🐒 Part III | SpOG

814 105 14
                                    







...

"Dek Renata mau kemana nih?"

Pagi cerah tak lagi cerah ketika sosok pria bernama belakang Mangkubumi mendatangi Renata ketika gadis itu sedang menunggu Sasha di teras rumah, untuk ke sekolah bareng.

Entah apa yang mau dilakukan Jeriko Mangkubumi itu dengan datang ke rumah Renata pagi-pagi begini. Renata sampe heran, masa Dokter segabut itu.

Dengan senyuman lebar menyebalkan, pria itu menata rambut klimisnya dengan telapak tangan.

"Mau jaga perbatasan negara. Ya sekolah lah!" Sahut Renata dengan begitu sewotnya. Memang dari sekian pria yang naksir Renata, Jeriko lah yang paling ngegas deketinnya. Renata sampe ilfil jadinya.

"Waduh ya jangan to, Dek. Itu berbahaya. Nanti kalo kamu kena tembak tentara negara tetangga, kamu nggak jadi nikah sama Mas dong." Ucap Jeriko dengan logat super alaynya.

Tolong di-note ya Mas jeriko, RENATA ITU MASIH SMA!!! Meski bentar lagi lulus.

"Kalo gitu aku lebih milih kena tembak sampe mati aja daripada nikah sama Mas!"

Jeriko syok. Matanya udah agak melebar gitu sampe melongo denger sahutan dari gadis pujaannya. Tapi beberapa saat kemudian,, senyumannya kembali terukir.

"Yo jangan to, Dek. Mending nikah sama Mas aja ayok." Kata Jeriko semakin ngegas. Pake pegang-pegang tangan pula, yang reflek ngebuat Renata langsung menepis tangan itu.

"Dih! Apaan sih!"

"Nikah sama Mas sangat simpel loh, Dek. Mas yang kerja, kamu yang gajian. Lho, mantep to??" Ucap Jeriko yang udah persis kaya quotes-quotes yang tertulis di bak Truk Oleng.

"RENATA!! AYOOOK!" Teriak Sasha dari depan gerbang rumah Renata dengan posisi nangkring diatas motor Beat-nya.

Buru-buru Renata nyamber tasnya diatas meja, "IBUUK, BAPAAAK! AKU BERANGKAT DULU!!" pamit Renata tanpa peduli orangtuanya yang lagi di kebun belakang rumah. Abis itu Renata segera berlari menghampiri Sasha.

Meninggalkan Jeriko yang plonga-plongo sambil nenteng dua kresek isi Bubur Ayam delapan porsi, karena memang dia sengaja membelikannya untuk Renata sekeluarga dan untuk dirinya sendiri.

"Loh, Dek?!! Ini kita nggak jadi sarapan bareng???" Seru Jeriko dengan muka cengonya.

"LAH? EMANG SIAPA YANG MAU SARAPAN BARENG SITU?? Yuk Sash! Cap cus!" Kata Renata sebelum Sasha melajukan motornya menjauhi rumah Renata.



...




Renata duduk gelisah di depan ruang Ujian Praktek Biologinya. Dia kelihatan tegang banget padahal udah hafalin baik-baik teorinya di rumah.

Tapi tetep aja, yang bagian uji prakteknya dia masih nggak yakin bakal bisa.

Mana abis ini Ujian praktek Bahasa Inggrisnya tentang Teks Prosedur lagi. Kampret.

Kepala Renata jadi pusing. Perut bagian bawahnya kruwes-kruwes nggak enak. Kayanya dia bakal masuk angin nih. Padahal Ujian praktek cuma tinggal beberapa hari dan beberapa mapel aja.

Sejujurnya dia tuh lagi menstruasi. Udah jalan hampir lebih dari sebulan, tapi belum selesai juga darahnya keluar.

Sejam bisa kali dia ganti pembalut tiga kali, saking deresnya darah dia ngalir. Dan itu bener-bener ngebuat dia lemes banget. Curiga itu bukan cuma darah menstruasi yang keluar.

"Tahan! Dua mapel lagi, pulang!" Ucap Renata menyemangati dirinya sendiri sambil mengelus perut bawahnya beberapa kali.

"Ngapain lo? Laper? Dih, tadi pagi aja soksokan nolak sarapan bareng Mas Jeriko." Kata Sasha setengah mengejek. Nggak ding, itu bukan setengah lagi. Tapi emang ngejek banget. Tau dia kalo Renata itu ditaksir sama anaknya Pak Camat.

"Anjeemm! Kok lo udah keluar!! Bentar lagi gikiran gue dong!!!!" Seru Renata panik. Ngebuat beberapa siswa seangkatannya yang juga lagi nunggu giliran dipanggil menoleh kearahnya.

Setelah Sasha, Aya juga udah keluar dari ruang pengujian. Anak itu jalan keluar nyamperin Renata dam Sasha sambil ngibas rambut panjangnya ke belakang dengan angkuhnya.

"Santai aja kali. Yang diuji bener-bener persis kaya kisi-kisi yang dikasih Bu Desi kok." Katanya.

"Hala-embahmu! Tetep aja gue tegang, cok!! Argh!!"

"RENATA ALMA WISANGGENI... DESWITA ARESTIKA... ZIDAN FATWA ALWAHAB..." panggil salah satu dari sang penguji di ambang pintu.

"Ahhh mampus gue udah dipanggil!!" Renata semakin tegang. Tapi tetep aja dia jalan memasuki ruangan dengan percaya dirinya.

"SEMANGAT REN REN!!!!" seru kedua temannya sambil mengepalkan tangan kanan mereka ke udara. Berharap itu bisa nambahin semangat kawan mereka.


...



"Ibuuukk...." panggil Renata setelah dia pulang dari sekolahnya. Wajahnya udah pucet dan kucel banget. Kelihatan lecek kaya nggak pernah cuci muka sewindu.

Renata menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Dia udah lemes banget nggak tau lagi kudu gimana.

Perutnya semakin nyeri, dan anunya dibawah sana kaya mau copot rasanya. Saking seringnya dia gonta-ganti pembalut. Udah lembab, kena air terus, darahnya juga masih ngalir terus.

"YAMPUUN KAMU KENAPA PUCET GITU HEH?!!" Teriak Tamara yang langsung lari deketin anaknya yang udah tepar dengan tasnya yang masih nangkring di punggung Renata.

Tamara menyentuhkan tangannya ke dahi anaknya. Anget. Tapi sekujur tubuh dingin banget rasanya.

"Ibuuk, aku mau KB aja.. aku bisa pingsan kalo mentruasiku begini." Ucap Renata dengan lirih. Dia udah nggak punya tenaga lagi.

"Yaampun. Masih belum selesai?"

Renata ngangguk. "Sakiit..."

Tamara jadi gelisah. Beliau takut kalo ada apa-apa sama anaknya. Pikirannya berkecamuk. Bahkan pikirannya udah kemana-mana. Yang tentang penyakit kelamin lah, kanker lah, apa lah. Pokoknya Tamara udah takut banget.

Mana dirumah lagi nggak ada siapa-siapa. Lagi pada keluar semua. Tapi untung mobilnya si Bapak ada di rumah, setidaknya Tamara bisa ngebawa Renata pake itu.

"Ayok kita periksa.." Tegas Tamara sambil membantu anaknya berdiri, dan menuntunnya berjalan keluar untuk segera masuk kedalam mobil.

Beliau menghela nafas dengan begitu beratnya sambil masangin seatbelt ke tubuh Renata."Yaampun, Dedek... jangan bikin Ibu takut gini." Lirih Tamara, kemudian segera melajukan mobilnya.



...




Tamara ngebawa Renata ke tempat praktek Dokter yang ada fasilitas USGnya. Degdegan sekaligus takut sebenernya ngebawa Renata kesitu. Was was.

Takut kalo ternyata ada sesuatu di dalam rahim anak gadisnya itu. Padahal dia tau betul kalo Renata nggak pernah neko-neko yang sampe HS gitu.

Tapi mau gimana lagi. Demi kesehatan anaknya. Hal kaya begini memang harus ditindak lanjuti dengan serius sebelum terlambat kan?

Sebenernya Renata agak aneh berada di tempat seperti ini. Banyak Ibu hamil, dan wanita-wanita dewasa di sekitarnya yang menunggu giliran pemeriksaan.

Apalagi tatapan mereka yang memperhatikan Renata dengan pandangan aneh.

Ya gimana nggak mau dipandang aneh kalo Renata yang punya pawakan kaya bocil itu dibawa ke tempat kaya beginian dengan masih mengenakan seragam sekolahnya.

Dahlah. Pasti dikira hamil dia.

"Nona Renata Alma silahkan masuk.." panggil seorang wanita dewasa. Perawat yang membantu Sang Dokter.

Perawat itu pun segera menuntun Renata memasuki ruangan dan membantunya berbaring terlentang di brankar. Tamara juga dipersilahkan duduk di depan meja Dokter yang tertera sebuah papan nama bertuliskan;

dr. ADIPATI JEVANO SpOG .

...





Akhirnyaaa muncul juga si ayang beb 😘

Alo Pak Doktel 🤭

Next, siapa lagi ya yang muncull??


Kembang DesaWhere stories live. Discover now