Goodbye.

66 15 3
                                    

Dunia begitu kejam untuk Aran yang terlalu baik. Aran sebelumnya marah dengan Tuhan kenapa semua terjadi kepadanya, namun dia sadar semua adalah kesalahannya yang memang tidak mampu untuk memenuhi keinginan Fiony. Dia sadar, dia harus menyerah dan tahu dimana harus berhenti. “Aku berhenti mengharapkanmu, tapi aku tidak berhenti untuk mencintaimu. Kini, aku lepasin kamu Fiony, kamu bebas melakukan apa yang kamu inginkan dan buat kamu bahagia. Semoga dia mampu membuat kamu bahagia dan menuruti apa yang kamu inginkan, tapi,” Aran menghapus air mata yang keluar dari kedua mata indah kekasihnya, “Jangan nangis dong sayang,” Fiony menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin hubungan mereka berakhir.
             “Aku hanya berpesan, kamu harus menjaga diri kamu, jangan sampai terjerumus sama hal-hal yang bikin mami papi kamu malu, jangan lupain Tuhan yang selalu memberikan berkat, dan satu lagi aku janji akan menjadi sahabat kamu tapi aku tidak janji untuk selalu ada disisimu. Aku akan kuliah ke luar negeri.” Fiony memeluk Aran sangat erat.
             “Oh iya, jangan sakiti dia ya, semoga hubungan kamu dengan dia bertahan.” Ucap Aran dan melepaskan pelukannya serta genggaman tangan Fiony. Aran benar-benar melepaskan Fiony.
             “Sudah malam nih, ayo kita pulang, besok kan masih ke sekolah buat persiapan ujian. Kamu belajar yang benar ya jangan sampai nilai kamu jelek cukup wajah aku aja yang jelek,” canda Aran yang berusaha membuat suasana menjadi cair. Fiony tidak dapat mengatakan apapun, bahkan hanya sekadar meminta maaf atas kesalahannya.
             Aran bersyukur atas apa yang telah terjadi hari ini. Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk melanjutkan episode baru dihidupnya. Dia tidak menyesali berkat yang Tuhan kasih, Tuhan akan memberikan berkat yang lebih di lain waktu, lebih dari apa yang dipikirkannya. Kini Aran tidak lagi menggenggam tangan Fiony, mereka berjalan beriringan namun berbeda. Aran mengantarkan Fiony dan berniat untuk bertemu dengan mami papi Fiony. Dia akan mengatakan kondisi hubungan mereka.
             Kehidupan tidak ada yang tahu akan menjadi seperti apa. Sebaik apapun rencana kita, jika Tuhan ingin memberikan rencana yang lain kita bisa apa? Aran hanya mencoba mengikuti alur yang ada. Aran dan Fiony turun dari mobil, Langkah Aran lebih ringan. Fiony? Dia masih membisu dan berkutat dengan pikirannya sendiri.
             “Fio, boleh panggil mami atau papi kamu? Aku ingin ngobrol bentar.” Fiony tidak beranjak, dia sangat berat untuk melepaskan Aran. “Fio,” panggil Aran sekali lagi.
             “Kita benar-benar berakhir?” tanya Fiony menatap dalam mata Aran seolah dia ingin menyampaikan tidak ingin ada perpisahan. Aran menggenggam tangan Fiony, “Percaya Fio, ini yang terbaik untuk kamu, kamu yang telah memilih untuk melakukan itu dan kamu harus melepas salah satu. Ingat Fio, aku bukan tidak mau berjuang tapi kebahagiaan kamu lebih penting dan kamu bahagia dengan Zefran.” Aran sungguh berat mengatakan nama tersebut.
             “Jadi, tolong panggilin papi kamu ya?” pinta Aran dengan lembut. “Satu lagi, jika Tuhan menjodohkan kita, kita akan Kembali lagi, percaya sama rencana Tuhan.” Lagi-lagi Fiony menangis, dia bodoh.
             “Sudah jangan menangis, berbahagialah Fio.” Aran melepaskan genggamannya dan membiarkan Fiony masuk ke dalam rumah untuk memanggil orang tuanya.
             Aran duduk dengan tenang di teras rumah Fiony. Langit malam begitu indah dengan bintang yang menghias. Aran tersenyum memandangnya, dia yakin akan ada hari yang indah dibalik malam ini. Papi Fiony keluar dan menyapa Aran. Laki-laki itu sedikit bingung dengan Aran yang memintanya untuk mengobrol.
             “Ada apa, Ran, tumben nih ngajak ngobrol. Mau bahas hal serius ya?” Aran tersenyum mendengar pertanyaan Papi Fiony, sama seperti Fiony tanpa mau basi-basi.
             “Iya om. Aran mau menyampaikan sesuatu,” Papi Fiony mendengarkan dengan serius, “Aran dan Fiony sudah tidak menjadi sepasang kekasih, kami memutuskan untuk menjadi sahabat.”
             Papi Fiony kaget mendengar ucapan Aran, “Kalian putus? Kenapa Ran?” tidak menutup bahwa Papi Fiony menginginkan Aran untuk menjadi menantunya.
             “Aran dan Fiony sudah tidak sejalan dan sepemikiran, Om, Aran juga sadar kalau Aran belum bisa menjadi sosok yang Fiony inginkan. Maafkan Aran, Om, belum bisa membahagiakan Fio.” Aran menundukan kepalanya berusaha untuk tidak menangis, dia harus menjadi sosok laki-laki yang tegar. Aran tidak mungkin mengatakan bahwa Fiony telah selingkuh darinya. Dia tidak ingin gadisnya dimarahin.

NISKALAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora