Prolog

218K 13.4K 637
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Siapa TIKTOK gang?

⚠️ P E R H A T I A N ⚠️

Sebelum membaca cerita ini, abang author mohon di vote ya, karena itu benar-benar berpengaruh.

Silakan nikmati setiap bab yang tertulis.

Selamat Melangit, menembus Cakrawala.

"Aku nggak akan mungkin jatuh cinta sama kamu Hindia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku nggak akan mungkin jatuh cinta sama kamu Hindia. Bahkan kamu saja tidak termasuk tipe ku. Cih- pede sekali jadi wanita. Lebih baik poles dahulu sana wajah mu supaya terlihat lebih cantik," Samudra tersenyum smirk pada gadis yang tengah membungkuk di hadapannya. Dia sedang membersihkan sepatu milik Samudra.

Hindia menatap manik Samudra. Ingin sekali ia memakan pria di hadapannya. Tapi malapetaka jika melakukan itu.

"Saya juga tidak berharap cinta dari anda tuan Samudra yang terhormat. Saya juga tau kalau disini hanya kalian anggap pembantu kan. Saya juga tau diri tuan. Kita bagaikan langit dan bumi. Anda dari kasta atas sedangkan saya dari kasta bawah," Hindia meelanjutkan aktivitasnya.

"Memangnya kamu tidak tertarik dengan wajah ku yang tampan? Harta ku? Atau yang lainnya. Jangan-jangan kamu memakai ilmu hitam ya, supaya bisa mengambil hati papah ku dan menikahkan ku dengan mu. Apakah itu semua rencana mu?"

Samudra menendang kakinya membuat sikat yang ada di tangan Hindia terlempar. Gadis itu menarik nafasnya, menatap tajam wajah sang suami.

"Astagfirullah, kenapa anda memiliki pikiran seperti itu Tuan? Allah melaknat orang-orang yang seperti anda katakan. Saya tidak berani melakukan hal itu. Dosa," ucapan Hindia membuat Samudra terdiam. Bagaimana mungkin gadis seperti ini memakai ilmu hitam, misalnya pellet. Mustahil.

"Saya juga tidak tertarik dengan wajah, harta, atau kekayaan apapun yang anda miliki. Saya hanya menjalankan permintaan terakhir papah mertua, karena saya juga berhutang budi padanya," Sambungnya.

"Hutang budi? Apa maksudmu? Aku tidak pernah mendengar papah menolong orang seperti mu. Cepat katakana apa hutang budinya?" Samudra menatap tajam wajah gadis yang terjongkok di hadapannya. Gadis itu menggeleng dengan kuat.

"Tidak tuan, saya tidak bisa mngatakannya." Hindia membuat Samudra geram.

"Yasudah lah, bukan urusan ku. Apakah kamu yakin tidak akan jatuh ke pesona saya?" lagi-lagi Samudra dengan pedenya melemparkan pertanyaan seperti ini. Dia heran karena semua wanita dari penjuru dunia selalu tergila-gila padanya.

Samudra Hindia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang