~52. Sisi lain

7K 767 178
                                    

Warning!!!Untuk umur 15+ ~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Warning!!!
Untuk umur 15+
~

"Max? Eh Kak Max, ngapain disini?" balas Geo berusaha santai, walau kenyataannya badannya sudah terasa lemas seperti tak bertulang. Apalagi jika bukan karena melihat pembunuhan sadis dengan kedua matanya sendiri dan parahnya lagi yang melakukannya ialah Max yang notabenenya adalah sepupunya.

"Jadi kamu yang daritadi mengikutiku?" tanya Max dengan nada tak bersahabat. Geo yang melihatnya merinding, ia seperti melihat sosok lain dari Max.

"Untuk apa kayu di tanganmu itu?"
Geo reflek melempar kayu balok itu.

"T-tadi itu-anu ini ngehalangin jalan, makanya dipinggirin kesini," balas Geo seraya meringis dengan alasannya sendiri, pasti Max tidak akan percaya. Tapi seingatnya kemarin saat ia melihat Max yang 'lain' sifatnya tidak seperti ini, malah terkesan manja (?) mungkin.

"Ya benar, ini adalah sifat asliku dan yang kemarin itu hanya sandiwara belaka. Aku tak ingin kamu tahu tentang sifatku yang ini, tapi ternyata kamu malah ingin tahu jadi sekalian saja dan panggil aku Kak Liam not Max," ucap Max atau lebih tepatnya Liam, nama panjangnya sendiri adalah Maximilliam Auvarro Harvey.

Saat Geo akan membantah, Liam langsung memberi tatapan setajam silet pada Geo, membuat anak itu tidak jadi mengeluarkan sanggahan.

"Halo, Jill cepat datang kemari dalam 5 menit kalau tidak, ucapkan selamat tinggal pada kedua tanganmu." Begitu selesai berbicara, Liam langsung mematikan sambungan telepon.

Liam menatap Geo yang sekarang malah berjongkok di atas rerumputan. Melihatnya Liam bukannya khawatir, tapi malah senang melihat bocah di depannya ini ketakutan. Memang tidak ada akhlak sama sekali.

Setelah Geo berhasil menenangkan dirinya dan mencoba berpikir jernih, ia berdiri berencana pergi dari tempat ini. Sayang sekali sebelum itu terlaksana Liam sudah memegang lengannya, ralat lebih tepatnya mencengkram hingga Geo meringis menahan sakit.

"Lepas kak, aku mau pulang."

"Memang kamu tahu jalan pulang?" tanya Liam tenang yang dijawab Geo dengan gelengan putus asa.

"Sakit..." Mendengarnya Liam langsung mengendurkan cengkramannya.

Sesaat kemudian sebuah mobil berhenti di depan mereka, Jill datang dengan dua anak buahnya.

"Bereskan dia," perintah Liam dingin. Liam menarik Geo masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku tengah.

"Jalan," titah Liam pada sang supir yang tentunya langsung dituruti.

Geo hanya bisa diam sambil mengelus-elus tangannya yang sudah memerah. Mimpi apa dia  semalam bisa ketemu sama manusia psikopat di sebelahnya.

Setelah menempuh perjalan sekitar 15 menit mereka sampai di sebuah apartemen mewah di daerah elit Jakarta. Liam menoleh ke arah Geo yang bisa-bisanya malah tertidur pulas, tapi tak lama kemudian anak itu bangun dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.

GEOCEAN [END]Where stories live. Discover now