12 • Marahnya Malven

8.7K 655 74
                                    

"MALVEN!"

Spontan langkah Malven terhenti saat mendengar ada yang memanggil. Cowok itu menoleh ke belakang, dia menemukan ada Aleta di sana. Dengan senyum yang mengembang lebar, Malven pun datang menghampiri.

"Halo pac—"

Plak!

Belum sempat Malven selesai menyapa, tau-tau sebuah tamparan keras berhasil dia dapatkan dari sang pacar. Tidak main-main, saking kerasnya sampai Malven langsung bungkam bersamaan dengan rasa panas yang perlahan menjalar di pipinya. Kepala cowok itu tertoleh ke samping, dia refleks merabah bagian pipi sebelah kiri itu, lalu setelahnya dia tatap Aleta dengan raut kebingungan.

"Kenapa, Ta?" tanyanya.

Aleta sendiri sudah berdiri dengan dada naik turun, napas besar dan tatapan tajam mengisyaratkan kebencian.

"Kenapa? Harusnya gue yang tanya lo kenapa?! Kenapa lo keroyok Regan kemarin, hah? Kenapa Malven? Ada masalah apa sih kalian berdua sebenarnya?" Emosi Aleta meledak-ledak tepat di depan wajah Malven.

Berbarengan teriakan itu, semua murid yang awalnya berjalan akan ke kelas masing-masing pun jadi berhenti. Yang sudah berada di dalam kelas juga ikut kembali keluar untuk melihat adegan panas antara Malven dan Aleta—sepasang manusia yang akhir-akhir ini jadi bahan pembicaraan satu sekolah.

Malven melihat sekelilingnya tidak suka kemudian kembali menatap Aleta. "Maksud lo apa, sih?"

"Lo tau Malven, karena ulah lo Regan masuk rumah sakit! Keadaannya memburuk, itu semua karena ulah lo dan preman-preman sewaan lo itu! Sekarang, apa lo bisa tanggung jawab?" Tuding gadis itu.

"Hei, jangan nunjuk-nunjuk gue ya, Aleta?" Malven menepis tangan mungil tersebut.

Aleta malah mengangkat dagunya menantang. "Apa? Dasar cowok brengsek, nggak punya hati! Makin benci gue sama lo!"

Setelah puas mengumpati Malven, Aleta berniat beranjak pergi, hanya saja pergelangannya dengan amat cepat ditahan oleh Malven. Keduanya kembali saling tatap.

"Jadi hanya kerena Regan lo marah sama gue?"

Aleta tidak menjawab melainkan berusaha menjauhkan tangan Malven yang mencengkeram erat tangannya. Bukannya makin kendor, cengkraman itu malah makin kuat dan berhasil membuat pergelangan Aleta terasa sakit.

"Jawab, Ta! Sespesial itu iya Regan di mata lo? Bahkan saat udah nggak ada hubungan pun lo masih belain dia dan ngamuk ke gue yang notabenenya pacar lo?"

Malven menggeleng tak percaya. "Nggak lucu banget sih, Ta."

Kedua bola mata Aleta lantas memicing. "Nggak ada yang ngelawak, Mal. Dan akhirnya kini gue sadar atas apa yang lo omongin hari itu, ternyata lo berusaha menjelekkan Regan di depan gue karena lo tau, jika lo nggak lebih baik darinya. Iya kan?"

Malven terdiam. Kemudian dilihatnya Aleta tersenyum miring. "Makin ke sini gue makin yakin, kalau lo emang bukan cowok baik-baik, Mal. Gue juga makin yakin, kalau gue nggak akan pernah mau suka sama lo!"

"Lepas!" Aleta berusaha menghempaskan tangan Malven. "Malven, lepasin gue bilang!"

Tidak semudah itu, setelah Aleta menuduh dan meneriakinya di depan banyak orang? Jangan harap Aleta bisa langsung lepas begitu saja. Malven lantas kembali menarik Aleta hingga perempuan itu mendekat dan sukses menabrak dada bidangnya. Saat ini semua kamera ponsel tertuju kepada mereka. Aleta bisu dengan wajah cengo, gadis itu sampai kesusahan untuk menelan salivanya sendiri. Muka Malven sangat dekat dengannya sekarang, bahkan hembusan napas hangat lelaki itu berhasil sampai menerpa wajah Aleta.

MALVEN ALVITO [Sedang PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang