7. Dia? Nggak Mungkin, dong!

1.1K 204 19
                                    

"Kita mau ke mana?"

Adam tak menjawab pertanyaan Ardhani. Perempuan itu baru sadar Adam mengambil jalan yang seharusnya tidak mereka lewati.

"Dam?"

"Oh... masih sadar, toh? Kirain tadi ketiduran di belakang karena diem mulu."

"Kita mau ke mana?" ulang Ardhani dengan nada lebih tinggi.

"Cari makan. Laper."

"Pulang aja, Dam!"

"Di sana tadi aku nggak jadi makan, loh. Laper."

"Aku mau pulang!"

Vespa kuning Adam berhenti tepat di depan penjual sate. Adam membalikkan tubuhnya secara tiba-tiba hingga membuat Ardhani reflek menjauhkan tubuh.

"Nggak pengertian banget, sih?"

Kening Ardhani mengerut heran.

"Kamu ngajak aku kondangan tapi nggak kasih ma-"

"Aku nggak pernah ajak kamu, ya!" sela Ardhani judes.

Adam menghela napas dan menutup mata sejenak. "Terserah, deh. Aku cuma mau makan. Minta waktunya lima belas menit aja masa' nggak bisa, sih?"

Ardhani sedikit merasa tersudutkan sekarang. Ia menoleh ke samping dan turun dari motor seraya melepas helm. "Makan di sini aja."

Tak ada sanggahan dari Adam. Pria itu hanya mengangkat bahu dan melepas helmnya.

.

.

Ardhani masih bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya saat ini. Beberapa hal terjadi begitu cepat di hidupnya tanpa memberinya kesempatan untuk bersiap. Beberapa saat yang lalu ia merasa begitu menyedihkan bertemu dengan Bintang. Dan kini, ia merasa begitu malu duduk di hadapan Adam yang sedang menyantap makanan.

"Lagi diet, ya?" tanya Adam tiba-tiba. "Satenya enak, loh."

Kepala Ardhani menggeleng. Mual di perutnya membuat ia tak berselera makan sedikit pun.

"Udah yang tadi nggak usah dipikirin! Anggap aja nggak pernah terjadi."

Bibir Ardhani terbuka, namun tak kunjung mengeluarkan suara.

"Mending makan. Perut kenyang, hati pun senang."

"Bintang bukan pacarku," ucap Ardhani lirih.

Adam mengangguk. "Aku lebih percaya kalau cewek tadi itu pacarnya, sih."

Ingin rasanya Ardhani menenggelamkan diri di sungai sampingnya.

"Kamu suka dia?"

Bukannya menjawab, pipi Ardhani malah merona merah.

"Kasihan banget kejebak friendzone."

"Terus aja, Dam. Hina aku terus-terusan," gumam Ardhani.

Tawa Adam terdengar begitu puas. "Jadi aslinya kamu jomblo?"

"Iyaaaaa. Puaaaaaas?" Suara Ardhani yang meninggi turut melebarkan tawa Adam.

"Nggak apa-apa. Nggak ada yang salah kali sama jomblo," ucap Adam sebelum melanjutkan makan malamnya.

Ardhani tak menanggapinya. Ia lebih memilih memperhatikan sisi jalan yang berada di seberang sungai, memperhatikan cahaya-cahaya lampu yang memantul di atas air. Begitu damai dan menenangkan.

Haaah... entah mengapa ia merasa sedikit lega sekarang.

***

Harusnya hari Minggu adalah hari 'malas-malasan' bagi Ardhani. Setelah hampir seminggu berkutat dengan rutinitas kerja, inilah hari yang yang pas baginya untuk memanjakan diri.

SoulmateWhere stories live. Discover now