20. Mayat Dalam Tas part 1 ✓

1.1K 143 0
                                    

Waktu besuk sudah hampir selesai, mereka cukup lama bercengkerama dengan Dina. Mereka pun segera pamit pulang, mereka berjalan melewati ruangan UGD, Nayra yang berjalan di depan mendadak berhenti memegang tangan Dewi, Nayra terperanjat karena mendengar dentuman keras dari pagar besi rumah sakit.

Nayra juga sempat memegang matanya, teman-temannya yang berjalan di dekat Nayra ikut berhenti ketika melihat tubuh Nayra yang terenyak itu. Nayra menoleh kearah pagar dan terenyak untuk kedua kalinya.

"Kenapa sih berhenti?" Gumam salah satu teman Nayra sedikit ketus.

"Ada mayat mau masuk," jawab Nayra.

"Ih, ngaco," gumamnya lagi, dan berapa detik kemudian terdengar suara sirene mobil masuk ke dalam area UGD dan membawa keluar seorang pria dengan tubuh penuh darah.

Semua temannya memandang Nayra seakan tidak percaya. Nayra menarik kembali Dewi untuk melangkah. Temannya yang lain pun kini mengekori Nayra yang terus berjalan menuju parkiran sambil berbisik-bisik dan bergidik.

Disekolah Nayra juga merasa kalau teman-temannya menjauhi dirinya, memandang dengan rasa tidak suka kepada Nayra. Meski Nayra berkata baik-baik saja akan tetapi hatinya terasa nyeri, Nayra sudah mengetahui apa yang terjadi pada hari ini ketika Adam mendaftarkan Nayra bersekolah.

Saat di rumah, Nayra duduk bersantai di belakang rumah ditemani Dewi yang sedang asyik membaca.

"Wi, kamu tidak risi duduk sebangku sama aku?"

"Memang kenapa?"

"Karena aku, kamu di cuekin sama yang lain."

"Aku tidak peduli, Nay. Sejak di SMP aku sudah sering di cuekin orang. Kata mami karena mereka iri dengan kelebihan yang aku miliki. Dan sekarang mereka iri dengan kelebihan yang kamu miliki.

Suatu hari kelebihan kamu ini bakal menguntungkan buat mereka."

Nayra tersenyum dengan sudut bibir yang terangkat, "Mana ada kelebihan, Wi. Yang ada malah kesialan bisa melihat hantu."

"Loh, kalau kamu tidak berinteraksi sama neneknya Ka Rio_"

"Nenek Anita."

"Ya itulah dia, pasti makin banyak siswi yang kesurupan disekolah kita."

"Dia bukan neneknya Ka Rio, mantan pacarnya kakeknya Ka Rio."

"Ah, sama saja."

"Kalau suatu hari Kamu lelah berteman sama aku, tidak apa-apa kok kalau kamu menjauh, Wi. Dan aku tidak akan menyalakan kamu nantinya."

"Aku harap itu tidak akan terjadi, Nay, aku itu sayang sama kamu."

"Duile sayang," ledek Nayra.

"Berisik!" Dewi melempar bantal ke arah Nayra, mereka tertawa bersama.

"Tapi Wi, aku sungguh tidak akan menyalahkan kamu, jika hal itu terjadi."

"Iya!" ujar Dewi dengan mata yang melotot.

"Hey, adik-adik manis." Dewa yang baru saja datang langsung mencubit pipi Dewi dan Nayra. Dewi langsung memukul Dewa dengan bantal.

NETRA MERAHWhere stories live. Discover now