BAB II : Aku Tahu Niatmu

271 39 0
                                    

Ketika surat lamaran itu tiba secara resmi, Preticia membacanya. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Ayahnya bahwa sang putra mahkota memilih dirinya untuk menjadi istrinya.

Banyak yang merasa senang dengan kabar baik ini, namun tidak dengan Preticia. Ia merasa curiga pada suatu hal yang belum bisa ia pastikan.

"Selamat Preticia kau akan segera menikah," ujar Kakak pertamanya, Alicia Sonnata.

Preticia tersenyum sambil menatap Kakanya Alicia. Bisa dikatakan dasar dari kecurigaan Preticia adalah kecantikan kedua kakaknya yang melebihi dirinya. Ia merasa tak seharusnya Putra Mahkota meliriknya.

Sejauh yang ia tahu tentang putri-putri yang dinikahi Putra Mahkota adalah putri-putri yang cantik jelita. Kecantikannya bagai dewi dari khayangan dan seperti bukan manusia. Bukan Preticia menganggap dirinya tidak cantik, hanya saja jika dibandingkan dengan kedua Kakaknya, merekalah yang lebih cantik.

Preticia memiliki kedua Kakak yang belum menikah. Kakak pertamanya bernama Alicia Sonnata. Sementara Kakak keduanya bernama Elicia Sonnata. Kami semua hanya berjarak satu tahun sehingga kami semua tampak seperti seumuran.

Berbeda dengan Kakak pertamanya, Elicia seperti tidak suka dengan kabar lamaran tersebut.

"Kaupakai sihir apa sehingga Putra Mahkota melirikmu?"

"Husshh ... Elicia, berhenti bercanda. Seharusnya kau senang adik kita yang manis ini akan segera menikah dengan Putra Mahkota," ujar Alicia.

Elicia memutar kedua bola matanya kemudian pergi meninggalkan kedua saudarinya.

Preticia tahu sedari dulu impian untuk bisa bersanding dengan Putra Mahkota adalah impian Elicia. Ia akan mewajarkan jika sang Kakak saat ini sedang marah kepadanya, karena Preticia tahu rasa sakitnya impian yang tidak bisa menjadi nyata.

"Nanti juga Elicia akan balik lagi seperti biasanya. Tidak usah terlalu dipikirkan ya," kata Alicia menenangkan. Preticia tersenyum lembut sambil memeluk Alicia. "Iya, Kak. Terima kasih karena selalu mendukungku," ujarnya.

"Preticia ... Preticia ... di mana kau, Nak?" Preticia tahu suara ini. Itu adalah suara Ibunya yang memanggil namanya.

"Aku di sini, Bu." jawab Preticia yang juga ikut berteriak.

Sang Ibu—yang merupakan istri ketiga dari Duke Maivolery—langsung memeluk Preticia ketika ia sudah menemukan keberadaan putrinya.

"Ibu bangga padamu, Nak. Ibu tidak menyangka kaulah yang berhasil menarik perhatian Putra Mahkota. Memang tidak salah Ibu melahirkanmu," ucap sang Ibu yang bernama Victoria Sonnata.

Preticia melirik sang Kakak yang berada di sebelahnya karena merasa tak enak hati dengan ucapan Ibunya.

"Jangan terlalu berlebihan, Bu." Kata Preticia.

"Tidak-tidak Ibu tidak berlebihan, itu memang benar sayang. Ibu minta maaf ya jika selama ini Ibu selalu meremehkanmu."

Ucapan sang Ibu membuat Preticia kembali mengingat saat-saat di masa lampau. Memang benar Ibunya sedikit kurang perhatian kepadanya, hal itu di karnakan Preticia yang tidak ingin menurut untuk belajar sebagaimana para putri bangsawan belajar. Ia lebih suka berkutat dengan buku-buku jurnal ilmiah yang dibawakan ayahnya jika sang ayah pergi keluar pulau.

"Itukan karena aku yang tidak ingin menurut dengan Ibu. Ibu jangan terlalu mempermasalahkannya," jawab Preticia sambil terkekeh pelan.

Duchess Victoria mengusap pelan puncak kepala putrinya dengan lembut. Putri yang dulu ia remehkan dan ia anggap tidak terlalu membanggakannya kini justru malah sangat membanggakan dirinya. Mendapatkan lamaran dari Putra Mahkota untuk putrinya sungguh menjadi suatu hal yang sangat membanggakan bagi seorang istri ketiga seperti dirinya. Itu seperti menaikkan derajatnya sebagai seorang istri ketiga, semua orang pasti akan meliriknya sekarang.

I Want To Be With You [The End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt