukan remaja lagi.

"Saya gak kenal sama anda!"

"Jangan pura-pura seperti ini, Soya. Biarpun kita sudah lama tidak bertemu karena kita berpisah disaat umur kamu masih kecil, saya tetaplah orang yang sudah melahirkan kamu."

Gue nganga. Dia nyokapnya Soya???

"Saya gak pernah punya ibu macam anda!" Soya narik tangan gue lagi. "Ayo!" Katanya sambil ngode gue buat pergi dari sini.

"Soya!" Tangan satunya Soya, dicengkram perempuan itu. "Harusnya kamu sadar, kenapa saya ninggalin kamu! Lihat! Bahkan sampai sekarang, kamu masih tidak sopan sama ibu kamu sendiri!"

Soya senyum getir, "Ibu macam mana yang tiba-tiba udah punya keluarga baru, suami baru, anak baru, dan lupain keluarga lamanya?! Saya jadi gak yakin, kalo anda ini beneran ibu saya!"

Gue makin nganga. Kalo dibayangin, ni mulut kayaknya muat buat masukin knalpot motor saking lebarnya mangap.

"Saya lakuin itu, karena saya tidak tahan mempunyai suami dan anak macam kalian!"

Senyum di mulut Soya makin lebar dan terkesan sinis, "Okay, terus ngapain anda balik lagi? Bukannya anda udah bahagia sama keluarga baru anda?"

Tatapan perempuan itu yang awalnya keliatan nyalang, sekarang berubah sedih. "Saya... saya rindu sama kamu, Soya. Asal kamu tau, ibu manapun pasti akan merindukan anaknya walaupun hubungan mereka tidak baik."

"..."

"A-apa kamu tidak merindukan saya??? Apa kamu tidak merindukan mama, Soya???"

"Gak sedikitpun!"

"Setidaknya, kamu ikut mama tinggal di rumah mama untuk semalam, ya? Kamu akan menyadari betapa baiknya ayah baru kamu, dan adik kamu."

"Gak sudi! Ayo ah kita pulang! Males, lama-lama di sini bisa sawan!" Kali ini Soya bener-bener narik gue buat naik motor. Gue pun gak bisa nolak dan akhirnya jalanin motor gue buat pulang.

"Hiks hiks." Di jalan, gue kaget gara-gara ngedenger Soya nangis. Akhirnya, gue berhentiin motor buat mastiin dia baik-baik aja. "Kenapa berhenti?" Tanyanya.

"Kamu gak mau cerita sama aku ada apa?" Dia diem. "Antara kamu sama mama kamu."

"Dia bukan mama aku."

Gue turun dari motor, dan natap dia yang masih duduk di jok belakang. "Kalian sebenernya kenapa?" Mungkin sekarang waktunya gue cari tau tentang ini. Kedatangan mama Soya yang kayak jelangkung gara-gara gak diundang, udah ngasih sedikit petunjuk buat gue bahwa mereka emang gak berhubungan baik selama ini.

Anything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang