50. Marquess

839 131 2
                                    

Rafael sudah kembali ke Mansion di pegunungan, tapi Anastasia masih berada di Mansion orangtua Rafael, semua karena dia masih ingin menenangkan pikirannya.

Oh, hari ini dia akan memberikan langsung buah itu pada Marquess Aesreron. Katanya saat pagi Marquess sering berjalan-jalan di sekitar taman.

Dengan sebuah keranjang berisi buah spesial ditangannya, Anastasia berjalan berkeliling taman. Sejujurnya Mansion ini lebih kelihatan hidup dibandingkan Mansion yang Rafael tinggali, walau ada taman disana tapi kelihatan sepi, entahlah bagaimana ia menjelaskannya.

"Selamat pagi."

Katanya Marquess agak pemalu, tapi Anastasia rasa Marquess bukan orang seperti itu, hanya karena jarang terlihat di publik orang-orang jadi beranggapan jika Marquess seperti itu.

"Selamat pagi, Marquess Aesreron." Anastasia bisa langsung tau jika laki-laki yang sedang berdiri sambil menatap sebuah pohon itu adalah Marquess Aesreron. Mata merah bagai apel yang mengingatkannya pada seseorang sudah menjadi jawaban.

"Anastasia Dioxazine?"

"Anastasia saja, Tuan." Anastasia tersenyum dia berjalan mendekat. "Ah, katanya Sir Rafael anda menyukai buah spesial, jadi saya petik beberapa untuk dimakan." Anastasia mengangkat keranjang yang ia bawa.

Marquess Aesreron terkekeh. "Ayo duduk dulu."

Rambut berwarna karamel dengan mata merah bagai apel yang kelihatan berkilau. Mata yang benar-benar turun pada Rafael dengan baik.

Keduanya duduk di sebuah kursi dengan keranjang berisi buah spesial itu berada diantara keduanya. Marquess tampak menikmati buah tersebut, sedangkan Anastasia hanya diam sambil menikmati hawa dingin yang masih terasa.

"Dulu Rafael sangat menyukai buah ini." Aderas tersenyum. "Dia bahkan setiap hari pergi untuk mencari biji buah ini."

"Sir Rafael saat kecil sepertinya sangat aktif." Anastasia tersenyum.

Aderas mengangguk. "Dia bilang suatu hari jika dia menemukan biji buah itu dia akan memberikan pada seseorang yang ia sayangi."

"Sebenarnya kemarin biji buah itu sudah ditemukan." Marquess memberikan tatapan kaget. "Sir Rafael yang memeriknya dan saya memakannya, ternyata buah itu terdapat biji."

Aderas tertawa. "Kalian seperti jodoh saja."

Anastasia membuang muka ke arah lain, agak merasa malu karena perkataan Marquess Aesreron. Tapi dia langsung kembali seperti semula.

"Tapi sepertinya Tuan Rafael menyukai orang lain." Anastasia tersenyum.

"Itu pasti Rosieta." Aderas memakan buah tersebut. "Dia gadis yang perlu perhatian lebih, itu kenapa Rafael sangat peduli."

Anastasia mengangguk. "Kata Sir Rafael sampai sekarang dia masih mencintai Nona Rosieta."

"Sebenarnya aku tidak setuju Rafael bersama Rosieta," Anastasia menoleh. "Ada sesuatu pada gadis itu."

Apa Marquess tau sesuatu?

Marquess mengangkat buah ditangannya. "Buah ini sangat berharga, bahkan dulu buah ini menjadi salah satu hal paling dilindungi."

"Katanya pohon itu diberikan oleh orang spesial yang dulu dilindungi oleh Istir." Anastasia melirik Marquess. "Itu kenapa tanah ini sangat diberkahi."

Marquess Aesreron mengangguk. "Ya. Dia adalah orang paling berjasa. Awalnya pohon itu yang akan jadi lambang Istir, tapi jika terlalu mencolok maka digantikan oleh lambang Jam Pasir dan batu mulia yang ada di tempat ini. Seperti tanda bahwa tidak akan ada habisnya anugerah di tanah ini."

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang