Gara-gara perseteruanku dengan Pak Bhum, aku jadi sering dihantui mimpi buruk. Entah ketemu dia yang suka menyeringai kayak dia liat cewek seksi, atau kena kedip berkali-kali yang bikin aku nyaris kena serangan jantung dan yang paling parah, mimpiku tadi malam. Entah karena aku kecapekan banget, pulang-pulang dari mengantar ibu dan bapak, aku mimpi serem banget.
Awalnya kukira mimpi biasa, yah, aku juga nggak tahu kenapa bisa berubah di tengah jalan. Namanya, kan juga mimpi, emangnya kita bisa sesuka hati ngatur jalan cerita, kan, nggak?
Di mimpiku itu, aku sedang menghadiri acara pernikahan, yang akhirnya kutahu, itu acara nikahanku sendiri. Suasananya ramai, heboh, terus aku dibawa ke ruang akad, siap menunggu mempelai lelaki, Mas Arman, dong, suaranya gagah, ganteng, gitu, nggak mungkin orang lain. Tapi, waktu aku diajak duduk di sebelahnya, wajah Mas Arman berubah padahal kupingku nggak salah dengar waktu nama Mas Arman disebutkan oleh bapak. Wajahnya berubah jadi manusia yang paling nggak ingin aku lihat akhir-akhir ini.
Ish. Kenapa, sih, dia berubah jadi Pak Bhum?
Kenapa?
Aku yang begitu kaget ketika bangun, kemudian mendapati separuh hariku jadi serba salah. Aku merasa sudah melakukan pekerjaan A, ternyata aku malah harus melakukan pekerjaan B. Anehnya, pria yang seharusnya marah-marah setiap aku tidak becus melakukan pekerjaan tidak lagi seperti biasa dan dia malah membalas teleponku setiap jam tiga subuh dengan panggilan amat mesra.
Gila.
Memang. Bahkan kukira aku juga jadi ikutan gila. Dan kalian tahu, lebih gila lagi saat Om Pel tahu-tahu datang dan menyuruhku melihat foto setengah telanjang Pak Bhum yang membuat seluruh tubuhku merinding. Ngapain sih, dia mesti ikut syuting iklan kolor? Kapan foto itu diambil saja aku nggak tahu, tapi, kan, aku memang nggak pernah ikut-ikutan bila Pak Bhum sudah keluar dari area TV Lima, mau dia foto pakai karung, kardus, iklan kolor atau iklan ketupat, pun, aku nggak peduli.
Aku ingat persis suasana saat itu, nggak lama setelah aku mengetuk pintu kantor bosku, kulihat dia sedang duduk dan menatap layar laptopnya dengan amat serius, tangannya sesekali mencatat sesuatu yang penting dan untunglah, dia kayak nggak sadar kalau aku sudah masuk dan memberi salam.
Bagian menyeramkan saat aku sudah duduk di sofa, menunggunya kelar dan di situlah Om Pel mengerjaiku, ya, si manager gemblung yang berpapasan denganku tepat di depan pintu kantor bos. Aku bahkan sempat memintanya menemaniku biar suasana kantor nggak sepi-sepi amat, kan ngeri, cuma berdua, setan nggak ngadi-ngadi godain aku buat bejek-bejek muka Pak Bhum atau melemparkan vas bunga kalau dia berbuat ulah lagi.
"Ya Allah, astagfirullah, Om Pel." aku terpekik dan cepat-cepat menutup mata nggak lama setelah Om Pel menyodorkan foto Pak Bhum yang cuma pakai kolor. Sumpah, Om Pel terkikik geli dan bilang aku bodoh karena nggak fokus sama tonjolan roti sobek di perutnya atau sesuatu di bawah pusar yang membuat laki-laki jadian itu gemetar, aku ogah banget lama-lama liat perabot Pak Bhum.
"Yey jengong begindang, Beb. Itsu perut bos sukriya bikin rahim portabel eke bergejolak, masak rahim yey nggak anget juga, sik?"
Aku bergidik dan melemparkan pandangan kalau aku siap menguliti wajah pria jejadian itu sekarang, meski kemudian dia mencekoki aku dengan kalimat betapa bagus dan terawatnya tubuh bos kami dan wanita yang bakal jadi istrinya nanti adalah wanita paling beruntung di dunia karena bisa menikmati belaian pria paling hot se-Indonesia.
Bodo amat! Om Pel benar-benar belum tahu pesona Bang Dhito, mulai dari suara, senyum dan keramahannya yang bisa buat semua penggemarnya histeris.
Belum lagi keramahan Mas Arman. Jadi, jangan paksakan aku buat melihat sisi keren atau baiknya bosku ini. Setelah berbulan-bulan, aku kemudian sadar, Pak Bhum bersikap baik kepadaku karena ada maunya.

ESTÁS LEYENDO
The Moon Talks
Chick-LitSudah tamat. Tersedia di karyakarsa san googlenplaybook Anak magang bernama Aisyah Kana Wulandari tahu, bosnya, Bhumi Prakasa Harjanto adalah pria playboy yang punya reputasi amat buruk. Tapi, di sisi lain, dia sadar, pria itu sedikit menyenangkan d...