chapter 34

205 15 16
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu...

Vote terlebih dahulu, dan Jangan lupa komen.

Tandai Typo!

Happy reading ❤️

Hampir sejam berdiri di bawah teriknya matahari, rasa panas, seakan membuat tenggorokan Arkan dan Nadia kering. Nadia melirik tangan Arkan yang masih siaga menaungi kepalanya, kemudian melirik leher suaminya yang nampak menelan-nelan ludahnya, menandakan haus.

Mengingat suaminya belum, mengonsumsi apa-apa di pagi ini. Nadia harus mencari ide agar hukuman mereka berdua di berhentikan.

Nadia tertunduk, sambil melegakan pernafasannya, berikutnya...

Brakk...

Nadia tumbang-tepat di bahu suaminya. Arkan dengan sigap menangkapnya, dengan wajah cemas, pria itu menggendong istrinya ala bridal style-ke arah ruang UKS.

"HEH ITU KENAPA?" Tanya guru yang memberikan hukuman kepada Arkan dan Nadia.

Arkan membalikkan badannya dengan susah payah, "Nadia pingsan pak!" Jawabnya dengan terengah-engah.

"Yaudah cepetan bawa ke UKS!" Titahnya yang masih mematung di tempat.

"IYA PAK" balas Arkan, lalu balik kanan, kemudian membawa istrinya ke ruang UKS, yang jaraknya cukup jauh, di tambah ia harus melewati anak tangga. Tapi itu tak membuat Arkan mengeluh. Justru rasa khawatirnya lebih besar dari pada rasa lelah, lapar, dan hausnya.

_______ARKAN______

Bara duduk di bibir ranjang milik Adlar. ia menatap nanar ke Sahabatnya itu yang menemaninya empat tahun terakhir. terlihat Adlar menyandarkan tubuhnya menatap kosong ke arah depan dengan kantung mata hitam, wajahnya pucat pasih, bibirnya pecah-pecah-remaja itu nampak tak terawat.

berjalan lima belas menit di kamar Adlar, Bara tak pernah mengeluarkan suara begitu pun dengan Adlar. Bara pergi menjenguk Adlar tanpa sepengetahuan anggota geng lainnya, dan sepengetahuan Nadia. Ini ia lakukan, agar Adlar tak terganggu, dan, ingin mengintrogasi sahabatnya itu dengan empat mata.

Bara berdehem singkat, ia akan memulai pertanyaanya untuk menyelidiki kejadian-penyebab sahabatnya depresi. "Lar, kok lo bisa gini sih?" Tanya-nya dengan hati-hati.

Adlar terdiam sejenak. "gw habis di kerjain sama komplotannya Daniyal." jawabnya terdengar serak.

Bara mengerutkan keningnya, "maksud lo? dia yang ngelakuin ini semua?" Tanyanya memastikan.

Adlar terdiam, menandakan 'iya'. Matanya terlihat begitu trauma dengan kejadian itu.

Bara membuang nafas gusar, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia merasa begitu emosi, tapi sebisa mungkin ia harus tenang, dan memikirkan cara untuk membalas dendam dengan komplotan-penyebab sahabatnya itu hampir gila.

Setelahnya, Bara tersenyum misterius, matanya melirik intens ke arah Adlar, "Lo tenang aja! Biarkan mereka bahagia sementara waktu. Nanti gw balas ini semua!" Ucapnya dengan meyakinkan.

Adlar menarik sebelah sudut bibirnya, "engga usah, kalo Lo balas dendam. Ini bakalan engga ada habisnya!" Balasnya tanpa menatap Bara.

"Gw janji, ini akan menjadi balasan terakhir, karena mereka akan hancur-sehancur-hancurnya." ujarnya dengan keyakinan yang mantap.

Adlar memberanikan diri menatap mata Bara. "Lo mau ngelakuin apa? Ngeroyok mereka?" Tanyanya.

Bara menggeleng. "Engga, di sini kita akan balas dendam tanpa mengotori tangan!" Tekannya.

ARKAN |END| Belum RevisiWhere stories live. Discover now