Chibi Amon & Klein (05)

134 23 1
                                    

Amon kecil tidak senang, semenjak ia mendapat berita bila Ayah dan Kakaknya akan pergi ke luar negeri dalam jangka waktu lama, dan menyebabkan dirinya diasuh lagi oleh kenalan Ayahnya yang menyebalkan.

Bocah itu tentunya memprotes, menyatakan jika ia masih memiliki Xiao Ke untuk menemaninya. Sayangnya, keluarga Xiao Ke juga harus pergi. Meninggalkan kedua bocah itu berada di bawah asuhan Paman Medici.

Dengan mulut bersungut-sungut, Amon kecil melempar beberapa mainan dengan kesal. Dirinya tidak butuh orang dewasa untuk memonitor kehidupannya. Lagipula itu hanya satu minggu, bukankah meninggalkan para pelayan sudah cukup? Apa gunanya Paman merah menyebalkan satu itu?

Suasana hati Amon yang buruk, segera ditemukan Klein ketika mereka bertemu untuk berangkat ke Taman Kanak-kanak.

"Ada apa?" Klein berkedip lucu, ia memperhatikan Amon yang cemberut dengan raut kesal. Tidak biasanya, sahabatnya terlihat seperti ini. Biasanya 'kan selalu tersenyum nakal.

Amon menoleh, terdiam selama beberapa detik lalu memeluk Klein dengan erat. "Aku tidak menyukainya!"

Klein yang sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi, hanya melebarkan mata. Mengerutkan kening mencoba mencari penyebab Amon bertingkah seperti ini. Tidak menemukan apa yang terjadi, Klein kecil hanya bisa membelai rambut ikal Amon dengan lembut. Berharap sahabatnya bisa kembali tenang.

"Kita bisa terlambat, ayo berangkat." Klein mencoba melepas jeratan Amon di tubuhnya.

"Apakah Xiao Ke lebih mementingkan sekolah daripada aku?" Amon menengadah, memperlihatkan bola mata hitamnya yang berkaca-kaca seakan menahan tangis.

Uh, Klein kecil semakin bingung. Hatinya dilanda kebingungan antara menuruti perkataan Amon atau menyeretnya pergi ke sekolah. Namun, Klein kecil adalah anak yang memiliki tanggung jawab. Ia segera menepuk kepala Amon dengan tatapan lembut.

"Ayo kita bicarakan di sekolah, tidak nyaman berada di tengah jalan seperti ini, oke?" Bujuknya dengan suara lembut nan manis.

Amon jelas tidak senang, tapi akhirnya mengangguk setuju dengan enggan.

Di sepanjang jalan, Amon menempelkan tubuhnya pada Klein dan tidak mau lepas. Klein kecil beberapa kali mencoba lepas dengan beberapa bujukan halus nan imut, akan tetapi Amon tetap keras kepala dan tidak menggubris semua perkataan Klein.

Sesampainya di kelas, Klein akhirnya mendapatkan jawaban dari Amon. Ternyata, keduanya akan tinggal bersama dengan pengasuh baru bernama Medici.

Klein tidak tahu seperti apa pria Medici itu, yang jelas Amon tidak menyukainya.

"Dia pernah membakar rambutku!" Amon memiliki wajah sengit sambil menulis sesuatu di atas buku.

Klein tertegun, dia tidak menyangka bahwa Medici bisa melakukan itu. Bukankah itu sangat berbahaya untuk melempar api pada anak kecil? Meskipun itu lelucon, tetap saja tidak baik. Dalam hati, Klein menempatkan Medici sebagai pria kasar yang jahat dan perlu diawasi demi keselamatan hidup mereka.

"Apa yang kau tulis?" Klein melihat beberapa coretan khas Amon dengan penasaran. Sebenarnya, dia bisa menebak apa yang akan dilakukan Amon. Namun, dia tidak akan menghentikannya. Karena pria Medici itu sangat berbahaya!

"Rencana perang." Amon tersenyum lebar sambil menekan monocle-nya. "Xiao Ke ingin bergabung dengan pasukan Amon?" Tanyanya antusias, manik hitamnya berkilat dengan penuh kegembiraan.

"Tentu! Ayo serang bersama!"

***

Medici tidak mengharapkan jika dirinya mendapat tugas mengasuh lagi dari atasannya. Sudah jelas perilakunya terlampau sangar hingga anak kecil selalu menangis ketika melihatnya. Darimana atasannya menganggap dia cocok sebagai babysitter!

Apalagi anak nakal satu itu tidak berhenti untuk membuatnya sakit kepala dengan trik-triknya. Meski dia bisa menghindar, tetap saja dirinya pernah terkena lelucon. Harga dirinya yang tinggi, membuatnya marah dan melempar api pada anak nakal (Amon) sebagai balasan.

Medici pikir, bocah beruang itu akan berhenti mengerjainya. Sayangnya tidak! Lelucon makin parah dengan dirinya yang terus jatuh dalam jebakan. Sial, jangan bilang jika ia kalah IQ dengan anak 5 tahun!

Minggu itu, bagaikan hidup dalam neraka.

Yah, meski ia berhasil beberapa kali menghukum bocah nakal itu, hingga dia tertawa keras melihat kemalangan Amon.

Ketika ia menginjakkan kakinya di rumah atasannya, dia tertegun karena melihat dua bocah yang sedang memandangnya. Bocah nakal menyeringai kecil, sementara bocah lain berkedip lucu sambil menatapnya penasaran.

Sebelum ia melangkah lebih jauh, intuisinya membunyikan alarm. Reflek ia segera mundur dan berhasil menghindari siraman air yang entah datang dari mana.

Medici dan duo bocah saling berpandangan.

Amon meraih Klein dan membisikan sesuatu lalu pergi berlari ke dalam ruangan.

Melihat bocah nakal yang melarikan diri, Medici menahan rasa kesalnya. Ia sudah menduga jika sesuatu akan terjadi. Baiklah, coba lihat bagaimana dia akan menghukum bocah-bocah nakal itu!

Tatapannya kemudian jatuh pada bocah lain yang masih menatapnya lekat. Medici menaikan alisnya heran, dia tidak pernah melihat bocah ini sebelumnya.

"Malang sekali nasibmu untuk berteman dengan bocah nakal seperti Amon." Medici menyeringai sambil berjalan santai. Sudut matanya memperhatikan bocah baru itu yang berkedip lucu, seolah tidak mendengar perkataannya.

Berdiri di depan sang bocah, Medici menilai dengan hati-hati. Tidak seperti Amon, bocah ini lebih pendiam—

—whooos

Bom asap tiba-tiba mengenai kepalanya. Medici terbelalak kaget, lalu melihat bocah di depannya tersenyum polos sambil berkata. "Orang jahat perlu diberi hukuman."

Setelah itu, sang bocah berlari dengan wajah riang sambil tertawa manis.

"..."

Melihat rambutnya yang mengeras dan tak bisa diatur, apalagi warnanya entah sejak kapan berubah menjadi pelangi! Medici menggertakkan giginya marah.

Sial! Bocah yang terlihat imut seperti malaikat kecil ternyata lebih licik dari pada Amon!

Lihat saja! Perang baru saja dimulai. Sebagai dewa perang (dalam game), mana bisa dia kalah melawan 2 bocah beruang?

Sayangnya, Medici tidak menyangka bahwa dirinya akan selalu tertipu oleh wajah polos Klein yang lucu dan jatuh dalam perangkap berkali-kali.

Amon dan Klein pun menghabiskan waktu dalam kegembiraan perang melawan Medici.

***

Ketika Tuan Sun dan Adam pulang ke rumah dan mendapati bahwa seluruh rumah telah hancur berantakan. "..."

Saling menatap diam, keduanya menaiki tangga ke kamar masing-masing. Toh, mereka punya banyak uang untuk memperbaikinya.

Tuan Sun berpikir, mungkin ide bagus untuk membuat Medici memperbaiki semuanya.

Medici yang malang selain terkena dua bocah nakal, dia juga harus menjadi kuli bangunan dadakan.

***

Selamat hari raya Idul Fitri~

Thanks for reading~ 💕
  - Yoru
 
[Finished : 7 April 2022]
[Published : 1 Mei 2022]

Amon & Klein: Samsara 🍀Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon