3. Himitsu Dayo

183 87 228
                                    

"Jangan memberitahukan tentang kita, padanya."

•••☣️•••

Sakata rebahan di atap sekolah, memegang selembar foto yang ia dapatkan saat mengalahkan Urata bermain catur beberapa hari yang lalu.

Ia tak henti-hentinya menorehkan senyum saat menatap foto itu. Terlalu bahagia sampai tak sadar ada rakun berak di sebelahnya.

Di foto itu terdapat wajah tersenyum mereka berdua, hanya saja senyum Sakata sangat bahagia sedangkan senyum Urata terlihat sangat kaku, nampak seperti sedang menahan kentut.

Kebetulan Urata juga sedang menuju ke atap sekolah. Ia ingin memeriksa kondisi kolam renang yang berada di atap sekolah karena kelasnya hari ini akan mengambil nilai berenang.

Tak disangka, ia harus bertemu dengan Sakata di sini. Ia baru bertemu lagi dengan kouhai-nya itu hampir seminggu lamanya setelah pertemuan mereka di kafe.

Mereka memang tidak bertemu di sekolah, tapi Sakata selalu datang ke kafe tempat Urata bekerja semenjak ia tahu crush-nya itu bekerja di sana. Padahal gadis bermarga Takahashi itu sudah berkali-kali melarangnya untuk datang.

"Lo nolep ya, Sak?" cibir Urata saat melihat Sakata hanya sendirian.

Remaja laki-laki dengan foto di tangannya itu bangkit dari rebahannya lalu menunjukkan selembar foto kepada Urata. "Aku sampai harus cari tempat sepi supaya bisa memandangi foto ini loh, kaichou."

"Apa-"

"Kaichou ngapain nyusul aku kesini? Atau kebetulan kah? Wah jangan-jangan kita berjodoh."

Urata melipat tangannya di depan dada dan menghampiri Sakata lalu menengadahkan tangannya. "Barang selain keperluan sekolah gue sita. Sini fotonya."

"Apaan? Ni kan punyaku."

"Tapi ada gue disitu! Ntar kalau ada yang lihat gimana?! Sini!" Urata mencoba merebut foto di tangan Sakata namun adik kelasnya itu malah berjinjit sembari mengangkat foto yang dipegangnya, membuat Urata sampai harus melompat-lompat agar bisa mengambil foto itu.

"Udah kubilang kan, nggak bakal kusebarin ...."

Urata melompat sekali lagi dengan agak lebih tinggi sampai akhirnya menubruk dada bidang Sakata sambil menampis tangan adik kelasnya itu."Dapat! EH?!!!" Namun foto yang berada di tangan Sakata malah tergelincir dan melayang-layang hendak jatuh ke bawah.

Urata menunduk ke bawah, menatap dengan khawatir fotonya yang hendak jatuh di dekat gudang lantai dasar. "Habislah ... kalau ada yang nemu ... setelah ini mereka bakal tau, siapa gue sebenarnya." Urata terduduk lemas sambil bersandar pada pagar pembatas atap.

Sakata mengerutkan dahinya. Ia pun naik ke pagar pembatas dan hendak melompat dari atas atap sekolah untuk menangkap foto itu sebelum sampai ke bawah.

Urata menarik-narik lengan Sakata, mencegah adik kelasnya itu agar tidak bertindak bodoh. "Hoi golbok! Lo cari mati?!"

"Ini jalan pintas untuk ngambil foto itu."

"Tapi ini lantai 4, Sak!!! Ntar lo bisa-"

Lengan Sakata terlepas dari genggaman Urata. Remaja laki-laki itu benar-benar nekat mengambil jalan pintas dengan melompat dari atap sekolah.

"AHO NO SAKATA!!!" teriak Urata.

Pupil ketua osis itu melebar saat ia mendengar Sakata jatuh ke sebuah pohon di bawah sana. Ia segera berlari menuruni tangga dengan perasaan kalut.

"Sakata golbok. Sakata gila. Sakata aneh. Kenapa sampai sebegitunya!"

Urata membuka pintu belakang gudang sekolahnya. Daun-daun pepohonan disana ramai berguguran. Retinanya menemukan Sakata duduk bersandar di pepohonan dengan luka yang membuat seragamnya sobek di bagian depan dan memperlihatkan dadanya dengan luka goresan yang cukup panjang dan lebar.

Remaja laki-laki itu tersenyum riang sambil menunjukkan selembar foto di tangannya. "Dapat. Aku hebat 'kan?"

Urata berjalan menghampiri Sakata lalu berjongkok di depannya, menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya. "Kupikir kamu ... mati ... bodoh ...," ucap Urata dengan lirih dengan sedikit isakan tangisnya.







🍎
•••⚛️•••

"Gimana cara gue membayar ini semua?" tanya Urata pada kouhai-nya yang saat ini berbaring di ranjang rumah sakit dengan balutan perban di tubuhnya. Ia membantu mengancingkan baju Sakata setelah menyeka badan kouhai-nya itu dengan handuk basah. "Gue nggak mau berhutang budi sama lo."

Sakata menyeringai sembari mengetuk dagunya. "Layani aku selama sakit, dengan pakaian maid-mu, kaichou."

"Mungkin lebih baik gue balas pakai ini aja kali' ya?" ucap Urata dengan senyum sembari menunjukkan kepalan tangannya dengan geram.

"Yaudah, pukul dah. Ntar gue anggap hutang budinya terbayar," ucap Sakata sembari sedikit membalik tubuhnya, mengarahkan bahunya pada Urata.

Urata mengalihkan pandangannya lalu memukul bahu Sakata dengan pelan. "Dah ... gue pukul, kan?" gerutu Urata dengan bibir mengerucut. "Gue mau berangkat kerja dulu. Bye."

Urata meraih tasnya, beranjak dari duduknya. Namun sebelum ia melangkah, tiba-tiba ada seseorang membuka pintu kamar inap Sakata.

"Oh, hai," sapa sosok itu dengan ramah pada Urata.

"Oh, hai," sapa sosok itu dengan ramah pada Urata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh?? Shima-san ... kamu tidak salah kamar?" tanya Urata.

Sakata berada di ruang VVIP yang mana hanya ada satu pasien di ruangan tersebut.

"Um. Urata-chan kenal Sakata? tanya Shima.

"Aku ... seniornya di sekolah. Shima-san benar-benar kenal sama alien hentai ini?!" tunjuk Urata tepat di depan wajah Sakata.

Shima mengangguk sembari tersenyum ramah. "Ya, sebenarnya kita-"

"Sepupu," ucap Sakata memotong perkataan Shima. Ia menatap tajam ke arah wanita itu.

Shima mengangguk pelan, mengerti kode yang diberikan Sakata. "Ah ya ... aku ... sepupunya...."

Urata hanya ber-oh ria lalu segera pamit karena harus berangkat kerja. Shima melambaikan tangannya pada Urata lalu menutup kembali pintu kamar bertuliskan Tn. Akira itu.

"Kenal dia?" tanya Sakata pada Shima.

Pramugari cantik itu memberitahukan bahwa ia juga bekerja sampingan sebagai CEO di kafe tempat Urata bekerja. Ia duduk di sebelah Sakata, mengupas buah jeruk lalu menyuapkan pada remaja laki-laki di sebelahnya itu.

Sakata mengalihkan wajahnya, menolak suapan dari Shima. "Lagi nggak pengen makan jeruk."

"Kok ketus gitu sih? Padahal pas dapat kabar lo masuk rumah sakit, gue turun dari pesawat tuh langsung ke sini loh. Tadi pesawatnya lepas landas di atap rumah sakit," ucap Shima.

Eh, buset dah.

"Iya iyaa gue makan. Makasi dah dikupasin ya, senpai yang kawaii." Sakata pun mengambil jeruk di tangan Shima dan menyuapkan sendiri ke mulutnya.

Shima meraih jemari Sakata dengan kedua tangannya, menatap laki-laki itu dengan intens. "Sakatan ... jadi gimana kelanjutan hubungan kita?"

To be Continued

11-01-22

SakaUra atau SakaShim?

『𝕸𝖞 𝕶𝖆𝖎𝖈𝖍𝖔𝖚』 ✔ 𝚂𝚊𝚔𝚊𝚄𝚛𝚊 𝚂𝚎𝚗𝚂𝚑𝚒𝚖𝚊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang