15

245 42 0
                                    

Setelah selesai dengan urusan di sekolah dengan langkah pelan dan hati berdebar Krystal kini menuju ruangan VIP di restoran yang Sehun kirim kan alamatnya tadi, restoran yang baru Krystal tahu adalah milik lelaki itu. Dalam hatinya Krystal sangat bangga pada Sehun, lelaki itu mewujudkan mimpinya menjadi chef dan memilik restoran miliknya sendiri dan yang paling penting Sehun menjadi ayah yang sangat hebat untuk anak mereka, Lami.

Sedangkan Krystal sebaliknya, perempuan itu bahkan merasa tidak pantas menjadi ibu, dia telah gagal.

Langkahnya berhenti dihadapan pintu kayu, Krystal mengambil nafas sebanyak mungkin lalu membuangnya dengan perlahan, tepatnya perempuan itu sedang menenangkan diri juga menyiapkan atas apa yang akan Sehun katakan, mau sekasar apapun atau semenyakitkan apapun Krystal akan dengan lapang dada menerimanya karena Sehun sangat berhak untuk marah maupun membencinya.

Setelah keyakinan itu muncul Krystal mengetuk pintu tiga kali lalu langsung membuka pintu dengan perlahan, matanya langsung menemukan Sehun yang duduk menghadap pintu, lelaki itu masih setampan dulu dengan perawakan dan aura yang lebih dewasa, Krystal menahan nafas sesaat lalu tersadar dan berjalan kembali kearah lelaki itu.

Suasananya canggung pun tidak terelakan.

Sehun pun sedari tadi terus menatap Krystal, perempuan yang paling dia cintai itu masih sama cantik dan menariknya malah lebih cantik dengan aura yang lebih dewasa, mana bisa sih seseorang tambah cantik saat semakin tua? Apa mungkin hanya Krystal yang begitu?

"Maaf, lama ya?" Krystal mulai bersuara sesaat dia duduk dihadapan laki-laki itu.

"Tidak kok, aku juga baru sampai." Jawab Sehun berbohong, mana ada baru sampai lelaki itu sudah menunggu sejak dua jam lalu.

Krystal mengangguk, dia menunduk menatap meja, setelah pertemuan di rumah sakit itu Krystal memang tidak berani lagi menatap Sehun malam itu Krystal melihat mata terluka lelaki itu. Krystal merasa sangat jahat.

"Kamu mau bicara apa?" Krystal kembali mendongkak hanya sebentar lalu kembali menunduk, Sehun yang menyadari Krystal takut menatapnya hanya menghela nafas.

Ucapannya waktu itu pasti melukai wanitanya.

"Aku—aku udah tahu alasan kamu pergi, Jaehyun temuin aku." Ucapan Sehun itu membuat Krystal terkejut bukan main, matanya tiba-tiba menanas.

"Maaf." Hanya itu yang bisa Krystal ucapkan dengan suaranya yang serak. Sehun melihat penyesalan dari mata Krystal.

"Aku mencoba memahami segalanya, aku gak masalah denger ini dari orang lain –bukan dari mulut kamu sendiri-" Sehun menggantungkan ucapannya karena Krystal masih mencoba menahan tangis.

"Krystal liat aku!" Mendengar nada suara Sehun yang melembut membuat Krystal mau tidak mau menatap laki-laki itu, mata itu akhirnya saling bertemu, "Aku udah maafin kamu."

Air mata Krystal turun semakin deras, tangisnya keluar dengan kencang, bahu gadis itu bergetar. Kenapa Sehun sebaik ini? Harusnya lelaki itu marah seperti di rumah sakit, bahkan alasan kepergiannya lelaki tahu bukan dari mulutnya, kenapa Sehun masih sebaik ini padanya saat yang dia lakukan hanya menorehkan luka?

"A-aku gak pantes, aku jahat, maaf." Air mata Sehun ikut luruh melihat tangis putus asa Krystal, dengan segera lelaki itu bangkit lalu menunduk dan memeluk Krystal.

Pelukan yang ternyata masih sama hangatnya, sama nyamannya, dan tubuh keduanya begitu pas untuk satu sama lain.

"Its okay, aku paham, kamu gak boleh nyalahin diri sendiri terus." Sehun terus menenangkan Krystal dengan mengusap rambut dan pungunggunya.

Setelah beberapa saat tangis Krystal kian mereda dan pelukan Sehun juga sudah dilepas, keduanya kini kembali saling menatap dengan mata yang sama-sama memerah.

"Kenapa? Kenapa kamu bisa maafin aku begitu aja setelah aku ninggalin kalian berdua tanpa kabar? Aku jahat banget." Suara Krystal masih serak.

"Kamu juga sama terlukanya Jung." Jung—Soojung, nama yang hanya digunakan oleh orang terdekatnya, Sehun memanggilnya Soojung lagi? Hati Krystal rasanya kembali berbedar, "Dibandingkan rasa sakitku yang ditinggalkan- aku masih bisa menyalahkan kamu untuk meringankan sesaknya tapi kamu? Kamu selalu menyalahkan diri sendiri dan hidup dalam penyesalan selama bertahun-tahun, aku rasa daripada terus menyimpan kemarahan dan kamu yang telalu menyalahkan diri  sendiri tuh gak baik."

Ucapan Sehun benar.

"Juga Lami, dia ingin sekali ketemu Mamanya, walau dia gak pernah bilang secara langusung tapi aku tahu dia selalu ingin sosok Mama dalam hidupnya. Sakitnya dia kemarin juga karena merasa bersalah sama aku, dia selalu tahu aku terluka saat membicara atau meningat Mamanya sampai dia gak pernah berani nanya tentang kamu." Sehun menunduk, dia merasa egois tidak pernah mau membagi informasi apapun tentang Soojung pada Lami.

Dada Krystal berdenyut sakit, kepergiannya waktu itu membuat sakit hati untuk Sehun dan anak mereka.

"Lami berhak tahu kalau dia punya Mama yang menyayanginya selama ini, aku tahu yang menyayangi Lami sebesar itu bukan hanya aku, tapi kamu juga. Jadi hari ini aku berencana akan mengenalkan kamu sebagai Mamanya pada anak kita."

Perkataan Sehun yang penuh dengan keyakinan itu membuat air mata Krystal turun lagi, bahagia, penyesalan, sedih, terharu mengumpul menjadi satu.

"Apa boleh? Apa aku pantas?" Tanyanya dengan suara terpatah, Sehun mencoba meyakinkan dengan tersenyum tulus.

"Boleh banget, sebenter-" Jawaban Sehun terpotong karena ponsel lelaki itu berdering, "Iya sayang.... Udah deket?..... Oke langsung masuk aja, di tempat biasa.... Hati-hati.... Hmm, papa tunggu."

"Lami udah dijalan dan sebentar lagi sampai."

Anak PapaWhere stories live. Discover now