BAB 22 : Sabar Adalah Kunci

68.7K 9.9K 585
                                    

Jangan lupa follow, vote, komen dan share.
***

Seperti biasa sebelum tidur di kamarnya Megan menghabiskan waktu terlebih dahulu di kamar ayah dan ibu tirinya untuk sekedar berbincang atau memainkan tab yang Kinanti beri waktu selama satu jam akan tetapi sebelum tiga puluh menit saja biasanya anak itu sudah tertidur.

“Megan, Mama dapet kabar dari Miss katanya bakal ada family gathering minggu depan, kok kamu gak ngasih tau? Terus surat undangannya mana?” Kinanti yang tengah duduk di meja rias bertanya sembari mengaplikasikan berbagai macam produk skincare di wajah mulusnya.

Megan yang masih fokus menonton kartun di tabnya hanya mengedikkan bahu dan hal itu berhasil tertangkap oleh netra Kinanti yang terpantul di cermin.

“Loh kok gitu”

Megan menggaruk dengan gemas kepalanya sampai membuat rambutnya sedikit berantakan.

“Gak tau tante Kiwi ih ganggu aja deh. Kertasnya hilang, aku buang. ”

Jauh sebelum Kinanti menikah dengan Mahasa, Megan memang sering melakukan hal seperti ini membuang surat undangan yang mengharuskan hadirnya orang tua. Pernah dua kali Megan membawa surat undangan itu ke rumah dan yang datang hanya Nenek atau tantenya karena setiap ada undangan selalu bertepatan dengan Mahasa yang berada di luar kota dan sang ibu pasti tidak pernah mau hadir kalau tidak ada ayahnya. Maka dari itu Megan sangat kesal, lebih baik ia tidak hadir saja di acara-acara seperti itu. Akan tetapi ternyata gurunya sudah antisipasi dengan memberi kabar kepada orang-orang di rumah seperti saat ini.

Kinanti menggelengkan kepala kemudian beranjak naik ke atas ranjang.

Dengan telaten tangannya merapikan rambut Megan yang berantakan. Anak itu tidak protes sama sekali karena tengah fokus menonton.

“Lain kali gak boleh gitu lagi. Kalau ada undangan langsung kasih, gak boleh dibuang.”

“Terserah aku.”

Kinanti mengerucutkan bibirnya. Sabar-sabar.

“Minggu depan, mau Mama atau Papa yang hadir?”

Megan terdengar menghela nafas dengan keras.

“Kan aku udah bilang Tante Kiwi, aku gak mau sekolah lagi, mau bobo sama nonton youtube aja.”

“Megan ....” Terdengar suara Mahasa yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Megan langsung menoleh ke arah ayahnya dengan memasang raut wajah memelas.

“Papa, aku gak mau sekolah,” rengeknya.

Mahasa naik ke atas ranjang kemudian mengelus-elus kepala Megan. Anak yang memakai baju tidur berwarna pink itu langsung merapatkan tubuhnya dengan sang ayah.

Lagi-lagi Kinanti harus memperhatikan interaksi itu. Dirinya juga sangat ingin dengan leluasa bersandar kepada Mahasa.

“Ada yang nakalin kamu?” tanya Mahasa. Siapa tahu penyebab Megan enggan pergi ke sekolah karena ada yang mengganggunya.

Megan menggeleng. Tentu saja bukan karena hal itu. Justru malah ia yang menjadi pihak pengganggu.

“Dia minder kali Papanya gak pernah datang ke acara sekolah,” sahut Kinanti.

Miss Rempong Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz