3| Pagi Pertama

184 15 1
                                    

Orisha Gladis Alaia

Pagi pertama terbangun di Paddock area!

Aku membuka mata dengan semangat. Begitu melihat di sebelah hanya ada Akio tanpa Jeffrey, aku langsung ingat bahwa dua cowokku itu sedang bertengkar. Kamar utama yang biasanya digunakan oleh Jeffrey seorang diri, kini malah aku tempati berdua saja dengan Akio.

Dengan ini, aku punya misi. Di akhir hari Akio dan Jeffrey harus berdamai. Sebagai pihak netral, aku tidak akan memihak pada salah satunya.

Dengan penuh kehati-hatian kusingkirkan selimut ke samping, berusaha keras tidak membuat Akio bangun secara tiba-tiba. Aku keluar dari kamar sambil menggulung rambut ke atas, just out of habit. Aku tidak tahu bahwa ternyata tatanan rambut begini akan memperlihatkan tanda cinta buatan Jeffrey semalam.

"Pagi, Gladis!"

Hah? Ada Om Adam? Kenapa Jeffrey nggak bilang-bilang dulu, sih?!

"Pagi, Om Adam," balasku kikuk. Untuk menjaga kesopanan, aku mendekat dan memberi salam cium punggung tangan sebagai bentuk unggah-ungguh khas Indonesia.

"Jef bikin lo capek terus ya?"

"Maksudnya, Om?"

"Baru nyampe sini malah minta jatah." Om Adam menunjuk lebam merah yang mulai membiru di leher. "Kalau Jef berulah, getok aja kepalanya."

"Om, jangan lihat-lihat punya gue dong!"

Suara Jeffrey terdengar dari belakang. Aku otomatis menoleh. Rambutnya yang masih basah menjelaskan bahwa Jeffrey baru saja selesai mandi.

"Turunin aja rambut kamu," ucap Jeffrey dengan nada memerintah.

Jemari Jeffrey menarik lepas jepit rambutku. Ia kemudian menunduk dan menanamkan ciuman di bibir. Semuanya berlangsung dalam waktu singkat, membuatku kaget sekaligus malu karena memikirkan perbuatan Jeffrey barusan mungkin menjadi bahan tontonan Om Adam.

"Good morning, Shashayang!"

"Jeffrey!"

"Santai aja, Dis. Gue nggak lihat."

Ugh, mukaku pasti sudah memerah. Ucapan Om Adam sama sekali tak membuatku tenang. Justru, kalimatnya tadi malah makin membuatku yakin bahwa Om Adam telah melihat semuanya.

Aku melayangkan tatapan tajam. Jeffrey hanya merespon dengan mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum jahil. Ia memang tidak tahu malu.

"Maaf ya, Om, aku baru bisa sapa Om sekarang. Jeffrey nggak kasih tahu kalau Om Adam sudah ada di sini."

"Dia mah gitu. Semalam saja Jef kesal sama Luigi karena Akio dekat sama dia. Padahal Luigi juga nggak mungkin culik Akio begitu saja. Luigi memang suka sama anak kecil."

Kedua alisku terangkat. Jadi itu masalahnya? Jeffrey marah pada Akio karena cemburu?

"Akio dekat sama Luigi? Kok bisa, Om?" Aku yang tertarik ingin mengulik lebih jauh, menarik kursi di depan Om Adam dan mulai menjalankan mode bergosip.

"Jef manggil Akio pakai sebutan boy terus. Akio nggak suka, maunya dipanggil pakai nama."

"Oh ...."

"Bukan gitu!"

Jeffrey nimbrung tak terima. Dia baru saja keluar dari kamar, kali ini sudah berganti pakaian menjadi kemeja penuh tempelan berbagai nama sponsor, sama seperti yang dipakai Om Adam.

"Aku nggak ngerti Akio ngomong apa, tapi Luigi bisa tahu dalam waktu dekat. Bukan cuma masalah nama, semua-mua-mua-nya, Akio cuma mau ngomong ke Luigi."

Race TrackWhere stories live. Discover now