11. »Permulaan

64.1K 5.4K 486
                                    

AGRAVEN cara bacanya jadi AGREIVEN👍

.
.
.

11. First kiss


04 September

"KAK!"

"APA YANG KAKAK LAKUKAN KEPADA BAPAK ITU?!"

"KAK AGRA!!"

Pria bernama Agraven tersebut terkejut saat ada yang memanggilnya dengan nama Agra selain kakeknya.

"Kak, kasian! Hiks, dia salah apa sama kamu? Dia juga manusia!" Gadis itu Azalea. Kakinya melangkah perlahan untuk mendekati Agraven. Ia sudah tidak tahan melihat siksaan kejam yang diberikan Agraven kepada seorang laki-laki paruh baya yang sekarang berada diambang kematian tepat di hadapannya.

Air mata sudah mengalir deras dari pelupuk matanya. Pemandangan di hadapannya sungguh sangat mengerikan dan menakutkan.

Aza terus berjalan dengan perlahan mendekati Agraven Kasalvori.

"Diam di sana atau orang ini akan lenyap tepat di depan mata, kamu!" ancam Agraven. Seketika kaki Aza berhenti melangkah. Tubuhnya mematung saat mendengar ancaman Agraven.

"Maksudnya? L-lenyap?" beo Aza belum juga mengerti situasi di depannya. "Kak, ambil pisau yang di betisnya Bapak itu! Rasanya pasti sakit ... pasti perih," sambung Aza sangat lirih. Melihat banyak darah, membuat kepalanya pening. Ingatan buruk menyerbu isi pikirannya.

"Sakit hiks ... darahnya banyak, hiks."

"Sttt, jangan nangis. Ini cuma luka sedikit. Aza jangan cengeng, ya. Harus jadi bidadari kecil yang kuat."

"Ndak bisa hiks, Aja penakut. Jangan tinggalin Aja hiks." Aza kecil terduduk lemas di lantai yang dingin.

"KAK, PLEASE! Bapak itu bisa pergi, dia bisa ... dia bisa mati hiks."

"Emang itu yang saya mau," balas Agraven menyeringai.

Bruk

Agraven mendorong laki-laki paruh baya di hadapannya ke tembok, sehingga kepala pria tersebut terbentur dengan keras. Dengan sengaja Agraven menusuk pisaunya tepat pada leher kirinya. Darah laki-laki itu muncrat ke mana-mana. Agraven tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.

Tidak sampai di situ, Agraven terus membenturkan kepala laki-laki itu tanpa ampun. Entah apa yang membuat dirinya setega itu melakukannya.

"Bagus, kepala anda lebih baik hancur daripada dibiarkan utuh. Isi kepala anda hanya ada harta, tahta dan jalang ...."

"Otak yang ada di dalam sini, nggak pernah berpikir nasib istri dan anak yang anda telantarkan. Bayangkan saja jika mahasiswa yang anda ajarkan selama ini tau sifat anda sebenarnya. Sosok yang menjadi panutan mereka ternyata pintar manipulasi dan mainannya seorang jalang kurang belaian, cih!" sambung Agraven berbisik di dekat telinga pria dengan mata yang sudah tertutup.

"Kakak orang jahat! P-pembunuh!"
Aza berteriak lemah. Kepalanya sangat pusing melihat darah yang berceceran di marmer yang berwarna putih bersih.

"Ya, kamu benar. Saya seorang pembunuh," balas Agraven datar.

"Orang jahat, hiks!"

"Hmm. Orang jahat ini punya masa lalu."

"Psiko-"

"Saya bukan psikopat, camkan itu!" tekan Agraven mendekati Aza yang sudah terduduk di lantai.

"Kamu udah liat siapa saya sebenernya ...."

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang