Bab 3 Little Lilla

23 3 10
                                    

Månen sangat khawatir mendapati pintu kamar Putri Lilla dimantrai dari dalam dan tak bisa dibuka. Langit benar-benar telah gelap, bahkan satu dua bintang tampak bermunculan, tetapi kamar Putri Lilla senyap.

Sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan sang Putri, Månen lah yang paling terpukul dengan keadaan Lilla sekarang ini. Dia tak pernah menyangka kebahagiaan yang terpancar di wajah Lilla saat meninggalkan Alfheim hanya bertahan sekejap saja. Bahkan kini putri asuhannya pulang dalam keadaan terluka.

Månen bergegas ke istana sayap kanan, kediaman Pangeran Blå, untuk meminta jalan keluar kepadanya sebelum Ibunda Ratu mencari Putri Lilla saat makan malam tiba.

"Gimana, Bi?" Blå lebih menganggap Månen sebagai bibinya dari pada pengasuh Lilla.

Tanpa menunggu jawaban Månen, sudah jelas tergambar di wajahnya. Lalu Blå merengkuh ibu keduanya ke dalam pelukan untuk menenangkannya.

"Ayo kita ke sana." Blå melangkah dan Månen mengekor di belakangnya.

Blå melangkah sambil berpikir keras, bagaimana cara membuka kamar Lilla, ketika tiba-tiba ....

Bruk! 

Zshhh ....!

Ekorn tupai milik Brun adalah kesayangan Lilla juga. Dia melompat gesit, saat dua tubuh perkasa itu sedang beradu. Blå dan Brun memiliki kebiasaan yang sama saat pikiran mereka sedang fokus dengan sesuatu pilar istana pun tak terlihat.

"Argh, Brun!" Spontan Blå mundur beberapa langkah, Månen yang tak siap pun menubruk dari belakang.

"Maafkan saya, Pangeran," ucap Brun sambil menunduk sekilas.

Walaupun Blå telah menganggapnya sahabat, tetapi Brun selalu tahu di mana tempatnya di istana ini.

"Ek, come!" Brun segera menggendong kembali Ekorn dalam pelukannya.

"Ah, iya! Ekorn, kita bisa minta tolong kepadanya, untuk membangunkan Lilla." Tiba-tiba ide cemerlang terlontar dari mulut Blå tepat saat mereka bertiga telah sampai di depan pintu kamar Lilla.

"Sini Ek. Aku pinjam Ekorn dulu sebentar ya, Brun." Blå menatap Brun meminta persetujuananya.

Brun mengangguk, lalu menyerahkan tupai merah keemasan berekor lebat, berbulu sangat lembut itu. Lilla memang sering memangkunya seperti miliknya sendiri.

Ekorn yang biasanya ketakutan kepada Blå kali ini menurut setelah diusap kepalanya tiga kali. Blå juga memiliki kemampuan memantrai sesuatu, seperti Lilla. Kemampuan itu diwarisi dari kakek mereka. Bedanya adalah Lilla mendapat kemampuan memantrai benda mati, sedangkan Blå mampu memantrai makhluk hidup.

"Ek, tolong bangunkan tuan putrimu, ya," bisik Blå lembut di telinga Ekron, lalu melepaskannya.

Kemudian dengan gesit Ekorn melompat memutar dan dia berhasil memanjat suluran tanaman Ivy, hingga mencapai balkon. Ekorn menciumi pipi tuan putrinya yang terlelap dalam gelap. Lilla menggeliat enggan.

Dengan menggunakan telepatinya, Blå mengendalikan Ekorn untuk segera membuka pintu kamar adik kesayangannya. Pintu berhasil terbuka, dalam satu kali jentikan tangan, semua lampu menyala.

Lilla mengerjap karena silau, Månen segera menghambur menuju ponakan kesayangannya yang terlihat rapuh bersimpuh di sofa beludru ungu. Blå mendadak terharu melihat Little Lilla kesayangannya seperti bunga layu, pucat dan sayu. Tak ketinggalan Ekron menyempil di antara kedua kaki Lilla, seolah-olah ikut prihatin dengan keadaan tuan putrinya.

Blå teringat saat kelahiran Lilla, seluruh penduduk Kerjaan Alfheim bersimpuh dalam doa. Saat itu Ibuda Ratu jatuh sakit akibat depresi mengkhawatirkan Paduka Raja Gull yang sedang menumpas pemberontakan di wilayah Ayers. Sebenarnya usia kandungan Ratu Himmelen belum tiba saat melahirkan, tetapi melihat kondisinya semakin memburuk, tabib istana menyarankan agar bayi itu segera dilahirkan.

Dibantu dengan ramuan khusus yang dimantrai oleh tujuh tabib utama istana, akhirnya Ibunda Ratu melahirkan bayi perempuan mungil yang berpendar ungu. Dia lah Lilla si mungil kesayangan Pangeran Blå dan seluruh isi istana. Kehadiranya di istana memancarkan aura kebahagiaan.

Ajaibnya, sehari setelah kelahirannya Paduka Raja Gull pulang ke Alfheim dengan membawa berita kemenangan. Bangsa Aesir di wilayah Ayers menyerah kalah setelah Raja mereka wafat di medan laga.

Kemudian Ibunda Ratu pun berangsur pulih saat genggaman tangan Raja Gull yang menggendong bayi mungil mereka menghangatkan tangannya.

***

"Big, Aunty ... kalian di sini," ucap Lilla serak.

Segera Månen menyodorkan segelas air putih. Blå membantu Lilla untuk duduk tegak dan membantunya minum.

"Pelan-pelan, Sayang."

Blå selalu memperlakukan Lilla masih seperti adik kecilnya, walaupun kenyataannya Lilla telah menjadi calon permaisuri Kerajaan Vanaheim.

"Ek, come!" Brun memberi isyarat kepada Ekron untuk kembali padanya.

"Hai Brun." Lilla menyapa Brun yang sedari tadi mematung di sana dengan suara lemah.

Tatapan mereka beradu. Hanya dengan bertatap intens Brun menyalurkan kehangatan ke dalam tubuh Lilla.

"Ah, ada Ek juga." Lilla mengalihkan tatapan matanya dari Brun dengan kikuk.

"Syukurlah Anda telah sadar, Tuan Putri. Selamat datang kembali." Brun menyapa kaku Lilla sambil sedikit membungkuk.

"Hey, jangan begitu Brun. Biasa sajalah, aku ini masih Lilla, Lillamu dulu." Tanpa sadar Lilla membicarakan hal yang membuat seisi ruangan itu merasa canggung.

"Oke, oke. Say hello-nya cukup dulu, Tuan Putri harus mandi, sebentar lagi waktu makan malam tiba. Jangan sampai terlambat," ucap Aunt Månen sambil tangannya mengibas seolah-olah sedang mengusir secara halus Blå dan Brun.

"Baiklah, saya permisi dulu," pamit Brun segera berlalu dari ruang itu, tanpa menoleh lagi.

"Brun, tunggu! Maaf Lilla, aku juga harus bersiap. Sampai jumpa saat makan malam, ya." Tanpa menunggu jawaban Lilla, Blå berlalu di balik pintu.

Månen hanya bisa tersenyum melihat kelakuan mereka berdua yang masih seperti remaja, padahal sebentar lagi Pangeran Blå akan dinobatkan sebagai Raja Alfheim menggantikan Raja Gull yang akhir-akhirnya kondisi kesehatannya memburuk.

"Mari Nona, saya bantu mandi." Månen membimbing Lilla ke kamar mandi luas dengan aroma citrus yang menyegarkan.

Berendam sendiri di bathup, membuat angan Lilla kembali kepada Svart. Tanpa terasa air matanya meleleh lagi.

Bersambung ....

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pic: www.wallpaperbetter.com

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang