25. Kota Baru

1.6K 296 9
                                    

Hari keberangkatan Anastasia menuju Istir tiba, dia datang sebagai salah satu murid yang ingin mempelajari beberapa hal tentang sihir di sana. Semua untuk menutupi tujuan utama yaitu mencari para pemberontak.

Dia akan tinggal di kediaman Marquest Aesreron, tapi yang menjadi tempat tinggal anak mereka. Ada dua kediaman keluarga Aesreron di Istir pertama adalah tempat tinggal kedua pasangan suami dan istri dari Marquest Aesreron dan satunya lagi adalah kediaman yang di tinggali oleh anak mereka, Rafael Aesreron.

Anastasia akan tinggal di kediaman anak mereka, ya secara tidak langsung dia dan Rafael akan tinggal serumah.

Portal khusus yang langsung mengarah pada halaman belakang sebuah Mansion berwarna biru dan putih yang kelihatan megah. Anastasia pernah ke Istir tapi dia tidak menjelajahi tempat-tempat di kota, lagipula siapa yang akan mengizinkannya untuk menginjakkan kaki di kediaman ini jika dia bukan salah satu tamu spesial.

"Selamat siang, Nona." Seorang laki-laki dengan pakaian pelayan, menyapa Anastasia yang berjalan mendekat. "Saya kepala pelayan di tempat ini."

"Selamat siang." Anastasia tersenyum. "Semoga kita bisa cocok."

Kepala pelayan itu mengangguk, tampak ramah. "Panggil saja saya Paul, Nona."

"Baik, Paul."

Katanya Rafael akan kembali saat malam, salah satu orang penting di kota ini sedang berada di menara penyihir yang terlihat jelas dari Mansion ini. Jaraknya mungkin sekitar satu atau dua kilometer namun menara besar dan tinggi itu kelihatan sangat kentara.

Mendapatkan kamar dengan pemandangan ke arah menara, serta taman yang berada di bawah sana. Dia membawa beberapa serangganya, namun harus meninggalkan semua di luar agar tidak menimbulkan kecurigaan. Beruntung adanya taman bunga di bawah sana, para serangga-serangga itu bisa tinggal disana.

"Nona," Suara ketukan pintu dan dua orang pelayan wanita berjalan masuk. "Kami akan melayani nona mulai sekarang."

Kedua pelayan yang tampak masih belia itu menunduk, memberikan salam pada Anastasia.

"Jika ada yang Nona perlukan silahkan panggil saja kami." Si rambut berwarna merah bersuara. "Saya Amera, dan ini Reana."

Anastasia mengangguk. "Oke, aku Anastasia. Salam kenal." Anastasia tersenyum.

Karena jarang muncul dan terkadang agak sulit bersosialisasi, banyak yang mengatakan jika Anastasia tidak ramah. Bahkan jarang ada bangsawan yang mengundang ia ke pesta minum teh karena dia dianggap akan merusak suasana.

Padahal dia biasa saja.

"Aku akan beristirahat sebentar, tolong buatkan aku teh dengan perasan lemon."

"Baik, Nona."

Kedua pelayan itu berjalan keluar, sedangkan Anastasia tetap pada posisinya, yaitu berada di sofa sambil membaca beberapa buku.

Mungkin dia akan beristirahat sementara waktu sebelum berkeliling.

***

"Kenapa tiba-tiba?" Pan, laki-laki dengan wajah mengantuk itu menatap Rafael yang duduk di balik meja. "Di Istana juga ada menara sihir, bahkan Kakaknya adalah salah satu penyihir di sana."

Rafael sedang membaca beberapa kertas yang berisi beberapa laporan tentang pergerakan aneh yang terjadi di Istir, tapi tidak ada titik terang.

"Bukannya bagus ya? Kita memang terkenal memiliki menara sihir dan buku-buku yang lengkap, tapi jarang akan ada yang datang langsung untuk melihat." Perempuan berambut merah yang sedang menata beberapa buku di salah satu rak menoleh. "Dia juga dari keluarga yang cukup terpandang."

"Biasanya Nona-nona seperti itu hanya akan merepotkan saja." Pan merapikan beberapa buku. "Tidak lama lagi dia pasti akan meminta kembali karena tidak nyaman di sini."

Perpustakaan menara adalah lokasi Rafael saat ini, dia sering datang kemari. Dia memiliki ruang kerjanya sendiri tapi dia lebih suka berada di sini, walaupun dia akan mendengar celotehan dari Pan ataupun Ran.

"Aku dengar dia pernah berada di negeri orang, mana mungkin dia semanja itu jika bisa sampai di tempat yang jauh." Ran, turun dari tangga yang membantunya untuk meraih rak yang cukup tinggi.

"Bisa saja itu hanya bohong," Pan masih tetap pada ucapannya. Menurutnya alasan para Nona bangsawan hanya karena Rafael, Tuan mereka. Selain itu mereka akan merepotkan. "Seminggu adalah waktu paling lama dia di sini."

Rafael hanya diam. Dia tidak begitu mengenal Anastasia, mereka mungkin sering berbincang tapi dia belum terlalu mengenal gadis berambut hitam legam itu. Tapi ia rasa Anastasia bukan tipe yang seperti di katakan Pan.

"Katanya dia sudah tiba disini dari siang hari," Ran berjalan mendekat pada Rafael yang berada tidak jauh. "Aku agak penasaran sebenarnya."

"Paling dia hanya Nona yang akan langsung merengek saat keinginannya tidak dituruti." Pan meletakkan beberapa buku di rak. "Kenapa kau penasaran sekali dengan Nona itu?"

"Memang apa yang salah?" Ran duduk di hadapan Rafael. Dia melirik Kakaknya itu. "Kota ini meskipun terkenal tapi jarang ada yang mendatangi dengan tujuan seperti ini. "

"Dia hanya ingin bermain-main, percaya padaku." Pan mendengkus. "Lihat saja sebentar lagi dia akan melakukan hal yang merepotkan."

Ran hanya melirik Kakaknya itu. "Dia adik orang yang pernah kau ceritakan, bukan?"

Rafael mengangguk. "Tapi bukan karena itu aku setuju."

"Ya, jangan melampiaskan padanya karena tidak mendapatkan Kakaknya." Ran menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Maria Dioxazine, kan?"

"Gelar mereka bahka sudah naik, itu aneh karena tiba-tiba mereka mendapatkan wilayah kekuasaan dan gelar." Pan selesai dengan susunan buku yang ia buat, dia berjalan mendekat pada saudarinya dan Tuannya.

"Sebenarnya tidak. Karena walaupun gelar mereka tidak begitu tinggi tapi mereka memiliki kekuasaan di pasar nasional, jadi itu masuk akal. Anak-anak mereka juga bekerja pada Istana, jadi aku rasa itu tidak aneh." Ran menatap Pan. "Kau kenapa sih? Tidak suka sekali dengan Nona ini."

Pan mendengkus. "Aku hanya tidak mau ada orang yang merepotkan disekitarku."

"Pada dasarnya kau memang menyebalkan, itu saja." Ran melirik Pan sinis. "Tuan saja tidak merasa masalah dengan itu."

Itu salah satu tujuan Anastasia datang kemari, walau tujuan utama bukanlah itu. Awalnya tujuan Anastasia akan dirahasiakan darinya, tapi jika dirahasiakan informasi akan semakin sulit, paling parah adalah komunikasi yang salah. Rafael tidak tau bagaimana bisa Anastasia diberikan tugas seperti ini. Tapi dia rasa Anastasia hanya akan jadi pihak melihat dan memberikan informasi pada Istana, mungkin dia salah karena meminta bantuan Istana, karena rasanya dia seperti di perhatikan.

Anastasia bisa saja sengaja di tempatkan di Istir, di sisi Rafael dengan sengaja. Apalagi kota ini adalah yang paling di curigai, bisa jadi Pangeran sengaja membuat Anastasia seakan-akan membantu padahal hanya ingin melihat apakah Istir memberontak atau tetap di bawah Kerajaan.

Kenapa dia baru terpikir hal ini sekarang?

Awalnya dia setuju karena dia hanya tau kalau Anastasia datang untuk belajar, tapi ternyata dia juga ikut membatu. Dan dia baru terpikir hal ini sekarang.

Rafael berdiri dari kursinya, membuat Ran dan Pan menoleh.

"Hati-hati dijalan." Ran mengatakan itu sambil melambaikan tangannya. Rafael hanya mengangguk dan berjalan pergi.

. . .

Jangan tanya kapan update, selamat menunggu 😘

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang