Part 14 : Awal yang Berakhir

100 17 17
                                    

"Ehm Jiyongnya sudah pergi kak..." Jawabku lirih.
"Oo itu. Tadi dia kesini mencari kami. Sekarang dia lagi menuju ke tempatmu kembali kok. Tunggu aja. Okey? Hati-hati yaa ntar di jalan, ga usah ngebut-ngebut. Bawa adik orang loh inget" tutup kakakku.

Aku termangu bingung.

"Kita balik sekarang?" ujar Jiyong lembut. Aku terjingkit kaget karena tiba-tiba dia sudah berdiri disampingku. Saking kagetnya aku sampai melongo tak bisa berkata-kata. Dia yang paham tak banyak kata menarikku berdiri membawaku keluar tanpa banyak bicara. Dia menggandengku sepanjang jalan tanpa peduli orang sekitar. Aku yang bingung dan tak enak sendiri malu dilihat orang ingin menarik tanganku namun tak enak hati. Namun yang sebenarnya, jauh dilubuk hatiku aku merasa nyaman dengan genggaman tangannya. Sudahlah fuck it. Aku membiarkan saja. Hingga sampai parkiran dia meminta kunci mobilku. Tanpa banyak kata dia mengambil alih kemudi.

Kami berkendara menuju apartmennya dalam keheningan. Sepanjang perjalanan tiada yang mengeluarkan suara sepatah katapun. Hingga sampai tujuan pun aku masih diam.

"Mau mampir?" Tawarnya.
Aku hanya melihatnya tanpa menjawab. Mataku begitu sendu hingga akhirnya aku menunduk. Perasaan yang membelengguku saat ini benar-benar membingungkanku. Tak mendapat jawaban dariku dia pun memutuskan sendiri. Mobilku bergerak menuju basement. Aku yang melihat itu tertegun ingin menolak tapi tak terutarakan. Sampai dia membukakan pintu untukku pun aku masih enggan untuk turun. Alhasil dia kembali menarikku keluar. Di depan pintu apartmennya pun aku enggan untuk masuk. Terlihat kentara emosiku yang resah gelisah dan bingung.

"Mau sampai kapan kamu mau berdiri di situ?" Dia menyeretku masuk dengan lembut.

Melihat ruangan yang familir bagiku ini membuatku kembali mengingat akan kejadian malam itu. Ingin rasanya aku melarikan diri dari sini. Namun sebelum itu terjadi Jiyong terlebih dahulu menarikku untuk duduk di sofanya. Bukan wine seperti kemarin yang dia sodorkan kepadaku, kali ini hanya segelas coklat hangat. Entah kapan dia membuatkannya untukku.

"Lets talk." Ucapnya Setelah aku meminumnya beberapa teguk masuk dalam kerongkonganku.

"Kita langsung pada intinya saja. Aku minta maaf atas tindakanku malam itu menciummu." Mulainya to the poin tanpa banyak cingcong yang membuat dadaku bergetar mengingat kejadian itu.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku itu padamu? Aku tidak ingin kamu terus seperti ini. Melihat keadaanmu ini seakan aku telah menyiksamu habis-habisan lahir batin. Jika aku tahu efeknya akan sampai membuat keadaanmu seperti ini aku sungguh sangat menyesal telah melakukannya. Jadi aku mohon maafkan aku atas tindakan bodohku itu. Jika melihatku menyiksamu, aku akan menghilang dari pandanganmu. Aku akan mengusahakan untuk tak muncul di hadapanmu lagi." Tuturnya.

Mendengar itu hatiku makin teriris menyakitkan. Aku tak sanggup menahannya akhirnya tanpa bisa ditahan lagi aku menangis tersedu di hadapannya. Aku menangis sejadi-jarinya tak peduli akan egoku sebagai pria. Aku meluapkan semua rasa sesak dan sakit yang menghimpit dadaku. Aku menangis tanpa daya. Aku lelah. Aku sakit. Aku bingung. Aku tak tahu harus apa dan bagaimana. Aku seakan hanya bisa meneriakkan permintaan tolong dalam tangis. Aku hanya berharap pertolongan datang menolongku. Menarikku dari kubangan lumpur emosi yang menyiksaku ini. Jiyong membawaku dalam pelukannya yang hangat. Dia tak mengucapkan apapun dan hanya memelukku erat seakan tak kan pernah melepaskanku. Dan itu sedikit bisa menenangkan hatiku.

"Hyung .." panggilku lirih setelah reda dari tangis frustasiku. Dengan lemah aku bersandar pada sofa dan hanya memandang langit-langit kosong.

"Hemm.." gumamnya menjawab. Diapun juga bersandar santai namun masih fokus padaku.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Tanyaku kosong.
"Menurutmu bagaimana?" Baliknya.
"Aku tak tahu. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya." Jelasku.
"Pernahkah hyung merasakan ini sebelumnya? Atau hanya aku yang aneh di sini?" Tanyaku lemah. Gurat-gurat frustasi perlahan mulai merasukiku kembali.

Pria Cantikku ✔️Where stories live. Discover now