2 - menderita (y/n pov)

200 49 10
                                    

Asan, Juli 2012

"Stop.. haaah.. hah! Stop! Stop! Stop!"seruku pada Eunbi dan Mimi yang masih terus semangat berlari mengitari lapangan sekolah.

"Ehhh? Apa ini???" Mimi tampak geleng-geleng sambil berlari mundur agar bisa melihatku.

"Ayooo! Ayoooo!!!"seru Eunbi yang kini menarik tanganku agar tidak berhenti berlari.

"Aku itu mau jadi patissier bukan atlit!"protesku tidak terima. Kalau tahu aku akan diajak berlari di sela istirahat karena mengeluh sering merasa mudah lelah, aku akan memilih untuk diam saja. Benar-benar lupa kalau dua temanku ini gila olahraga. Merasa olahraga adalah jawaban dari segala masalah.

"Kau kan tetap butuh stamina yang bagus untuk jadi patissier! Jadi rutin olahraga adalah jawabannya!"ucap Mimi yang segera disambut oleh anggukan semangat Eunbi.

Ugh. Mereka benar-benar tidak mengerti.

"Oh! Chef Y/n!"

Dari podium samping lapangan aku melihat Jisoo melambaikan tangannya padaku. Disampingnya tentu saja ada Shua, si kembar yang menyeramkan.

"Sedang apa kalian?"tanya Jisoo, yang kini ikut berlari santai disampingku. "Aku pikir kalian akan istirahat makan siang."

"Aku juga maunya begitu.."gumamku yang membuat Jisoo menatapku bingung.

"Kami sedang melatih Y/n untuk membangun staminanya!"jawab Mimi bersemangat.

"Stamina?"

"Eung. Y/n selalu mengeluh gampang lelah jadi aku dan Mimi mulai melatihnya rajin olahraga setiap hari."tambah Eunbi.

"Heee? Terus bagaimana, Y/n? Apa kau merasa lebih sehat?"tanya Jisoo padaku.

Kalau tidak sedang berlari juga mungkin aku akan memandanginya dengan lebih seksama. Pemandangan dia berlari dengan senyum disampingku seperti ini terlalu indah untuk tidak dipahat ke dalam memoriku.

"Sehat, huh?" Aku refleks memutar mataku. "Aku saja sedang... haaah..... berusaha untuk tidak mati sekarang..."

"Uwek... berlebihan!"seru Mimi yang segera ku balas dengan tatapan jengkel.

"Hmm.. kalau begitu coba yuk!"

"Yuk?"

Jisoo meraih tangan kananku lalu menariknya perlahan. "Yuk larinya denganku saja!"

"Eh?!" Aku menatapnya dengan tidak percaya.

Memang harapan Jisoo untuk berteman baik denganku terwujud dengan baik karena hubungan kami sekarang memang cukup dekat. Namun entah mengapa akhir-akhir ini Jisoo jadi selalu muncul dimanapun ku berada. Sebenarnya aku tidak masalah. Keberadaannya juga membuatku senang. Tapi kalau dia sudah mulai melakukan hal-hal seperti menggenggam tanganku kini, aku tidak tahu harus menanggapinya bagaimana. Karena tingkahnya ini membuat dadaku berdebar tidak karuan.

"Jisoo.."

"Hmm?"

"Aku ingin.. haaah.. berlari... hahh..! Aku ingin berlari denganmu.. tapi.."

"Tapi?"

"Tapi–" BRUK!

"Y/N!"

Hahh... tapi badanku sudah menyerah. Ah. Pandanganku gelap.

Hmm. Aku bermimpi indah sekali. Dengan belatar langit senja, aku dan Jisoo sedang berlari di pantai bersama sambil berpegangan tangan. Indahnya. Senyuman Jisoo. Tangannya yang hangat. Eh? Tapi. Tapi aku terjatuh– dan terbangun.

sunshowerWhere stories live. Discover now