BAB 56: Secercah Harapan

30.3K 4.6K 693
                                    

Sebelum baca cerita ini, ada baiknya kalian follow, vote dan komen yang banyak yaaa

Happy reading 🌻🌻🌻

***

Mahendra yang selama ini memimpin perusahaan dengan tangan besi, merasa semakin tertekan oleh tekanan dari luar dan konflik internal yang semakin memburuk. Menghilangnya Mahasa menyisakan banyak masalah yang sulit dihadapi, termasuk turunnya nilai saham dan tekanan dari investor besar lainnya.

Rapat besar-besaran pun akhirnya diadakan di hari kesepuluh sejak Mahasa menghilang, atau lebih tepatnya sengaja menghilangkan diri. Karena baru-baru ini di tengah kekisruhan yang terjadi, Mahendra sudah mencium adanya perusahaan baru yang berhasil menarik investor-investor besar dari Argajati Group. Dan dia duga, pasti Mahasa adalah salah satu orang di balik berdirinya perusahaan tersebut.

Hasil rapat sudah didapatkan, di mana mayoritas pemegang saham yang hadir meminta Mahendra untuk mundur dari jabatannya sekarang dan juga dari pencalonan Presiden sebagaimana sesuai dengan tuntutan rakyat di luar sana. Kemajuan teknologi benar-benar digunakan dengan baik untuk menjatuhkan Mahendra dari singgasananya. Banyak masyarakat yang akhirnya membantu mengawal kasus ini terutama kasus-kasus yang dulu pernah Mahendra lakukan yang akhirnya berhasil terungkap.

Mahendra melangkah cepat memasuki ruang kerjanya begitu rapat baru saja selesai. Wajahnya merah padam, matanya berkilat-kilat penuh kemarahan dan frustrasi.

BRAKKK!

Pintu ruang kerjanya tertutup dengan suara keras, membuat beberapa staf yang berada di luar ruangan terperanjat dan saling memandang dengan cemas.

“ARRRRGGHHHHH! SIALAN! GOBLOK! ANAK KURANG AJAR!” Mahendra meraih vas bunga di atas meja dan melemparkannya ke dinding.

Prang!

Pecahan keramik berhamburan ke segala arah. Dia mengamuk, menghancurkan segala barang yang ada di ruang kerjanya. Buku-buku yang ada di rak dan dokumen penting dia lemparkan begitu saja hingga berserakan di mana-mana. PC yang ada di meja pun tak luput dari amukannya, jatuh dengan suara berdebam keras.

Mahendra menghancurkan apapun yang dapat dia hancurkan guna meluapkan emosinya yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Ruangan yang tadinya rapi dan tertata, kini berubah menjadi berantakan seolah mencerminkan kekacauan di dalam hati Mahendra. Dia berdiri di tengah ruangan, napasnya tersengal-sengal, tatapan matanya penuh kemarahan dan kebencian yang membara.

“MAHASA, SAYA PASTIKAN KAMU AKAN MENYESAL SEUMUR HIDUP!!” teriaknya murka.

Tidak ada yang berani menghentikan murkanya Mahendra sekalipun itu adalah tangan kanannya sendiri yang hanya mampu menunduk.

***

Di saat yang sama, ketegangan terjadi di kediaman utama Mahendra. Ketika Melva hendak mengantarkan makanan untuk Widya, dia dibuat terkejut oleh pemandangan yang mengerikan begitu pintu kamar terbuka.

Di sudut ruangan, Widya sedang membentur-benturkan kepalanya ke dinding dengan ritme yang mengerikan. Suara benturan terdengar keras, seakan menggema dalam kepala Melva. Ibunya meracau, suaranya parau dan penuh kegelisahan.

“Mahasa... di mana Mahasa ... anakku, kembalikan Mahasa ....”  Widya terus mengulang kata-kata itu, nadanya semakin histeris. Tubuhnya yang dulu penuh semangat kini terlihat ringkih, rambutnya acak-acakan, matanya kosong dan penuh kepedihan.

“Ma!” pekik Melva dengan suara penuh kepanikan. “Mama, udah, Ma!” Dia meletakkan nampan begitu saja lalu berlari mendekati ibunya guna menghentikan tindakan tersebut.

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang