5 | DI GENDONG

5.2K 257 4
                                    

Reta terlambat, pagar sekolah sudah tertutup rapat. Banyak siswa-siswi yang terjebak diluar pagar. Ada yang baru diantar oleh orang tua, dan ada juga yang baru sampai dengan kendaraan pribadi.

"Hai, Cantik."

Reta tidak menangapi sosok disampingnya.

"Makin mulus aja, Ret."

Reta membuang napas berat. Ini akan memalukan jika ia digoda Januar didepan pagar yang penuh oleh banyak murid.

Biasanya setelah bel jam pelajaran ke 2 berbunyi barulah boleh memasuki pagar. Namun belum juga berbunyi, Reta sudah tak betah.

"Makin hari makin bening. Pake apa, sih?" bisik Januar, bertanya. "Sering dielus, ya?"

"Apa maksud?" Reta tak tahan, mulut Januar memang minta diamplas. Berbagai tatapan kini tertuju padanya.

"Apa?"

"Maksud lo apa?!"

"Emang gue ngomong apa?" Januar memasang tampang tak berdosa, kemudian menyengir.

Fahri, Gaby, Dimas dan yang lainnya berdiri tak jauh dari sana memandang Januar penuh tanya tanya. Januar memang tak pernah bosan menganggu cewek. Apalagi cewek itu Reta. Akhir-akhir ini Reta seolah mengambil perhatian Januar hingga tak ada gadis lain yang Januar dekati.

Bel tanda pelajaran ke-2 dimulai. Semua murid beramai-ramai melewati gerbang ketika satpam membuka pintu.

"Jaga ya mulut lo!" pesan Reta pada Januar sebelum melangkah pergi.

Napasnya tak beraturan. Januar sialan. Cowok itu membangkitkan emosi yang sudah Reta tahan setiap hari. Dipagi-pagi pula ia harus mencoba meredam amarah yang berkobar.

"Retaa ..."

Suara itu lagi.

"Reta Sayang, gue minta maaf."

Januar melangkah di belakang Reta. Cowok itu mengapai tangan Reta, menahannya agar tak lekas pergi.

Decakan sebal keluar dari mulut Reta. "Gue telat Jan! Lo apaan, sih?!" desisnya tak nyaman.

Januar masih belum mau melepaskan tangan Reta. Bisa tidak Reta bilang capek? Capek dibuntuti Januar, capek dikejar-kejar Januar, dan capek dijadikan bahan lawakan juga pemuas nafsu cowok itu.

"Jangan marah dong, sayang." Selalu seperti itu Januar yang Reta kenal. Lemah lembut pada banyak wanita.

"Gue telat Jan ..." Reta benar-benar tak sangup dengan sikap cowok itu.

"Iya, tau. Santai kenapa, sih?"

"Jan, pliss kali ini aja jangan ganggu gue dulu."

"Nggak bisa Reta ... ."

"Plissss ... gue ujian hari ini. Kalau gue nggak punya nilai, gue harus ikut minggu depan. Gue udah belajar semalam Januar."

Januar masih engan untuk melepas tangan Reta.

"Lepaslah Jan, kasihan." Fahri buka suara ketika sudah dekat. "Waktu banyak, biarin Reta belajar dulu. Kasihan, kan sayang gue jadi lemes gitu?"

"Mana masih pagi udah lemes. Malam dululah. Ya, nggak Den?" Gaby menyengol lengan Kaden, membuat cowok itu mengedikan bahu.

"Nggak ikutan," jawab Kaden. "Gue ada kelas, lanjut, ya." Kaden melanjutkan langkah.

"Kaden," panggil Reta. Cowok itu berbalik, menatapnya. "Nitip izin, ya. Bilangin Bu Resti, gue masih ke toilet."

"Hari ini ujian kalau lo nggak tau."

"Tau, kok."

Kaden hanya melirik sebentar tangan Reta yang masih dalam cekalan Januar sebelum pergi.

"Gue duluan Jan," pamit Fahri.

"Gue juga." Gaby merangkul pundak Fahri, melenggang pergi dengan cowok lainnya.

"Hati-hati Ret, si Janu ganas." Petra memberi pesan. "Kemarin ayam gue dikandang dilahap habis sama Janu kalau lo nggak percaya," lanjutnya menakut-nakuti sebelum berlari pergi.

Kini tertingal Januar dan Reta. Wajah cewek itu sudah tak berekspresi.

"Januar, Reta. Ngapain kalian?"

Sial macam apa ini? Kenapa si guru bk ada disini coba?

"Pacaran, hah?!" Wajah sangar Pak Muljoko membuat Reta menahan diri untuk tidak menampar Januar sekarang.

"Nggak, kok, Pak. Ini mau ke kelas, cuma kaki saya kepeleset jadi Januar bantu saya berdiri." Reta pikir itu alasan yang logis dan mampu dipercaya. Setidaknya bukan Januar yang membuka suara lebih dulu.

"Masuk kelas kalian sekarang!" bentak Pak Muljoko di sertai pelototan tajam.

"Jan, bantu gue ke kelas, ya? Kaki gue sakit banget, susah jalan." Pertama kalinya Reta meminta bantuan pada Januar. Cowok itu hanya mengangguk, mengerti dengan maksud Reta.

Begitu Pak Muljoko membalikan badan, Reta langsung menarik napas panjang. "Akhir-"

"Lo apa-apaan?! Turunin gue!"

"Kaki lo sakit, jadi gue gendong," jelas Januar begitu santai.

Dipukulnya dada Januar berulang kaki, malunya bukan main digendong bridel style oleh Januar. "Januar! Turunin gue!" tekannya berusaha mengontrol suara agar tak kedengaran penghuni sekolah.

"Lo apaan, sih?! Udah baik gue gendong!"

"TURUNIN GUE JANUAR!"

Mampus. Teriakan Reta berhasil membuat banyak kepala keluar jendela, mengintip apa yang terjadi diluar kelas.

"Acieee Bang Janu!"

"Dah kayak film india ae Bang."

"Mau dikemanain si cantik?"

"Anjir, Janu mesum gendong si kutub!"

"Foto! Mana hp gue?!"

"Jangan dibantai Bang! Anak perawan, tuh!"

Januar berdecak karena Reta terus memberontak. "Gue banting juga lo lama-lama."

Reta melotot saat Januar hampir melepasnya dilantai koridor. Tangannya refleks melingkar dileher cowok itu. Takut jatuh, bokongnya bisa sakit berhari-hari.

Reta malu ya Bambang. Wajahnya begitu dekat dengan Januar.

"Nggak mau dibanting," gumam Reta.

Sial. Kenapa Januar jadi gemas sama Reta?

"Ya udah, turun."

Akhirnya Reta lepas dari gendongan Januar. Cewek itu sibuk mengebas baju hingga rok seolah jijik karena bersentuhan dengan Januar.

"Sok jijik banget lo."

"Najis tau nggak?!" balas Reta.

"Nggak usah kebas-kebas didepan gue. Gue makan juga lo lama-lama."

"Gue nggak kebas-kebas kalau bukan lo yang gendong gue!"

"Emang ada cowok yang mau gendong lo?" tanya Januar. "Mana badan lo berat lagi," lanjutnya mendengus.

"Nyebelin banget sih lo!" Reta mengeram kesal sebelum berlalu pergi, memasuki kelas yang hanya beberapa langkah dari sana.

Ditempatnya, Januar menatap pungung cewek itu hingga hilang dibalik pintu. Entah kenapa, ia semakin tertarik dengan Reta. Cewek itu membuatnya rajin hadir di sekolah.

•••

Jangan lupakan Vote dan Komen di setiap part demi kemanjuan karya ini dan tentunya membantu penulis agar tetap semangat dalam berkarya. Terimakasih atas kerja samanya♡

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA💙

SEE YOU NEXT PART ...

MAURETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang