Samsara (14)

232 41 3
                                    

Amon memperhatikan soulmate-nya yang tengah tertidur pulas dengan napas lembut. Ia menyangga dagunya di telapak tangan sambil meremas jamur kecil yang pura-pura mati. Iris hitamnya tak sekalipun pindah dari sosok Klein.

Bagi dirinya yang sudah hidup lama, menghabiskan waktu untuk menatap orang lain terasa singkat. Anehnya, seberapa lama pun Amon menatap, ia tak bisa merasa bosan. Dirinya yang sangat mudah jenuh, kali ini merasa penuh minat seolah tak bisa lepas. Mungkinkah ini karena pemuda itu soulmate-nya?

Dari apa yang ia tahu (mencuri dari ingatan orang lain). Soulmate-nya memiliki kakak yang bekerja di kota, adik yang berkuliah di universitas bergengsi. Sementara Klein sendiri baru lulus kuliah 2 bulan yang lalu. Saat ini dia bekerja sebagai asisten detektif dan telah memecahkan beberapa kasus sepele.

Selain itu, dari apa yang dia temukan (sekali lagi meng-hack Starnet). Soulmate-nya memiliki beberapa identitas virtual. Sebagai pedagang, identitas asli dan satu identitas yang belum terpakai.

Amon terkekeh lucu ketika melihat penampilan yang Klein pilih untuk menjadi seorang pedagang. Ia ingin bertepuk tangan pada pikiran Klein yang cerdik dan tidak pernah menonjol.

Klein seperti orang yang takut jika identitasnya sebagai Beyonder diketahui. Itu menandakan bahwa ia sangat menyayangi keluarganya dan berusaha hidup damai meskipun di bawah tekanan. Sifat tenang dan aktingnya juga cukup bagus, mampu membodohi keluarganya dengan kebohongan manis.

Beberapa buah kemudian muncul begitu saja di atas meja, Amon dengan santai menggigitnya dan bersenandung. Rasanya tidak buruk, bahkan cukup baik. Pantas saja banyak orang yang menyerbu Klein untuk membeli.

Melihat kening Klein yang berkerut tanda bangun, Amon menyimpan buah itu ke dalam cincin penyimpanan dan memasang wajah senyum. Ia menantikan ekspresi apa yang akan dikenakan oleh Klein saat melihatnya.

Perlahan, kelopak mata Klein terbuka. Menunjukan manik cokelat keemasannya yang masih berkabut penuh kantuk. Ia sedikit menguap hingga air mata kantuk hampir jatuh dari pelupuk mata. Mengerjap beberapa kali, Klein menggeliat di atas kasur seperti kucing malas yang enggan bangun.

Saat ia menoleh ke arah meja belajarnya, Klein reflek melompat dan langsung jatuh terjungkal dari kasur.

Amon yang memperhatikan tingkah Klein sedari bangun, tidak bisa menahan tawa. Dimulai dari ekspresi kantuk, tingkah kucing malas sampai wajah terkejut membuatnya terhibur. Segera, Amon ingin melihat lebih banyak ekspresi dari Klein.

Namun, ia adalah orang yang sabar. Dia bisa menunggu dan mengungkapnya satu-satu.

Melihat Klein yang terduduk di lantai sambil menatapnya waspada, seringai Amon melebar. Ia sengaja berdiri dan berjalan mendekat. Membuat Klein ikut berdiri dan segera melangkah mundur.

Klein memasang posisi defensif di mana ia bisa kabur kapan saja.

Namun, di mata Amon. Sosok Klein seperti kucing kecil yang semua bulunya meledak dengan ekor terangkat sambil memamerkan taringnya dalam pose mengancam.

"Oh my, kau tahu kita harus menyelesaikan masalah ini dengan damai bukan?" Amon berkata dengan nada main-main, tersenyum 'manis' menatap ekspresi Klein yang menegang dan bergetar ketakutan. Sudah tahu takut, tapi menahan diri untuk tidak melarikan diri. Sungguh menggemaskan.

Klein tidak menurunkan kewaspadaannya, ia menggenggam pistol yang ia sembunyikan dengan erat. "Katakan itu pada orang yang sudah dua kali mencoba membunuhmu. Bukankah hanya orang bodoh yang akan percaya?" Ia berkata lantang, berusaha memasang raut mengancam.

Sayangnya, di depan Amon. Ekspresi itu malah menambah sang pencuri makin terhibur.

Amon menyentuh monocle-nya lalu mengangguk setuju. "Beberapa tes perlu diuji untuk melihat seberapa jauh ikatan soulmate." Ia berkata acuh, seolah rasa sakit yang mengerikan kemarin hanyalah masalah sepele yang bisa dibuang kapan saja.

Amon & Klein: Samsara 🍀Where stories live. Discover now