Chapter 2 | Kue Jatuh

6.5K 309 1
                                    

Akad dilangsungkan dengan dihadiri oleh keluarga dan juga para saksi tentunya. Selama akad berlangsung Nara hanya menampilkan wajah di tekuk, dan Rain tentu saja tetap dengan sikap tenang dan raut datarnya.

Setelahnya dilangsungkan resepsi di gedung mewah dan merupakan gedung termewah megah Indonesia. Resepsi itu berlangsung mewah, namun lagi-lagi Nara hanya menampilkan wajah ditekuknya. Bahkan dia hanya menyunggingkan senyum tipis saat menyalami tamu.

"Bukankah sedikit senyum ramah tidak akan membuatmu rugi" Gumam Rain pelan pada gadis di sampingnya.

Nara tidak menoleh, ia hanya melirik' kan matanya "Seperti ini, hum?" Jawab Nara dengan menampilkan cengiran deretan giginya secara paksa lalu diakhir dengusan tak suka.

Rain tidak menjawab lagi dan kembali mengalihkan perhatiannya pada para tamu yang semakin banyak berdatangan. Hingga sampai pada tamu seorang wanita bertubuh molek bergaun'kan navi dengan aksen berukat tersenyum smirk menyalami pengantin. Dimulai dari menyelam Nara terlebih dahulu namun tatapannya tidak lepas dari mempelai pria. Ia terus menatap Rain sejak awal masuk aula pernikahan.

Rain tiba-tiba merasa udara di sekitarnya menjadi terasa lebih sesak sejak netranya mendapati wanita itu. Dia menyalami Rain kemudian mendekatkan wajahnya pada telinga Rain. "Happy wedding, 'babe' " Ucapnya tepat di depan telinga Rain.

Sebisa mungkin Rain berusaha menampilkan raut biasa saja. Ia sungguh-sungguh tidak menyangka wanitanya akan datang. Ia memang memberitahu soal pernikahannya tapi tidak mengundangnya dan sekarang tiba-tiba dia ada disini untuk memberi ucapan selamat.

Sementara itu, Nara hanya memperhatikan ekspresi aneh yang ditampilkan laki-laki yang sudah jadi suaminya itu semenjak kehadiran wanita yang Nara tidak tahu siapa itu. Yang jelas yang ia lihat wanita itu cantik dan berbadan semok. Beda sekali dengan dirinya yang mendekati tepos itu. Tapi kembali lagi, Nara tidak peduli yang berhubungan dengan si hujan Rain

Kue pengantin menjulang indah di salah satu sisi ruangan dengan hiasan-hiasan di sekelilingnya membuat kue itu semakin cantik. Namun tetap kalah cantik dengan Nara malam itu, dengan balutan gaun pengantin berwarna nila, Rain sengaja memesan gaun warna itu karena Ardan memberitahu bahwa Nara begitu menggilai warna ungu dan menikah dengan gaun pengantin warna ungu adalah impiannya.

Sedangkan Rain tampak gagah dan tampan dengan balutan baju dengan warna senada membuat para gadis jomblo yang menghadiri resepsi itu termasuk sahabat-sahabat Nara merasa iri pada Nara. Tapi yang Nara lihat dari Rain tidak lebih hanya seorang om-om, padahal usia Rain baru 24 tahun bahkan belum pantas di sebut om, kecuali oleh keponakannya.

Saat mata Nara menangkap Via, Sarah, dan Maudi dia langsung berlari menghampiri sahabat-sahabatnya dengan menenteng gaun yang membuatnya kesusahan berjalan.

"Girls" Nara menghambur ke dalam pelukan sahabat-sahabatnya dengan menangis sesenggukan merasa menemukan pelukan yang nyaman untuk menyalurkan perasaannya saat ini.

"Hey sayang kenapa kau menangis?" Ucap Via.

"Iya, air matamu membuat riasan wajahmu berantakan tahu" Imbuh Maudi.

"Aku tidak mau menikah" Isaknya.

"Hey, tidak usah di tangisi, lagian suamimu itu tampan sekali" Ucap Via lagi.

"Itu benar, lagian apa kau tidak mau jadi kakak iparku?" Kali ini Sarah yang bicara.

"Tapi aku benar-benar tidak mau menikah dengannya, a-aku bahkan tidak mengenalnya" Isak Nara lagi.

"Percayalah, meski kak Ilham itu terkesan dingin, tapi sebenarnya dia itu baik dan tipe yang care sama orang lain apa lagi istrinya" Sahut Sarah lagi. Iya, Rain itu adalah Ilham kakaknya Sarah, tapi dia biasa di sapa Rain oleh ayahnya dan sekarang hampir semua orang memanggil Rain kecuali orang-orang terdekatnya seperti adik-adiknya atau Fahmi dan Syakia juga kakek neneknya.

AFFAIR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang