21 || TAKEN

1.7K 108 5
                                    

***

Sudah lebih dari dua jam Reta duduk di sofa sembari mengetik. Di sampingnya ada Kaden yang setia menemani sembari memainkan ponsel. Cowok itu bersandar pada tangan sofa dengan sebelah kaki naik ke atas.

Entah ini perasaan Reta saja atau apa, tetapi Kaden terlihat berbeda hari ini. Cowok itu terlihat aneh, seperti ada yang ingin Kaden sampaikan, tetapi tidak juga.

"Lo kenapa deh lihatin gue mulu?" Akhirnya Reta bersuara.

"Nggak tau, lo cakep mungkin?" kekeh Kaden.

"Baru nyadar lo?" sahut Reta sombong.

Lagi Kaden terkekeh, kali ini lebih keras. "Pd banget!"

"Kan emang cakep."

Reta itu asik, pikir Kaden. Cewek itu tau cara merespon lawan bicara. Cewek itu humble dan friendly jika dengan Kaden. Entahlah, Kaden nyaman dengan kondisi ini. Dia senang saat Reta balik meresponnya.

"Rumah lo dimana, Den? Kenapa lo tinggal di Apart?"

Kaden mencondongkan wajah, membuat Reta menghindarkan kepalanya sembari melotot.

Sekarang Reta sudah tak sungkan untuk bertanya. Menerobos ranah pribadi Kaden bukan lagi hal yang buruk. Mereka sudah cukup saling mengenal satu sama lain.

Sembari memicingkan mata, Kaden bertanya, "Mau tau aja atau mau tau banget?"

Kali ini Reta membalas dengan mencondongkan wajahnya. "Mau tau banget!" tegasnya serius.

Sefrekuensi.

Kaden kembali bersandar, begitupun dengan Reta.

"Gue punya rumah, cuma malas aja dirumah. Nggak ada siapa-siapa. Jadi gue di sini aja," jelas Kaden dengan kedua alis dinaik turunkan.

Reta mengernyit, posisi duduknya berubah menyamping. "Nggak ada siapa-siapa? Orang rumah pada kerja atau emang semuanya tinggal di Apart juga kaya lo?" tebaknya diakhiri rasa penasaran.

Kaden menarik napas. "Gimana ya jelasinnya?"

"Coba lo jelasin, pelan-pelan biar gue paham," jawab Reta masih sambil mengetik.

Masih bingung ingin memulai dari mana, Kaden terdiam sebentar sebelum menjelaskan. "Gue punya dua kakak perempuan, yang satunya udah nikah. Yang kedua dia nggak tau dimana, nggak pernah pulang. Terakhir dia ninggalin gue waktu gue masih kelas 2 smp. Dia di jemput cowoknya."

"Ortu lo biarin aja?"

"Ibu gue meninggal waktu lahirin gue. Ayah gue ..., masuk penjara gara-gara terlibat korupsi dana bansos 8 Trililiun."

Reta langsung menampilakan wajah seriusnya. "Hah?"

Tidak mampu menahan, gelak tawa Kaden terdengar nyaring. "Serius amat lo Ta," terangnya masih belum berhenti ngakak.

Wajah penasaran Reta yang tiba-tiba berubah kaget dan seserius mungkin berhasil membuat Kaden memegang perut.

Awalnya hanya senyum, tetapi kemudian tersadar dan ikut tertawa. "Dana bansos?" tanyanya masih tak percaya. Jika itu benar maka akan sangat memalukan karena Reta sedang menertawakan penderitaan orang lain.

Tawa Kaden kian redah saat Reta kembali menatapnya serius. "Nggak-nggak, bercanda gue." Dia kemudian menatap Reta.

"Ada-ada aja lo Den. Kualat lo sama bokap lo!"

Kaden kemudian melanjutkan ceritanya.

"Ayah gue masuk penjara gara-gara terlibat kasus korupsi. Nggak tau apa, gue juga nggak paham karena waktu itu gue baru lulus SD. Mulai dari situ hidup gue mulai berantakan Ret."

MAURETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang