Sesuatu Yang Lebih Indah

1.3K 164 45
                                    

Menunggu bayi lahir itu sama halnya seperti menjemput seseorang dari bandara, hanya saja kali ini kita tidak tahu bagaimana wajahnya dan kapan persisnya dia akan datang.


Saebom mengelus-elus perutnya yang membesar sambil memandangi kamar calon bayinya yang telah memasuki usia trimester ketiga kehamilan bulan ini, dia melihat boks bayi bewarna putih, lemari bewarna pink di dinding sebelah kanan, meja ganti popok serta wallpaper bewarna merah muda ceria yang melapisi dinding, ia dan Yihyun memang sengaja mengisi perabotan ruangan ini dengan dominasi warna putih dan pink— yang berarti keduanya sudah yakin tentang jenis kelamin anak mereka.

Perempuan.

Dua bulan lagi, mereka akan memiliki bayi perempuan, rasanya Saebom masih belum percaya sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu.

Nantinya apartemen ini akan diwarnai dengan suara tangis dan gelak tawa dari bayi mereka yang menggemaskan, dibayangkan saja sudah amat membahagiakan.

Kira-kira wajahnya bakal mirip siapa ya? Hampir setiap malam ia dan Yihyun menebak-nebak dan membahas hal ini.

Bahkan si calon Ayah yang sedang gembira itu tiap malam juga selalu tekun mencari nama untuk calon bayinya, Yihyun sampai punya buku catatan tersendiri dan yang paling lucu adalah Yihyun yang akhir-akhir ini sering menonton video orang melahirkan yang kemudian berujung membuatnya stress sendiri, dia tidak tega membayangkan bagaimana nanti Saebom kesakitan saat proses persalinan.

Kalau mengingat kelakuan si calon Ayah, Saebom selalu tak kuasa menahan senyum.

Dua bulan lagi ya..

Semakin dekat dengan bulan kelahiran rasanya memang sedikit dag dig dug, Saebom pernah mendengar kontraksi menjelang persalinan itu sangat menyakitkan, tapi ia yakin bisa melaluinya dengan lancar dan baik-baik saja.

"Sehat-sehat ya nak," ujar Saebom sambil mengelus-elus perut ketika menatap belasan buku dongeng yang tertata rapi di rak dekat boks bayi, "Lihat kamu baru tujuh bulan saja ayahmu sudah heboh membelikan banyak buku dongeng, nanti kita dengarkan dongengnya sama-sama ya?"

Saebom tidak bisa mengambarkan rasa bahagia ini dengan kata-kata.

Saebom mengambil kardus kecil berisi pompa asi dari meja di dekat pintu, bibirnya tersenyum sendiri membayangkan bagaimana nanti dia akan menggunakan barang tersebut, seumur-umur Saebom belum pernah berurusan dengan hal seperti ini.

Dia meletakkan kardus itu kembali ke atas meja.

"Kamu sedang apa?" Yihyun tiba-tiba merangkul bahunya dan menempelkan bibir ke lehernya.

"Membayangkan bayi kita yang nanti menempati ruangan ini," Saebom mengangkat tangannya membelai rambut Yihyun, "Menurutmu apa kita sebaiknya perlu menganti tirainya dengan gorden blackout dan membeli kelambu bayi yang bertirai?"

Saebom bisa merasakan bibir Yihyun yang tersenyum di lehernya, "Kedengarannya bagus." bibir Yihyun terasa menggelitik.

"Kita pilih warna putih untuk gordennya." Kata Saebom

"Atau merah muda." Sambung Yihyun menempelkan sebelah pipinya ke pipi Saebom, ikut memandangi kamar bayi.

"Siapa yang menyangka ruangan yang awalnya kita rencanakan untuk peralatan olahraga akan kita pakai untuk kamar bayi." Saebom menghembuskan napas bahagia.

Jurnal Saehyun | HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang