11 • Gue cinta sama lo, Aleta

9K 656 34
                                    

"Katanya nggak pacaran, tapi kok dilihatin terus?"

Spontan Aleta menegang. Selepas itu terdengar tawa yang nyaring, tawa yang tidak pernah bisa Aleta lupakan sebelumnya, tawa yang selalu menghilangkan segala rasa sedih Aleta kala itu, tawa Regan. Namun, kini tawa itu telah beralih fungsi, Aleta tak lagi menyukai tawanya. Sekarang juga yang ada hanya tatapan sinis yang Aleta berikan.

"Ngapain kamu nyamperin aku?" tanya Aleta ketus sambil kembali menatap ke arah lapangan. Nyatanya panggilan aku-kamu itu sangat sulit untuk dihilangkan. Sudah nyaman agaknya.

"Aku hanya mau memastikan sekali lagi, kalau kamu sama Malven memang nggak ada hubungan."

"Kan aku udah bilang waktu itu kalau Malven yang ngaku-ngaku."

Regan kembali terkekeh. Tawanya terdengar serenyah biskuit. "Aku tadi lihat kamu berangkat bareng dia, makan bubur bareng, aku jadi nggak yakin kalau kalian nggak ada hubungan."

"Bukan aku nggak suka Leta, tapi asal kamu tau, Malven nggak sebaik apa yang kamu pikir. Malven itu bahaya, dia liar, bisa aja dia nyakitin dan nyelakain kamu," kata Regan lagi yang kali ini berhasil membuat Aleta menatapnya meski masih dengan tatapan yang tak sehangat dulu.

"Emang aku pernah bilang kalau Malven baik?" Regan diam mengangkat kedua bahunya bersamaan.

"Siapa tau kamu luluh dengan sikapnya."

Aleta tersenyum miring. "Nggak usah sok tau. Udah deh, mending kamu pergi sana!"

"Perasaan aku masih sama Ta, asal kamu tau. Sulit buat lupa sama kamu, cinta pertama itu selalu membekas dan aku rasa kamu juga bisa merasakannya, Ta."

Dengan cepat Aleta menggeleng. Didorongnya tubuh Regan agar menjauh. "Udah, aku nggak mau dekat-dekat sama kamu lagi! Pergi nggak?"

"Maaf Leta."

"Aku udah maafin kamu, tapi untuk kembali, aku benar-benar nggak bisa Regan, nggak akan pernah bisa dan nggak mau untuk bisa. Aku harap kamu menghargai keputusan aku." Karena Regan yang tidak lekas pergi, jadilah Aleta yang beranjak meninggalkan cowok itu. Regan tidak menahannya, hanya dia tatap punggung kecil yang sebentar lagi menghilang.

Regan tertunduk lesu, kesalahan yang tidak disengaja saja hasilnya sampai seperti ini. Menyakiti Aleta dan dirinya sedalam ini.

Cowok itu lalu menarik napasnya dalam, harusnya Regan sadar, Aleta sudah tak lagi menginginkannya, tapi entah kenapa tatapan terakhir Aleta seolah ingin memberi Regan harapan. Regan bingung, dia lalu menggeleng. Ketika berbalik badan ingin kembali ke ruang OSIS, mendadak tubuhnya dibuat kaku kala matanya menatap lurus ke arah depan. Seorang laki-laki dengan Jersey basket merah maroon berdiri menatap dingin kepadanya.

"Udah gue bilang, jangan dekati cewek gue!" tuturnya dengan penuh penekanan dan peringatan.

Ucapan Malven membuat Regan tersenyum remeh. "Cewek lo? Bahkan berdiri dekat lo aja Aleta risih. Nggak malu?"

"Bangsat!"

Tangan Malven yang terkepal sudah melayang. Namun kali ini berhasil ditahan oleh Regan. Keduanya saling beradu tatapan tajam.

"Mau pukul gue? Nggak di sini, lo cowok kan? Kita kelarin nanti pulang sekolah. Banci kalau kabur."

-o0o-

Saat sedang berjalan ingin kembali ke kelas sehabis dari kantin, tidak sengaja Malven melihat Aleta tengah duduk sendiri di pinggir lapangan outdoor sekolah. Pandangan gadis itu lurus ke depan. Seulas senyum tiba-tiba hadir di wajah Malven. Dia lalu melihat apa yang tengah dibawanya sekarang. Mungkin Aleta butuh minum, mengingat tadi habis berdebat dengan mantan.

MALVEN ALVITO [Sedang PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang