Bab 1 Broken Lilla

33 5 18
                                    

Gerbang Bifrost telah menutup kembali. Stjerner pesawat supersonic kendaraan khusus antar kerajaan di Verdensrommet mendarat tanpa suara pada helipad di puncak Istana Alfheim. Lilla terlihat sangat rapuh dalam baju dukanya yang berwarna pucat. Blå membimbingnya menuruni tangga perlahan hingga masuk balairung istana.

Ibunda Ratu Himmelen menghambur, merengkuh putrinya dengan uraian air mata. Paduka Raja Gull pun berusaha sangat keras menahan air matanya agar tak terjatuh. Suasana sendu mencekam di dalam ruang luas yang biasa untuk menghelat perayaan kemenangan, kini berhias isak tertahan dari seluruh penggawa Kerajaan Alfheim.

Siapa pun masih bisa mengingat dengan jelas, semusim baru berlalu semenjak Putri Lilla meninggalkan balairung ini dalam tawa bahagia bersama iring-iringan Stjerner pesawat supersonic yang dikirim dari Kerajaan Vanaheim. Svart, Putra Mahkota kerajaan itu menginginkan Lilla menjadi calon permaisuri yang kelak akan mendampinginya dalam memimpin Vanaheim.

"Titip Lilla, kesayangan kami, ya Svart. Jangan kau buat dia menangis atau aku akan membunuhmu," ucap Blå dengan nada bercanda.

"Kini dia telah menjadi kesayangku, Blå. Jangan kau lupa itu." Svart membalas dengan mimik muka lucu dan membuat semua orang tertawa kala itu.

Putri Lilla menjadi gadis paling beruntung di Verdensrommet karena terpilih menjadi calon ibu dari segala bangsa. Lilla sendiri sudah lama mengabaikan pikir dan rasanya sendiri, baginya ini adalah sebuah bentuk pengabdian tertinggi yang mampu dia persembahkan untuk bangsa dan kerajaannya.

Setidaknya dia bisa menyumbangkan baktinya tanpa harus bersusah payah berlaga di medan perang, menumpas pemberontak seperti Blå kakaknya. Semua serba sempurna bagi Lilla, wajah cantik rupawan, jemari lentik yang lihai memainkan harpa yang mampu membius siapa pun yang mendengarnya.

Pribadinya yang lembut dan sopan membuat semua orang ingin menyayanginya. Bahkan  tumbuhan dan hewan di sekitar Istana Vanaheim pun mengenalnya sebagai pribadi yang baik. Salah satu di antaranya adalah Hjort rusa kesayangannya yang dipungut dari hutan saat dia menemani ayahanda dan kakaknya berburu. Rusa kecil itu telah kehilangan induknya dan Putri Lilla membawanya ke istana. Hjort makhluk beruntung yang sangat setia menemani tuan putrinya hingga kini.

"Bunda, bolehkan aku langsung ke kamarku?" bisik Lilla lemah.

"Tentu, Sayang." Ratu Himmelen sangat tidak tega melihat kondisi putrinya yang terlihat sangat depresi.

"Månen, jaga Tuan Putri baik-baik, ya!" Perintah Ibunda Ratu kepada dayang kepercayaannya.

Lilla mengempaskan tubuhnya pada sebuah sofa beludru ungu yang ada di sebelah jendela besar di kamarnya. Tatapannya kosong ke arah Gerbang Bifrost seolah-olah masih berharap bahwa Svart akan kembali dari Verdensrommet. Air mata perlahan membanjiri pipinya dan dia mulai sesenggukan lagi. Hal yang ditahannya semenjak keluar dari kamarnya di Istana Vanaheim, kini pecah saat dia sendiri di kamar ini.

"Ini sungguh tidak adil, Dewa. Kenapa harus Svart yang meninggalkan aku?" rutuknya pilu.

Angannya kembali ke sepekan lalu, saat Svart memeluknya dengan hangat dan lebih lama dari biasanya. Sepertinya Svart sangat enggan meninggalkan calon istrinya yang akan diresmikan pekan depan seperti petunjuk para tetua. Svart baru saja pulang dari perbatasan Verdensrommet menumpas para pembuat onar, belum dua hari melepas penat, dia harus berangkat kembali untuk melaksanakan tugas memimpin prajurit berpatroli di sepanjang garis batas wilayah Kerajaan Vanaheim.

Sesak menyeruak di dalam dada Lilla. Perlahan dia melangkah ke balkon kamarnya yang menghadap ke taman belakang. Dari atas balkon terlihat hamparan Hyacinthus biru keunguan membuat Lilla tercenung sejenak. Matanya yang sembab memicing ke arah taman bunga yang selalu indah terawat, mengingatkan dia pada Brun. Teman kecilnya yang setia menemani di saat Lilla penat dan kesepian.

Begin AgainWhere stories live. Discover now