35.»Amaraloka

41.2K 4.6K 266
                                    


Jangan lupa pencet bintangnya!!!!
.
.
.

Agraven menghela napas ketika sudah berada di depan rumahnya.

Kenyataan tentang Ludira yang tidak menyukai Aza cukup menjadi beban pikirannya. Namun, untuk sekarang ini ia tidak akan melakukan apapun kepada kakaknya. Ia sengaja tetap membiarkan Ludira bertindak. Sejauh mana kakaknya itu berulah, dan apakah Aza bisa menghadapinya atau tidak.

Agraven yakin, Aza bisa menghadapinya.

Tujuannya sekarang sudah pasti melihat keadaan sang istri.

"Za!" panggilnya saat memasuki kamar. Dapat ia lihat Aza sedang membaca buku dengan tidak berminat.

Agraven tersenyum. Sekarang ia berencana ingin mengajak Aza ke suatu tempat. Selama mereka bersama, Agraven belum pernah mengajak Aza jalan-jalan atau apapun itu istilahnya. Seperti kencan, maybe.

"Kak Agra udah pulang?"

"Bosan nggak?" Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ia ajukan.

"Kalo ada istilah lain yang lebih tinggi tingkatnya daripada bosan, maka Aza sedang merasakannya," jawab Aza cemberut.

Agraven terkekeh. Ia menunduk di samping Aza. Spontan Aza berteriak karena tindakan Agraven yang mengagetkannya.

"Aaaa kak Agra!" Tanpa aba-aba Agraven langsung menggendongnya dengan gaya bridal style menuju kamar mandi.

"Nggak usah mandi. Cukup cuci muka aja," ucap Agraven mendudukkan Aza di atas wastafel. Dengan telaten ia mengusap wajah Aza dengan air. Sedangkan sang umpu wajah hanya diam melihat Agraven yang terlihat telaten mencuci wajahnya.

"Sebenarnya Aza bisa sendiri loh, kak. Ini tangan Aza juga udah mendingan--"

Cup

"Sstttt," bisik Agraven setelah membungkam mulut Aza.

Pipi Aza seketika memanas. Sangat mudah membuat Aza blushing.

Setelah selesai dengan urusannya, Agraven kembali menggendong Aza keluar dari kamar mandi. Aza kembali ia dudukkan di meja rias. Sebelumnya Aza menjadi istrinya, meja rias itu tentu tidak ada. Beberapa hari lalu, Agraven baru memesannya.

"Aza keluarnya pake baju ini?" tanya Aza.

"Kalo mau, itu lebih bagus," jawab Agraven santai.

"Ih, gak mau! Aza mau ganti, masa iya pake baju tidur," sanggah Aza.

"Ya udah ganti." Aza tersenyum. Baru saja ia ingin berdiri, Agraven langsung menahan bahunya.

"Mau kemana?"

"Ganti baju," jawab Aza bingung.

"Diam di sini." Agraven langsung membuka lemari dan mencari baju yang cocok untuk Aza pakai hari ini.

Setelah menemukan pilihannya, Agraven langsung kembali ke hadapan Aza.

"Angkat tangannya," perintah Agraven.

"Mau ngapain, kak? Kakak mau menembak Aza?" kaget Aza takut.

"Saya nggak lagi pegang pistol, Aza," jawab Agraven terkekeh.

"Jadi?"

"Saya gantiin baju kamu. Tangannya, kan, masih sakit," alibi Agraven.

Modus bilang sayang!

Aza langsung menyilangkan tangannya di depan dada. "Aza bisa sendiri!" tolak Aza.

"Cepat, Za. Atau saya berubah pikiran, kita nggak jadi keluar?" ancam Agraven.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang