24. Daun Waluh part 2

1.1K 146 0
                                    

Karena Arga hendak dibersihkan maka Nayra dan yang lain keluar ruangan. Setelah selesai ayah Arga menyampaikan bahwa di kotoran Arga terdapat satu lembar daun belimbing waluh. Deden heran sambil memandang ke arah Nayra.

"Teluh ya?" tanya Dewa dan Nayra mengangguk.

"Lalu bagaimana?"

"Kalau ka Arga kuat akan selamat. Tapi...." Nayra berbisik dan terdiam, Dewa mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Nayra tidak tahu, Ka." Nayra menunduk. "Nayra hanya bisa melihat mereka tapi Nayra tidak bisa mengalahkan atau mengirim balik mereka." Mereka berdua berbicara dengan berbisik.

Dewa menyandarkan tubuhnya, dia terlihat putus asa, Deden pun yang ikut mendengarkan seketika muram. "Siapa yang mengirim?" Kali ini Deden yang bertanya.

"Nayra tidak dapat petunjuk." Tidak seperti sebelumnya, Nayra bisa melihat ular dengan kepala manusia saat kasus teluh Tante Mira tetangganya. Kali ini Nayra hanya melihat makhluk berbulu yang menyeramkan.

Sebelum pulang, Nayra menemui keluarga pasien juga Arga. "Banyak-banyak berzikir, Ka" ucap Nayra. Dan Arga mengangguk.

Nayra kembali dengan Dewi, sedangkan Dewa tetap menemani Arga bersama Deden. Sesampainya di rumah Nayra langsung masuk kamar setelah makan malam. Nayra mengerjakan tugas sekolah dan kemudian tertidur pulas.

Mimpi datang menemani tidur Nayra, tapi kali ini Nayra bermimpi makhluk berbulu yang ditemuinya tadi siang. Nayra melihat Arga di tusuk di bagian perut dengan bambu yang sangat runcing.

Nayra melihat Arga begitu kesakitan, Nayra mencoba mendekati tapi langkahnya terhenti, Nayra tidak bisa mendekati Arga seperti ada kaca yang menghalanginya.

Nayra meneriaki makhluk berbulu itu. "Hey kau setan! lepaskan dia." Tapi makhluk berbulu itu tidak juga berhenti hingga Arga terlihat lemas.

Suara ponsel membangunkan Nayra, suara panggilan itu dari Dewa, Nayra mengangkatnya. "Ya Ka?"
"Nay, Arga di sini kesakitan, barusan habis di kasih obat penenang. Apa dia akan baik-baik saja?"

Nayra melihat jam yang masih pukul dua pagi, kalaupun Nayra ingin menyusul sekarang pasti Adam tidak mengizinkan. "Sabar ya Ka, besok Nayra ke sana lagi."

"Iya Nay, besok Kaka tunggu ya?"

"Iya Ka," ucap Nayra yang kemudian terputus.

Nayra terdiam mengingat mimpinya barusan, dan mengaitkan mimpinya dengan yang terjadi pada Arga.

Keesokan harinya Nayra menepati janjinya, Nayra menemui Arga kembali sepulang sekolah. Seperti kemarin, Nayra sudah diberi sinyal sebelum memasuki ruangan.

Nayra melihat makhluk berbulu itu duduk di atas perut Arga, makhluk berbulu tertawa sangat keras ketika melihat Nayra datang. Makhluk itu terus memukuli perut Arga hingga meringis menahan sakitnya.

Nayra baru menyadari bahwa ada satu lagi sebuah bayangan namun tak begitu tampak, tapi Nayra tau akan kehadirannya.

"Apakah dia akan menjemput Arga?" Pertanyaan terlintas di benak Nayra, "Sepertinya benar."

Nayra memperhatikan Arga yang sedang mengalunkan ayat Alquran disela rasa sakitnya. Nayra menghampiri Dewa yang berdiri di samping Arga.

"Kamu sudah sampai?" tanya Dewa, Nayra mengangguk kemudian menarik Dewa keluar kamar.

"Ada apa?"

"Maaf Ka, Nayra tidak bisa bantu lagi."

"Kenapa Nayra, apa Arga akan meninggal juga seperti menantu tante Mira?"

"Nayra tidak tahu Ka, Nayra tidak bisa mengetahui ajal seseorang."

Dewa turun berjongkok dengan tangan yang menutup wajahnya. Nayra ikut berjongkok di hadapan Dewa.

"Dia sahabat Kaka Nay, tolong bantu dia."

"Nayra tidak bisa melawan makhluk berbulu itu, kekuatan dia lebih besar dari makhluk yang Nayra temui selama ini. Sejak tadi dia sedang memukuli perut Ka Arga."

"Tolong Nayra, bantu Arga." Dewa mulai menitikkan air mata.

Hati Nayra merasa sakit melihat Dewa yang mulai terisak, Nayra pun ikut menitikkan air mata, dia bingung harus bagaimana cara menenangkan Dewa juga membantu Arga yang sepertinya sudah ada yang menunggu.

Meski Nayra tidak melihatnya tapi Nayra merasa yakin bahwa kini ada sesuatu yang ikut hadir selain bayangan hitam. Kehadirannya membuat Nayra menduga bahwa dia akan menjemput Arga.

Nayra berdiri dan masuk menghampiri Arga, dan Nayra mendorong bayangan hitam hingga terjatuh, bayangan hitam terlihat murka, dia berteriak sangat keras hingga Nayra menutup kedua telinganya dan berjongkok di samping ranjang.

"Nayra!" teriak Deden membuat Dewa terkejut dan melihat Nayra yang sedang berjongkok seraya menutup telinganya. Tapi saat itu Arga merasa tenang seakan penyakit itu hilang, dia tidak meringis lagi.

Bayangan hitam itu menghampiri Nayra, dia menendang Nayra sehingga Nayra tersungkur ke samping. Nayra melihat kearah Dewa tapi bukan Dewa yang dia lihat melainkan bayangan hitam itu.

Nayra bangkit sebelum bayangan hitam itu akan menendangnya kembali. Bayangan hitam makin murka dan berhasil menendang perut Nayra hingga Nayra jatuh terlentang dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Dewa yang panik segera menghampiri Nayra dan membantunya berdiri kembali, "Kamu tidak apa-apa?" Nayra mengangguk sambil memegang perutnya.

"Cukup!" ucap Nayra melihat kearah bayangan. Tapi bayangan hitam berlari ke arah Nayra dan berhasil memukul bagian perut Nayra hingga Nayra pingsan. Nayra sadar dengan terbatuk kecil setelah 30 menit, Nayra tidak menemukan bayangan hitam di ruangan itu. Tubuhnya pun tidak merasakan apa-apa selain kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Arga juga terlihat lebih baik, dia berbicara tanpa merasa kesakitan.

"Kamu sudah sadar apa yang kamu rasakan?" tanya Dewi yang sejak tadi khawatir kepada Nayra.

Keluarga Arga mengucapkan terima kasih pada Nayra karena sudah melakukan yang terbaik untuk Arga. Nayra pun pamit pulang begitu juga dengan Dewa yang sudah berhari-hari tidak pulang.

Sesampainya di rumah Adam curiga melihat Nayra datang dengan Dewa, Adam mulai menginterogasi dan langsung memarahi Dewa yang melibatkan Nayra hingga jatuh pingsan. Dewa meminta maaf kepada Adam.

"Nayra tidak apa-apa, Om."

"Jangan terlibat dengan makhluk seperti itu Nayra, bahaya."

"Nayra tahu Om, tapi entah kenapa Nayra merasa hidup Nayra terikat dengan mereka."

"Nayra mengapa kamu tidak patuh." Meski Adam tidak mengeluarkan nada keras tapi Nayra tahu Adam sangat marah, Nayra hanya tertunduk dan Adam pun pergi.

"Om maafin Dewa," ucap Dewa. Adam tetap pergi tanpa melihat mereka bertiga. "Maafin Kaka, Nayra." Nayra mengangguk dan memeluk Dewa.

Malam harinya Nayra melihat bayangan hitam menyiksa kembali Arga. Namun, Arga tidak merasa kesakitan, Dia malah tersenyum. Nayra bangkit dari tidurnya, dia terdiam cukup lama seakan sedang mengingat sesuatu, lalu teringat Arga dan sosok yang tidak terlihat.

Nayra keluar kamar dan sedikit berlari, dia menuruni tangga dan menuju keluar rumah, Nayra menuju rumah Tante Kayla melewati taman belakang.

"Ka Dewa, Ka Dewa." Nayra mengetuk pintu dapur rumah milik Tante Kayla.

NETRA MERAHWhere stories live. Discover now