BAB XLV : Sama-sama Menyakiti

87 21 3
                                    

⚠️TRIGGER WARNING⚠️
❗BLOOD, ABUSE❗

jika tidak suka dengan adegan tersebut, dipersilahkan untuk melewati BAB ini!

Selamat membaca~

🥀🥀🥀

"Apa kau tahu, keramaian ini semua karena ulah Kakakku, Eldrick. Dia yang meminta Ayah untuk mengadakan perayaan sebesar ini hanya untuk mempersulitmu kabur dari istana ini. Aku mendengarnya saat Kakakku tengah berdiskusi dengan Ayah. Dia yang memang anak kesayangan Ayah jadi dituruti kemauannya," kata Vincent di tengah perjalanan mereka.

Mereka melewati lorong-lorong yang gelap dan sempit, membuat Preticia jadi takut kalau Vincent berbohong dan berbuat jahat kepadanya. Itu sebabnya, Preticia memasang tubuh waspada untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

"Padahal kau terus saja mempermalukannya, tapi kenapa Kakak tetap ingin menikahimu, ya?"

Preticia tidak menjawab pertanyaan Vincent, ia terus merasa waspada dengan laki-laki dihadapannya ini sampai kemudian mereka keluar dari lorong yang gelap dan juga sempit itu.

"Dari sini kau lurus saja, nanti kau akan bertemu dengan pemukiman penduduk desa. Dari pemukiman itu, kau ikuti saja jalannya dan akan langsung bisa sampai ke tempat perjanjianmu dengan kekasihmu itu."

"Bagaimana kau bisa tahu aku mau bertemu dengannya di sana?" tanya Preticia dengan penasaran.

"Oh ... aku curi dengar dari Kakak waktu berbincang dengan Ayah."

Preticia mengulum bibirnya berusaha mengamati ekspresi wajah Vincent. Sekarang ekspresi wajahnya berubah, tidak menyeramkan seperti tadi. Bahkan sekarang terlihat ramah dan bersahabat.

"Terima kasih karena sudah mau membantuku," kata Preticia sedikit menundukkan kepalanya.

"Tak perlu. Aku melakukannya juga karena Kakakku. Lagipula aku sedikit terkesan dengan keberanian kalian untuk memperjuangkan cinta kalian. Kalian berhak untuk bersama!" 

"Mengapa karena Eldrick?"

"Bukankah aku sudah menjelaskan padamu bahwa aku membencinya?"

"Tapi kau menghormatinya dengan memanggilnya Kakak!"

"Hanya kebiasaan!" jawabnya acuh.

"Tapi kau—"

"Tuan putri, tidak baik mengetahui terlalu banyak. Lebih baik kau segera pergi, kekasihmu telah menunggumu." Ketika itu Preticia melihat raut wajah ketidaksukaan dari Vincent, sepertinya Vincent tidak suka jika Preticia terlalu banyak tahu.

"Baiklah! Apapun itu alasannya aku sungguh berterima kasih kepadamu."

Vincent tersenyum. "Sama-sama."

Preticia berlari ke arah yang sudah diarahkan oleh Vincent. Di tengah pelariannya ia berbalik, menatap Vincent yang masih berdiri di tempatnya sembari melambaikan tangan ke arahnya. Ketika itu perasaan Preticia jadi tidak enak. Ia terus merasa gelisah tapi ia tidak tahu alasan mengapa dirinya menjadi gelisah.

Ia tidak merasa bahwa Vincent menjebaknya. Entah mengapa, hatinya justru malah percaya bahwa Vincent ingin membantunya. Tapi alasan Vincent yang ingin membantunya sungguh menganggu pikiran Preticia.

"Karena kau telah berhasil membuat Kakakku menderita. Cuma kau satu-satunya wanita yang bisa membuat dia sekacau sekarang. Karena aku menikmati penderitaan Kakakku, aku jadi ingin membantumu untuk melarikan diri!"

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang